Jakarta, ICMES. Sedikitnya 59 orang, termasuk anak-anak, gugur dalam serangkaian serangan Israel di Jalur Gaza, menurut sumber medis.

Hamas mengecam pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, yang mendesak kelompok Palestina yang menguasai Gaza agar membebaskan tawanan Israel dan meletakkan senjata.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, dalam panggilan telepon dengan mitranya dari RI, Sugiono, menekankan urgensi negara-negara Islam mengambil tindakan untuk menghentikan kejahatan Israel.
Berita selengkapnya:
Israel Terus Mengganas Lagi di Gaza, Sedikitnya 59 Warga Palestina Gugur
Sedikitnya 59 orang, termasuk anak-anak, gugur dalam serangkaian serangan Israel di Jalur Gaza, menurut sumber medis.
Tim penyelamat dan petugas medis di kawasan pesisir itu mengatakan setidaknya 12 orang yang berasal dari keluarga yang sama termasuk di antara mereka yang gugur ketika rumah mereka di Jabalia, Gaza utara menjadi sasaran pada hari Kamis (24/4).
Enam anggota keluarga lainnya, sepasang suami istri dan empat anak mereka, gugur ketika serangan udara menghancurkan rumah mereka di Kota Gaza, ungkap pertahanan sipil dalam sebuah pernyataan.
Sepuluh orang lainnya gugur dan beberapa lainnya terluka akibat serangan terhadap kantor polisi di daerah Jabalia di Gaza utara, menurut pernyataan dari Rumah Sakit Indonesia, tempat para korban dibawa.
“Semua orang mulai berlarian dan berteriak, tidak tahu harus berbuat apa karena kengerian dan parahnya pengeboman itu,” kata Abdel Qader Sabah, 23 tahun, dari Jabalia, mengenai serangan yang menghantam stasiun yang terletak di dekat pasar.
Militer Israel mengatakan pihaknya menyerang apa yang diklaimnya sebagai “pusat komando dan kendali” Hamas di daerah Jabalia, tanpa menjelaskan apakah mereka menargetkan kantor polisi.
Militer Israel sebelumnya telah menggunakan pembenaran serupa dalam serangan yang menghantam rumah sakit dan sejumlah tempat penampungan yang menampung keluarga Palestina yang mengungsi.
Setidaknya 26 orang gugur dalam serangan Israel lainnya di seluruh wilayah itu, menurut petugas medis dan badan pertahanan sipil.
Dilaporkan bahwa kru pertahanan sipil masih bekerja untuk menggali reruntuhan di lokasi serangan terbaru di Jabalia, dan seorang petugas penyelamat yang mengatakan banyak korban mengalami luka bakar. (aljazeera)
Dihujat sebagai “Anak Anjing” oleh Mahmoud Abbas, Ini Tanggapan Hamas
Hamas mengecam pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, yang mendesak kelompok Palestina yang menguasai Gaza agar membebaskan tawanan Israel dan meletakkan senjata.
Pejabat senior Hamas Basem Naim mengatakan pada hari Kamis (24/4) bahwa pernyataan Abbas yang disampaikan sehari sebelumnya merupakan “penghinaan”.
“Abbas berulang kali dan secara mencurigakan menyalahkan rakyat kami atas kejahatan pendudukan dan agresi yang terus berlanjut,” katanya.
Sehari sebelumnya, Abbas mendesak Hamas agar membebaskan semua tawanan, sembari menyebut Hamas sebagai “anak anjing” dan mengatakan bahwa penyekapan tawanan itu memberi Israel “alasan” untuk menyerang Gaza.
“Hamas telah memberikan alasan kepada rezim okupasi kriminal untuk melakukan kejahatannya di Jalur Gaza, yang paling menonjol adalah menyandera,” kata Abbas dalam sebuah pertemuan di kantor pusat Otoritas Palestina di Ramallah, Tepi Barat.
“Saya yang membayar harganya, rakyat kita yang membayar harganya, bukan Israel. Saudaraku, serahkan saja mereka,” katanya.
“Setiap hari ada ratusan korban tewas. Hei anak anjing, serahkan apa yang kalian miliki dan keluarkan kami dari cobaan ini,” tambahnya kepada Hamas.
