Rangkuman Berita Timteng Jumat 23 Maret 2018

tentara suriah di sabqaJakarta, ICMES: Pasukan Arab Suriah (SAA) sudah mendekati kemenangannya dalam operasi militer penumpasan kelompok-kelompok bersenjata di Ghouta Timur bersamaan dengan terus mengalirnya warga sipil dari salah satu kota dan kesiapan kawanan bersenjata untuk menyerah di kota lain.

Gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman mengaku telah menggempur komplek perusahaan minyak Aramco di Arab Saudi dengan rudal balistik.

Menlu Arab Saudi Adel Al-Jubeir menilai krisis Yaman hanya dapat diselesaikan melalui proses politik, namun sembari menyebut Iran sebagai sumber terorisme.

Penyanyi dan aktris ternama Turki Zuhal Olcay dijatuhi hukuman 10 bulan penjara karena dianggap telah menghina Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pertunjukan pada tahun 2016.

Selengkapnya:

Tentara Suriah Dekati Kemenangan Di Ghouta Timur

Pasukan Arab Suriah (SAA) sudah mendekati kemenangannya dalam operasi militer penumpasan kelompok-kelompok bersenjata di Ghouta Timur bersamaan dengan terus mengalirnya warga sipil dari salah satu kota dan kesiapan kawanan bersenjata untuk menyerah di kota lain, Kamis (22/3/2018).

TV Suriah melaporkan bahwa sejak Rabu lalu (21/3/2018) sebanyak lebih dari 6000 orang telah keluar dari kota Douma, kota terbesar yang semula dikuasai oleh militan oposisi.  Mereka keluar melintasi perbatasan menuju kawasan yang dikuasai pemerintah.

Dengan adanya rencana kelompok Ahrar al-Sham untuk menyerah di kota Harasta maka tak ada lagi kota di Ghouta Timur yang dikuasai oleh kawanan bersenjata kecuali Douma dan satu kantung lain yang mencakup Jobar, Ein Tarma, Arbin, dan Zamalka.

Kawasan yang tersisa itupun diperkirakan akan jatuh ke tangan SAA, dan dengan demikian akan menjadi kemenangan terbesar Presiden Suriah Bashar al-Assad atas kubu oposisi sejak keberhasilan SAA merebut  Aleppo di penghujung tahun 2016.

Seorang perwira SAA dalam wawancara dengan TV resmi Suriah mengimbau kepada oposisi yang belum berunding agar segera berunding untuk menyerah.

“Siapa yang ingin menyerah dan kembali ke pangkuan tanah air maka silakan, sedangkan siapa yang ingin mati maka kematianlah baginya,” tegas perwira itu.

Kesepakatan kawanan bersenjata di Harasta untuk menyerah merupakan yang pertama kalinya di Ghouta Timur, dan mulai diterapkan sejak Kamis kemarin dengan pertukaran tawanan. Dalam wawancara dengan TV pemerintah, seorang tentara Suriah menangis haru dan bersyukur atas pembebasannya.

Seorang saksi mata mengatakan bahwa SAA telah menyingkirkan penghalang di kawasan yang semula menjadi front pertempuran agar dapat dilintasi konvoi bus.

Kelompok Jaish al-Islam yang bercokol di Harasta mengaku akan terus melawan meskipun SAA yang sudah lebih dari satu bulan menggelar operasi militer telah menguasai setidaknya 70% wilayah Ghouta Timur. (alalam)

Ansarullah Gempur Perusahaan Minyak Aramco Milik Saudi

Gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman mengaku telah menggempur komplek perusahaan minyak Aramco di Arab Saudi dengan rudal balistik, Kamis (22/3/2018).

TV al-Masirah milik Ansarullah menyatakan bahwa pasukan rudalnya telah meluncurkan satu rudal balistik jarak pendek Badr 1 ke arah komplek Aramco di Najran.

Hingga berita ini disusun, al-Masirah belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai serangan rudal tersebut, sementara Arab Saudi juga belum memberikan komentar.

Rudal Badr 1 yang digunakan Ansarullah untuk menggempur Aramco merupakan rudal yang baru diungkap.  Dilaporkan bahwa rudal ini berbahan bakar padat dan berkecepatan 4,5 mach.

Jubir tentara Yaman Brigjen Sharaf Ghalib Luqman menyatakan ada beragam jarak tempuh untuk rudal ini, dan juga terdapat sistem-sistem lain yang akan terungkap di masa mendatang.

Dia mengingatkan bahwa pasukan Yaman akan menggempur instalasi-instalasi perekonomian Saudi, baik yang menetap maupun yang bergerak, jika Saudi melanjutkan agresinya terhadap Yaman.

