Peran Israel dalam Genosida Politik di Kolombia

Foto para pendukung Persatuan Patriotik (UP)  yang dihilangkan secara paksa. Foto dipamerkan di Bogota, 9 Agustus 2004. | Foto: EFE

Foto para pendukung Persatuan Patriotik (UP) yang dihilangkan secara paksa. Foto dipamerkan di Bogota, 9 Agustus 2004. | Foto: EFE

 

Oleh: Dan Cohen

Pada tanggal 6 April 1984, sekelompok pria berseragam polisi mendatangi rumah Milcíades Contento di kota Viotá, Kolombia.  Contento adalah seorang petani, komunis dan anggota Persatuan Patriotik (Patriotic Union – UP), sebuah bentuk baru partai politik eksperimental yang lahir dari negosiasi perdamaian tahun 1985 antara Presiden Belansio Betancourt berhaluan konservatif dan gerilyawan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, atau FARC.  Orang-orang itu menangkap Contento, mengikatnya dan menyeretnya pergi.  Keesokan harinya, mayatnya ditemukan di desa terdekat.

Pembunuhan Milcíades Contento menandai awal operasi pembantaian massal di Kolombia selama hampir dua dekade.  Dari 1984-2002, setidaknya 4.153 anggota Persatuan Patriotik (Patriotic Union – UP) – termasuk dua calon presiden, 14 anggota parlemen, 15 walikota, sembilan calon walikota, tiga anggota DPR dan tiga senator – dibunuh atau dihilangkan, yang dalam pengadilan Kolombia dianggap sebagai  “genosida politik.”

Operasi pembantaian itu, oleh para pelakunya, disebut El Baile Rojo (The Red Dance), “tarian merah.” Menurut data yang disajikan kepada Komisi Hak Asasi Manusia Antar-Amerika, genosida itu merenggut lebih dari 6.000 korban melalui pembunuhan, penghilangan, penyiksaan, pemindahan paksa dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.  Dari Mei 1984 hingga Desember 2002, tak ada satu bulan pun yang berlalu tanpa pembunuhan atau penghilangan anggota Persatuan Patriotik.  Pada pemilu 2002 yang membawa lvaro Uribe ke tampuk kekuasaan, Persatuan Patriotik telah dimusnahkan secara menyeluruh sehingga gagal memenuhi ambang batas pemilihan dan pemerintah menghapus status hukum partai tersebut.

Menurut penyelidikan yang baru-baru ini dilakukan oleh jurnalis terkenal Kolombia, Alberto Donadio, pemusnahan Persatuan Patriotik dirancang oleh pengganti Betancourt, Presiden Virgilio Barco Vargas. Operasi ini mengimplementasikan rencana yang dibuat oleh salah satu mata-mata paling terkenal dalam sejarah Israel, Rafael ‘Rafi’ Eitan.

Alberto Donadío, jurnalis investigasi Kolombia yang menulis buku investigasi tentang berbagai skandal politik di negara Amerika Latin.

Alberto Donadío, jurnalis investigasi Kolombia yang menulis buku investigasi tentang berbagai skandal politik di negara Amerika Latin.

Pengungkapan tersebut menggarisbawahi hubungan erat antara Israel dan Kolombia. Kolombia merupakan sekutu utama Amerika Serikat di Amerika Latin, sedangkan Israel adalah sekutu utama AS di Timur Tengah.  Kedua negara ini merupakan tempat pengujian senjata dan strategi militer yang telah lama diekspor ke seluruh dunia.  Keberhasilan Colombia Plan (Rencana Kolombia) dari Pemerintah AS dalam melemahkan gerakan gerilya FARC telah  “dipuji” sebagai model kontra-pemberontakan yang dapat diekspor, untuk diterapkan di berbagai negara, mulai dari Meksiko hingga Afghanistan.  Israel pun menjadikan kawasan pendudukannya di Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai laboratorium pengujian senjata terbesar dunia, di mana Israel memiliki tawanan populasi berjuta-juta orang Palestina.

Melalui kehadiran Rafi Eitan di Kolombia, aliansi mitra junior kekaisaran AS  berkembang semakin dalam.  Terlepas dari serangkaian skandal, hubungan Israel-Kolombia semakin kuat selama bertahun-tahun.  Di bawah Presiden Ivan Duque, kedua negara telah memperbarui hubungan dan personel militer Israel telah melatih rekan-rekan Kolombia mereka dalam “kontra-terorisme.”

Namun pembunuhan sistematis Persatuan Patriotik tetap menjadi salah satu kasus kekerasan politik paling ekstrem di Amerika Latin.  Skala pembunuhannya sangat mencolok karena, tidak sama seperti banyak rezim lain yang didukung AS, yang paling berdarah sekalipun, pada tahun 1980-an, Kolombia tidak pernah menganut bentuk kediktatoran.  Pembunuhan Persatuan Patriotik yang oleh para pelakunya disebut sebagai El Baile Rojo (Tari Merah) berlangsung di sebuah rezim yang disebut demokratis.