Telah terjadi perpecahan politik dan ideologis yang mendalam antara partai Fatah pimpinan Abbas dan Hamas selama hampir 20 tahun.
Abbas dan PA sering menuduh Hamas merusak persatuan Palestina, sementara Hamas mengecam Abbas karena bekerja sama dengan Israel dan merepresi perbedaan pendapat di Tepi Barat.
Gerakan Mujahidin Palestina, yang memisahkan diri dari Fatah pimpinan Abbas pada tahun 2000-an, juga merilis pernyataan kecaman terhadap Abbas di Telegram pada hari Rabu.
“Kami mengutuk keras pernyataan ofensif yang dibuat oleh Presiden Abbas dalam pertemuan Dewan Pusat mengenai perlawanan dan pejuang perlawanan rakyat kami, mengabaikan pengorbanan dan perjuangan rakyat kami dan mengabaikan penderitaan dan pengorbanan yang terus-menerus dari para tahanan,” bunyi pernyataan tersebut.
Gerakan itu menambahkan,“Kami mengutuk pemimpin Otoritas Palestina yang terus-menerus mengejar wacana ini, yang mengkriminalisasi perlawanan dan membebaskan rezim pendudukan dari kejahatan yang berkelanjutan terhadap rakyat kami selama beberapa dekade, terutama perang genosida terhadap Gaza, aneksasi dan Yahudisasi Tepi Barat dan Al-Quds, dan penderitaan berat yang dialami oleh para tahanan kami yang gagah berani.”
Gerakan tersebut juga meminta Abbas untuk mengeluarkan permintaan maaf atas pernyataannya.
Sejak operasi Israel di Gaza dilanjutkan pada 18 Maret, sedikitnya 1.928 orang gugur di Gaza, sehingga jumlah korban tewas sejak perang meletus menjadi sedikitnya 51.305, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
Pembicaraan tentang gencatan senjata baru sejauh ini tidak membuahkan hasil, dan delegasi Hamas berada di Kairo untuk melanjutkan perundingan dengan mediator Mesir dan Qatar. (aljazeera)
Via Telefon dengan Menlu RI, Menlu Iran Tekankan Keharusan Dunia Islam Bertindak untuk Hentikan Kejahatan Israel
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, dalam panggilan telepon dengan mitranya dari RI, Sugiono, pada hari Kamis (24/4) menekankan urgensi negara-negara Islam mengambil tindakan untuk menghentikan kejahatan Israel.
Araghchi mengatakan bahwa entitas Zionis, dengan dukungan komprehensif dari AS dan sejumlah negara Barat lainnya, telah mengubah Jalur Gaza dan Tepi Barat menjadi ajang genosida dan penyiksaan terhadap rakyat Palestina yang tidak bersalah.
Meskipun keputusan untuk penangkapan para gembong penjahat Zionis telah dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional, demikian pula perintah sementara dari Mahkamah Internasional untuk penghentian genosida, Rezim Zionis masih saja melanjutkan serangan biadabnya.
Araghchi menambahkan bahwa Israel secara bersamaan melanjutkan serangan dan agresinya terhadap Lebanon dan Suriah, sementara AS menyerang Yaman demi mendukung Israel.
Aksi Israel dan AS itu membuat seluruh kawasan Timur Tengah mengalami kemerosotan keamanan hingga level terendah, sehingga negara-negara Islam diharapkan dapat menunjukkan tindakan yang lebih besar untuk menghentikan kejahatan tersebut dan menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada rakyat tertindas Palestina.
Dikutip Al-Alam, Menlu RI Sugiono menegaskan keinginan negaranya memperluas kerja sama dan koordinasi dengan Iran, baik di tingkat bilateral maupun multilateral. Dia juga menyambut baik usulan yang disampaikan untuk memperkuat hubungan dan kerja sama bilateral.
Sugiono mendukung sikap mitranya dari Iran terkait penderitaan rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat, dengan menekankan perlunya konsensus dan upaya bersama oleh negara-negara Islam untuk segera menerapkan gencatan senjata dan membuka kembali rute bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.
Dia juga memuji Araghchi atas informasi terbaru yang disampaikan Araghchi tentang pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS, dan menyampaikan harapannya agar mencapai hasil yang diinginkan, mengingat komitmen semua pihak pada dialog dan diplomasi. (mm/alalam)