Rangkuman Berita Timteng Jumat 21 September 2018

nasrallah asyuraJakarta, ICMES: Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah menegaskan bahwa pihaknya semakin kuat dan teguh berada di jejak perjuangan Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib RA, cucu Rasulullah SAW yang dalam beberapa hari ini peristiwa kesyahidannya dikenang dan diperingati di berbagai negara.

Rusia telah membatasi kebebasan lalu lintas udara dan laut di kawasan tertentu dekat pesisir Suriah, menyusul insiden jatuhnya pesawat militer Il-20 Rusia akibat salah tembak pertahanan udara Suriah ketika terjadi serangan udara Israel ke Latakia.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Gadi Eizenkot mengingatkan kepada para menteri negara ilegal Zionis ini mengenai “eskalasi resiko pecahnya aksi kekerasan di Tepi Barat” akibat berbagai keputusan dan tindakan Amerika Serikat (AS) terkait dengan perkara Palestina.

Seorang jenderal purnawirawan Rusia mensinyalir adanya pengkhianatan di jajaran petinggi Rusia sehingga lebih mematuhi instruksi Rezim Zionis Israel daripada perintah Presiden Rusia Vladimir Putin.

Berita selengkapnya:

Peringati Asyura, Nasrallah Perbarui Ikrar Pembelaan Atas Palestina

Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah menegaskan bahwa pihaknya semakin kuat dan teguh berada di jejak perjuangan Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib RA, cucu Rasulullah SAW yang dalam beberapa hari ini peristiwa kesyahidannya dikenang dan diperingati di berbagai negara.

“Tekad kami menguat, dan kekuatan kami bertambah di jalur al-Husain.. . Kami tidak melihat dan mengetahui perjalanan kita di belakang Imam Husain kecuali kemenangan, kehormatan, kemulian, kemerdekaan, kebebasan, dan kedautan, “ ungkapnya dalam peringatan Hari Asyura di Beirut yang jatuh pada tanggal 10 Muharram tersebut, Kamis (20/9/2018).

Dia menyinggung isu Palestina dengan menegaskan, “Kita memberbarui konsistensi keimanan, keyakinan, dan jihad kita dalam perkara Palestina dan Al-Quds, serta keberpihakan kita kepada bangsa Palestina. Kita memperbarui komitmen kita menyokong bangsa Palestina, terutama dalam melawan prakarsa zalim Deal of The Century (gagasan AS untuk perjanjian damai Palestina-Israel), dan kita perbarui kebersamaan kita dengan bangsa Yaman yang tertindas, sebab kita melihat apa yang terjadi di Yaman sama halnya dengan kertindasan  Karbala dan keberlepasan tangan umat dari Karbala.”

Dia menambahkan, “Di hari kiamat semua akan ditanya ihwal kebungkaman di depan kebengisan para penjahat terhadap bangsa Yaman,” ungkapnya.

Nasrallah mengapresiasi intensitas unjuk rasa warga Palestina di Gaza sebagai bentuk tekad mereka untuk tetap pantang menyerah kepada Israel.

Dia juga menegaskan simpatinya kepada rakyat Muslim Bahrain yang juga ditindas oleh penguasa negara ini dan negara-negara jirannya.

“Kami perbarui keberpihakan kami kepada rakyat Bahrain yang terdera kezaliman serta bersabar dalam upaya meraih hak, kebebasan, dan kehormatannya,” tuturnya.

Sekjen Hizbullah juga menyerukan dukungan kepada Republik Islam Iran di depan sanksi dan embargo AS.

Dia menyatakan, “Pemerintah AS berusaha memblokade Iran dan menekan berbagai negara agar memboikot minyak Iran. Iran diblokade karena bersiteguh kepada keislamannya, pantang tunduk kepada AS, dan menolak siapapun menjarah aset dan kekayaannya.”

Dia juga memastikan Iran dimusuhi oleh Barat karena berpihak kepada bangsa-bangsa lemah dan tertindas semisal Palestina dan Lebanon.