Sehari sebelumnya, Pasukan pertahanan udara tentara Yaman dan Komite Rakyat yang berafiliasi dengan kelompok Ansarullah (Houthi) menyatakan pihaknya berhasil merontokkan jet tempur F-15 milik Arab Saudi di angkasa provinsi Sa’dah di bagian utara Yaman.

Dalam sebuah pengggalan video yang dipublikasi oleh Ansarullah berkenaan dengan peristiwa itu terlihat satu rudal melesat ke angkasa dan kemudian terlihat pula ledakan kuat.  (rayalyoum/alalam)

Berpidato Di AS, Menlu Saudi Tuding Iran Sumber Teroris Di Timteng

Menlu Arab Saudi Adel Al-Jubeir menilai krisis Yaman hanya dapat diselesaikan melalui proses politik, namun sembari menyebut Iran sebagai sumber terorisme.

Berbicara di Institut Brookings di Washington, Amerika Serikat (AS), Kamis (22/3/2018), al-Jubeir mengatakan perang di Yaman bukanlah perang pilihan, melainkan perang dipaksakan terhadap Saudi.

Dia menambahkan bahwa Saudi berurusan dengan “campur tangan” Iran di kawasan sejak revolusi 1979.

“Iran adalah masalah di kawasan ini, sumber teror dan ekstremisme,” tudingnya.

Dia  mengatakan negaranya bekerja sama dengan AS untuk menahan Iran, dan menuding Iran  memasok rudal balistik ke Yaman.

“Milisi Houthi di Yaman terhubung dengan Iran, mereka telah melakukan kudeta terhadap pemerintah yang diakui secara internasional dan proses perdamaian yang didukung oleh PBB,” imbuhnya.

Menlu Saudi menilai kesepakatan nuklir Iran dengan Barat perlu ditinjau ulang, terutama berkenaan dengan mekanisme pemeriksaan.

“Kesepakatan itu tidak menyelesaikan semua masalah dengan Teheran… Teheran telah memasok rudal balistik ke milisi Houthi, ini bukan tindakan yang bertanggung jawab,” kata Al-Jubeir saat menjawab pertanyaan setelah berpidato.

Al-Jubeir juga menuding Iran “menghalangi penyelesaian politik di Suriah”, dan menyatakan bahwa satu-satunya jalan keluar untuk mengakhiri perang adalah transisi politik.

Mengenai krisis Palestina-Israel dia mengatakan bahwa Saudi bersikukuh pada penyelesaian damai sesuai  Prakarsa Perdamaian Arab tahun 2002. (arabnews)

Dianggap Menghina Erdogan, Artis Ternama Turki Dihukum Penjara

Penyanyi dan aktris ternama Turki Zuhal Olcay dijatuhi hukuman 10 bulan penjara karena dianggap telah menghina Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pertunjukan pada tahun 2016, demikian dilaporkan koran Hurriyet, Kamis (22/3/2018).

Olcay  didakwa telah mengubah lirik salah satu lagunya dan memasukkan nama Erdogan ke dalamnya serta membuat gerakan tangan menghina saat bernyanyi.

Perubahan pada lirik lagu itu menghasilkan kalimat: “Recep Tayyip Erdogan, itu semua kosong, itu semua bohong, hidup suatu hari akan berakhir, dan Anda akan mengatakan ‘saya punya mimpi’.”

Olcay menolak tuduhan menghina. Dia menjelaskan bahwa dia menggunakan nama Erdogan semata karena sesuai dengan skema sajak tanpa ada “motif tersembunyi atau menghina.” Dia menambahkan bahwa gerakan tangan itu ditujukan kepada penonton.

Olcay sebelumnya didenda 10.620 lira atau 2.708 USD karena “menghina pegawai negeri” pada tahun 2010.

Menghina presiden di Turki dipandang sebagai kejahatan yang diancam hukuman hingga empat tahun.

Pengacara Erdogan yang mendominasi politik Turki selama lebih dari satu dekade telah mengajukan tuntutan sebanyak lebih dari 1.800 kasus, termasuk terhadap kartunis, mantan pemenang Miss Turki dan anak-anak sekolah atas tuduhan menghina Erdogan.

Enes Kanter, seorang pemain bola basket Turki di tim NBA AS, New York Knicks, juga diadili secara in absentia karena menghina Erdogan.

Berbagai kelompok HAM dan sejumlah negara Barat menyatakan prihatin dan mengecam Turki sebagai negara yang mengarah kepada otoritarianisme, karena di Turki sejauh ini telah terjadi pemecatan atau skors terhadap 150.000 orang dari pekerjaan mereka dan lebih dari 50.000 persidangan yang ditunda terkait dugaan terlibat dalam upaya kudeta gagal tahun 2016.

Pemerintah Turki menegaskan bahwa tindakan demikian diperlukan untuk menegakkan stabilitas dan melindungi Turki dari berbagai ancaman keamanan. (reuters)