kapal iran di atlantikJakarta, ICMES. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengaku resah atas keberadaan dua kapal perang Iran di Samudera Atlantik.

Wakil Menlu Iran Abbas Araghchi menyatakan bahwa perundingan negara ini dengan beberapa negara terkemuka dunia untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas memutuskan untuk memboikot pertemuan-pertemuan dialog inklusif dan komprehensif antar-elemen Palestina.

Satu orang Palestina gugur syahid dan enam lainnya terluka diterjang peluru pasukan Zionis Israel dalam bentrokan di Nablus, Tepi Barat.

Berita Selengkapnya:

Cemaskan Kapal Perang Iran di Atlantik, Pentagon Beri Peringatan terhadap Teheran

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengaku resah atas keberadaan dua kapal perang Iran di Samudera Atlantik.

Meski tak jelas bagi AS ke mana kedua kapal itu menuju, Austin khawatir terhadap kemungkinan kapal-kapal mengangkut senjata untuk Venezuela, yang juga bermusuhan dengan AS dan dikenai sanksi oleh Washington.

“Preseden mengizinkan Iran untuk menyediakan senjata ke kawasan itu membuat saya sangat prihatin… Saya benar-benar prihatin dengan proliferasi senjata, jenis senjata apa pun, di lingkungan kita,” kata Austin dalam  sidang dengar pendapat Komite Angkatan Bersenjata Senat, Kamis (10/6).

Austin menyarankan pengadaan sesi tertutup dengan para senator agar dia dapat memberikan rincian lebih lanjut tentang kapal Iran, termasuk senjata apa yang kemungkinan termuat di dalamnya.

Austin memberikan kesaksian demikian ketika di hari yang sama Iran secara terbuka mengumumkan bahwa kapal perusak Sahand dan kapal intelijen Makran milik AL Iran telah mencapai Samudera Atlantik.

Pelayaran tersebut menandai salah satu perjalanan ambisius oleh militer Iran, yang pernah mencoba namun gagal di masa lalu untuk mengirim kapal melintasi samudera.

Jubir Pentagon Jonathan Hoffman menyatakan bahwa pengiriman dua kapal perang bermuatan senjata ke Samudera Atlantik merupakan “tindakan provokatif”.

Dia menyebut tindakan itu menjadi “ancaman bagi para mitra kami di kawasan Amerika Tengah dan Latin, dan kerena itu “Washington mempertahankan haknya untuk mengambil tindakan yang diperlukan dan relevan, dan berkoordinasi dengan para sekutu, untuk mencegah penyerahan atau pengiriman senjata apapun di kawasan Atlantik”.

Hoffman menjelaskan bahwa Pentagon mengetahui bahwa sudah lama Venezuela membeli senjata Iran, terutama pada tahun lalu.

Dia lantas mengaku prihatin karena “pemerintahan Joe Biden mewarisi banyak problema dengan dengan Iran dari pemerintahan sebelumnya, termasuk masalah penjualan senjata ke Caracas dan pengembangan proyek nuklir Iran”.

“Mengatasi problematika ini memerlukan keberfokusan pada berbagai media, termasuk jalur diplomatik,” ungkapnya.

Di pihak lain, Asisten Komandan Umum Angkatan Bersenjata Iran Urusan Koordinasi, Laksamana Habibollah Sayyari, saat mengumumkan tibanya kapal itu di Samudera Atlantik, menegaskan bahwa keberadaan AL Iran di perairan internasional adalah “hak alamiah yang tak boleh dicampuri oleh negara manapun”.  (thehill/raialyoum)

Iran akan Berunding Nuklir lagi di Wina, Termasuk dengan AS?

Wakil Menlu Iran Abbas Araghchi, Jumat (11/6), menyatakan bahwa perundingan negara ini dengan beberapa negara terkemuka dunia untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir tahun 2015 (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA)  akan dimulai lagi pada hari ini, Sabtu (12/6).

Araghchi yang juga perunding senior Iran dalam sebuah pernyataan yang diposting di aplikasi Telegram menyebutkan, “Para peserta diperkirakan akan melanjutkan pembicaraan mengenai kemungkinan kembalinya AS kepada perjanjian nuklir dan kepastian penerapannya secara penuh dan aktif.”

Di sisi lain, juru bicara Kemlu Iran Saeed Khatibzadeh menyatakan bahwa tindakan AS  baru-baru ini mencabut sanksinya terhadap tiga mantan pejabat Iran belum cukup sebagai pertanda iktikad baik Washington.

Sehari sebelumnya, AS mengumumkan penghapusan sanksinya terhadap tiga mantan pejabat Iran dan dua perusahaan yang pernah berbisnis di bidang petrokimia Iran. Seorang pejabat AS menyebut langkah ini sebagai tindakan rutin, namun terkadang baru muncul kesiapan AS untuk meringankan sanksi ketika ada alasan yang mendukungnya.