Dia menilai Israel gusar karena agenda kotornyanya di Timteng berantakan setelah semula berharap banyak dari krisis yang melanda Suriah dan Irak.

“Tapi angan-angan mereka sirna tertiup agin. Israel menyadari bahwa Poros Resistensi kini menjadi lebih tangguh, dan berbagai negara dan bangsa baru telah berada di lingkaran konfrontasi melawan Israel,” tegasnya.

Kepada Rezim Zionis Israel dia menegaskan, “Segala upaya kalian untuk mencegat telah berakhir, dan Poros Resistensi malah menjadi memiliki rudal-rudal cermat maupun non-cermat serta berbagai fasilitas persenjataan…  Jika Israel memaksakan perang terhadap Lebanon maka ia akan mengalami apa yang tak diharapnya. Israel menyadari bahwa teknologi semata tidak akan dapat memenangi perang, dan unsur kemanusiaan tetaplah sangat penting.”  (alalam)

Marah, Rusia Batasi Lalu Lintas Penerbangan Dan Pelayaran Di Sekitar Pesisir Suriah

Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth (YA), Kamis (20/9/2018), melaporkan bahwa Rusia telah membatasi kebebasan lalu lintas udara dan laut di kawasan tertentu dekat pesisir Suriah, menyusul insiden jatuhnya pesawat militer Il-20 Rusia akibat salah tembak pertahanan udara Suriah ketika terjadi serangan udara Israel ke Latakia pada Senin lalu (17/9/2018).

Berbagai media Israel lainnya pada hari yang sama menyorot kemungkinan Rusia membuat ketentuan yang dapat menyulitkan serangan Israel ke Suriah akibat kemarahan Moskow atas tewasnya 15 tentara Rusia dalam insiden jatuhnya pesawat intelijen Rusia tersebut.

Menurut YA, Rusia memperkuat operasinya di timur Laut Tengah dan menyebar pengumuman mengenai pembatasan penerbangan dan pelayaran di kawasan antara Siprus dan pesisir Suriah karena adanya latihan perang.

Pembatasan penerbangan dan pelayaran ini berlaku sampai Rabu mendatang, dan akan berpengaruh pada penerbangan di kawasan, terutama dari dan menuju Suriah, Lebanon, dan Israel.

YA menyebutkan bahwa dalam peta yang disebar oleh Rusia terlihat lokasi-lokasi yang sebelum insiden itu tidak termasuk dalam batasan lalu lintas udara, dan ini menandakan keputusan yang dipicu oleh kemarahan Negeri Beruang itu atas insiden tersebut.

Wartawan Israel Yoav Limor dalam artikelnya yang berjudul “Rusia Marah, Israel Harus Waspada” menyebutkan bahwa insiden itu bisa jadi akan berdampak buruk bagi kepentingan Israel di kawasan. Karena itu, Limor menyarankan kepada Israel agar segera bertindak untuk mengurangi resiko tersebut demi menjamin kelangsungan serangannya terhadap apa yang dianggapnya sebagai ancaman dari Iran di Suriah.

Limor bahkan mendesak Israel agar mengajukan permohonan maaf secara resmi kepada Rusia dan tidak menganggap cukup dengan hanya menyerahkan laporan hasil penyelidikannya mengenai sebab jatuhnya Il-20. (raialyoum)

Militer Israel Nyatakan Potensi Pecahnya Kekerasan Di Tepi Barat Meningkat

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Gadi Eizenkot mengingatkan kepada para menteri negara ilegal Zionis ini mengenai “eskalasi resiko pecahnya aksi kekerasan di Tepi Barat” akibat berbagai keputusan dan tindakan Amerika Serikat (AS) terkait dengan perkara Palestina.

Channel 2 TV Israel Kamis malam (20/9/2018) dalam sebuah rapat kabinet keamanan dan politik Israel menyatakan, “Kemungkinan meledaknya situasi di Tepi Barat berada di kisaran 60-80%.”

Dia menyebutkan, “Jika terjadi aksi kekerasan maka akan lebih besar daripada apa yang terjadi di Gaza di tengah kebutuhan kepada pengerahan pasukan dalam jumlah besar di Tepi Barat, dan manakala terjadi perselisihan mengenai bentuk pergesekan dengan warga Palestina di sana.”

Eizenkot menjelaskan bahwa perkiraannya itu “berdasarkan problematika yang ada dewasa ini, terutama antara Presiden AS Donald Trump dan para pemimpin Palestina serta tindakan-tindakan diplomatik, keuangan, dan politik yang diambil AS belakangan ini.”

Dia mengingatkan bahwa pada pekan mendatang bisa jadi ketegangan akan meningkat signifikan bersamaan dengan pidato Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Majelis Umum PBB di New York, AS, yang diduga kuat akan menyerang AS dan Israel dan kemudian berdampak pada bentrokan di Tepi Barat.

Eizenkot kemudian juga menekankan keharusan konsentrasi pada front utara (perbatasan Lebanon dan Suriah), karena tidak tertutup kemungkinan “Israel mengalami konfrontasi di tiga front Suriah dan Lebanon, Tepi Barat, dan demikian pula Gaza.”

Pemerintah AS belakangan ini terus merilis keputusan-keputusan yang mengabaikan hak bangsa Palestina karena menyentuh perkara-perkara primer, termasuk al-Quds dan pengungsi Palestina.

Tindakan AS  itu antara lain pengakuan Trump atas Al-Quds (Baitul Maqdis/Yerussalem) sebagai ibu kota Israel, pemindahan Kedubes AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Al-Quds, upaya mengakhiri misi Badan Bantuan dan Pembangunan PBB (UNRWA), pengubahan status para pengungsi Palestina demi mengurangi jumlah mereka dari 5 juta jiwa menjadi hanya puluhan ribu saja, dan penghentian dukungan dananya secara total kepada URWA.

Selain itu, pemerintah AS juga telah menutup kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington sebagai langkah upaya terakhir untuk memaksakan prakarsa damai Trump yang dinama Deal of The Century kepada para pemimpin Palestina. (raialyoum)

Jenderal Purn. Rusia Ungkap Mengapa S-300 Atau S-400 Tidak Diserahkan Kepada Suriah

Seorang jenderal purnawirawan Rusia mensinyalir adanya pengkhianatan di jajaran petinggi Rusia sehingga lebih mematuhi instruksi Rezim Zionis Israel daripada perintah Presiden Rusia Vladimir Putin.

Leonid Ivashov, Ketua Akademi untuk Problema Geopolitik yang pernah menjabat direktur bidang kerjasama militer pada Kementerian Pertahanan Rusia ini dalam wawancara dengan TV RT, Kamis (20/9/2018), menyatakan bahwa masalah tersebut dapat “menjelaskan mengapa sistem canggih semisal S-300 dan S-400 tidak diserahkan kepada Suriah.”

Dalam wawancara mengenai insiden jatuhnya pesawat militer Il-30 milik Rusia akibat salah tembak sistem pertahanan udara Suriah saat terjadi serangan udara Israel tersebut Ivashov menyebutkan bahwa penjatuhan pesawat itu merupakan kejahatan dan agresi Israel karena jet-jet tempur Israel saat itu menyelinap di balik  Il-30, sementara sistem yang digunakan Suriah sudah usang karena di dapat pada era Uni Soviet.

Ivashov menyoal untuk apa jet tempur Israel berada di zona udara Suriah yang notabene negara berdaulat sehingga sudah sepatutnya membela diri.

Ivashov kemudian mengimbau Moskow agar merekonfigurasi hubungannya dengan Tel Aviv berdasar asumsi bahwa Israel merupakan musuh bagi Rusia, serta mencabut kesepakatan pertukaran informasi intelijen dengan Israel karena informasi ini justru digunakan oleh Israel untuk menyerang sekutu Rusia. (raialyoum)