Khatibzadeh di Twitter menyatakan, “Panghapusan selektif AS itu tak berkaitan dengan perundingan JCPOA , dan tidak dipandang sebagai isyarat iktikad baik, terutama ketika berbarengan dengan terorisme ekonomi berulang.”

Pernyataan ini tampaknya mengacu pada sanksi baru AS yang diterapkan sejak Kamis lalu terhadap sebuah jaringan yang disebutnya membantu pendanaan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan kelompok Ansaullah (Houthi) yang bersekutu dengan Iran di Yaman.

Khatibzadeh mendesak Washington agar mencabut sanksi “secara aktif dan dapat dirasakan”, sebagaimana desakan yang  paling ditekankan Iran dalam perundingan di Wina.

Seperti diketahui AS di masa kepresiden Donald Trump keluar dari JCPOA dan kemudian menerapkan kembali sanksi-sanksinya terhadap Iran. Iran lantas membalas pelanggaran AS dengan menarik banyak komitmennya kepada JCPOA sehingga menimbulkan keresahan negara-negara Barat dan para sekutu mereka di Timur Tengah. (raialyoum)

Kubu Resistensi di Gaza Jadi Bintang, Mahmoud Abbas Boikot Dialog Palestina di Mesir

Presiden Palestina Mahmoud Abbas memutuskan untuk memboikot pertemuan-pertemuan dialog inklusif dan komprehensif antar-elemen Palestina, yang semula dijadwalkan akan dimulai di Mesir pada pekan mendatang.

Rai Al-Youm, Jumat (12/6), menyebutkan bahwa pemboikotan itu disebabkan terutama oleh keenggaan Abbas mengakui kemenangan kubu resistensi Palestina di bawah komando Hamas dan Jihad Islam dalam perang Gaza melawan Israel yang berlangsung pada 11-21 Mei 2021.

Selain itu, Abbas juga kesal terhadap Kairo karena merasa dilangkahi ketika Mesir segera memulai proses rekonstruksi di Jalur Gaza tanpa pengawasan langsung dari pihak otoritas Palestina di mana Abbas memegang tampuk kekuasaan.

Hal ini praktis berdampak negatif terhadap pemerintah Mesir sehingga Kairo memutuskan untuk menunda dialog tersebut tanpa ada kejelasan jadwal selanjutnya. Para pengamat menilai penundaan ini mencerminkan kegusaran Mesir.

Dikutip Rai Al-Youm, seorang narasumber dari salah satu faksi besar Palestina di Gaza menilai Mahmoud Abbas mengandalkan peran dan dukungan AS dan Israel kepada dirinya sehingga sama sekali tidak mementingkan peran lain dari dunia  Arab.

Menurut sumber anonim itu, Abbas menolak partisipasi siapapun dalam pengambilan keputusan Palestina, dan bersikukuh menjadikan dirinya sebagai pemegang otoritas mutlak dalam pengambilan keputusan.

Karena itu, dia enggan menerima perubahan dan realitas baru pasca perang 11 hari yang dimenangi oleh kubu resistensi. Dia bersikukuh pada otoritas Palestina, Perjanjian Oslo dan status quo Palestina.

Dalam konteks ini, dia merencanakan pembentukan pemerintahan tunggal nasional Palestina -yang hanya bersifat formalitis- di bawah pimpinan salah seorang kadernya sendiri untuk mengawasi proses rekonstruksi dan berkuasa penuh atas semua dana proses ini, termasuk dana dari Mesir. (raialyoum)

Bentrok dengan Pasukan Zionis, 1 Orang Palestina Gugur, 6 Lainnya Terluka

Sumber-sumber Palestina menyatakan bahwa satu orang Palestina gugur syahid dan enam lainnya terluka diterjang peluru pasukan Zionis Israel dalam bentrokan di Nablus, Tepi Barat, Jumat (11/6).

Sumber-sumber itu menyebutkan bahwa dalam bentrokan itu sebanyak tujuh orang Palestina terluka akibat tembakan peluru tajam pasukan Zionis, dan kemudian satu di antara korban itu gugur karena luka yang dialami parah. Dia dilarikan ke rumah sakit namun nyawanya tak tertolong.

Selain para korban luka dan gugur itu, puluhan warga Palestina lain mengalami sesak nafas akibat menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Zionis yang berusaha membuyarkan pawai unjuk rasa anti-permukiman Zionis di distrik Beita di selatan Nablus.

Dalam pawai itu, massa Palestina menentang pembangunan kantung permukiman baru di Gunung Sabih di distrik tersebut. Mereka berpawai sembari mengibarkan bendera-bendera Palestina serta memperlihatkan spanduk dan poster bertuliskan kutukan terhadap ekspansi permukiman Zionis dan perampasan tanah-tanah Palestina.

Sumber-sumber Palestina juga melaporkan bahwa puluhan orang Palestina, termasuk bayi menyusu, juga mengalami sesak nafas dalam peristiwa bentrokan serupa di beberapa kawasan lain di Tepi Barat pada aksi-aksi unjuk rasa mingguan anti-permukiman Zionis. (raialyoum)

Â