Pada tahun 1985, Presiden Kolombia Belisario Betancourt dan pemberontak FARC merundingkan kesepakatan damai untuk mengakhiri hampir tiga dekade konflik bersenjata.  Perjanjian tersebut meresmikan pembentukan  Persatuan Patriotik (Patriotic Union-UP). Para mantan gerilyawan bergabung dengan komunis, serikat pekerja, dewan aksi komunal dan intelektual sayap kiri, bersama-sama membentuk sebuah partai yang akan mengintegrasikan FARC ke dalam sistem politik elektoral.  Namun demikian, saat negosiasi sedang berlangsung, para anggota Persatuan Patriotik justru dibunuhi. Pada Mei 1986, pemimpin Partai Liberal Virgilio Barco memenangkan kursi kepresidenan.  Tak lama setelah ia menjabat, laju pembunuhan terhadap anggota Persatuan Patriotik meroket.  Sebanyak 400 anggota dibunuh dalam 14 bulan pertama masa jabatannya.

Menurut penyelidikan oleh Donadio, Barco diam-diam membawa agen veteran Mossad, Rafi Eitan ke Kolombia pada 7 Agustus 1986, untuk mencari petunjuk tentang cara mengalahkan FARC.  Setelah pertemuan rahasia awal di Istana Kepresidenan Kolombia, Eitan menghabiskan waktu beberapa bulan berkeliling negara dengan Penasihat Kolombia, yang secara diam-diam didanai oleh perusahaan migas raksasa Kolombia, Ecopetrol.

Pada pertemuan kedua, Presiden Barco menjelaskan rekomendasi Eitan kepada Sekretaris Jenderal Germán Montoya dan tokoh dari komando tinggi militer yang hadir.  Eitan bahkan menawarkan untuk memimpin sendiri pembunuhan itu dengan imbalan honorarium lain, tetapi komandan militer menolak tawarannya, bersikeras bahwa seluruh pasukan Kolombia akan melaksanakannya.

Selama beberapa dekade, peran Eitan dalam genosida Kolombia terlihat jelas, meski media tidak banyak meliputnya. Pada tanggal 1 Februari 1987, surat kabar Kolombia El Espectador menampilkan sebuah laporan tentang perekrutan Eitan, mencatat bahwa dia diundang ke Kolombia untuk keahliannya dalam “kontra-pemberontakan.”  Pada tahun 1989, jurnalis veteran Yossi Melman dan Dan Raviv melaporkan di The Washington Post bahwa orang Israel telah dipekerjakan sebagai penasihat keamanan nasional untuk pemerintah Kolombia.

Mantan kepala mata-mata Mossad Rafi Eitan, 90, dalam seminar di Tel Aviv tentang bisnis di Kuba. Grup BM Eitan memiliki minat berbisnis di Kuba. (sumber: Larry Luxner/Times of Israel)

Mantan kepala mata-mata Mossad Rafi Eitan (90 thn), dalam seminar di Tel Aviv tentang bisnis di Kuba. Grup BM Eitan memiliki minat berbisnis di Kuba. (sumber: Larry Luxner, 2018/Times of Israel)

Israel juga melatih paramiliter Kolombia, United Self-Defense Forces of Colombia (AUC). Pasukan AUC sejauh ini merupakan pelanggar HAM terburuk di seluruh Amerika, dan hubungan antara AUC dan Israel terus muncul di media. Pasukan AUC adalah kekuatan tempur yang awalnya tumbuh dari pembunuh bayaran yang melindungi operasi pengedar narkoba dan para tuan tanah. Aksi mereka di luar hukum tetapi sering mengkoordinasikan tindakannya dengan militer Kolombia, dengan cara yang mirip dengan hubungan pasukan Phalangist di Lebanon dengan tentara Israel sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an [Phalangist adalah pelaku pembantaian di kamp pengungsi Palestina Sabra-Shatila].  Meskipun AUC secara resmi didemobilisasi pada tahun 2007, paramiliter segera dikonfigurasi ulang di bawah berbagai formasi baru, tetap terkait erat dengan kepentingan negara dan bisnis.

FILE - In this Aug. 1, 2005 file photo, paramilitary fighters from the "Heroes of Granada" faction of the United Self-Defense Forces of Colombia, or AUC, attend a demobilization ceremony in Cristales, Colombia. Hundreds of right-wing paramilitaries are expected to walk free from prison beginning in March 2014 after serving eight-year sentences for crimes that normally carry more than triple the prison terms. Their lenient sentences were enshrined in a 2005 “Justice and Peace” law that provided a legal framework for the militias’ supposed dismantling under a peace deal with the government of then-President Alvaro Uribe. (AP Photo/Luis Benavides, File)

Pasukan paramiliter Kolombia United Self-Defense Forces of Colombia (AUC), saat mengikuti upacara pembubaran (2005)

Pada bulan Desember 2006, Kementerian Pertahanan Kolombia menyewa perusahaan keamanan swasta Israel, Global CST, untuk “membantu GOC [Pemerintah Kolombia] melakukan penilaian strategis terhadap konflik internal.”  Global CST dipimpin oleh Jenderal Ziv, seorang perwira karier yang memanfaatkan pengalaman militernya menjadi karier yang menguntungkan dalam menasihati dan melatih para pelaku kezaliman di seluruh dunia.

“Jenderal Ziv adalah kenalan pribadi Menteri Pertahanan saat itu, Juan Manuel Santos,” kabel diplomatik mencatat.  Di bawah Santos, Kolombia berusaha untuk membeli Hermes-450 Israel, sebuah pesawat tak berawak yang sedang dikembangkan di pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan dalam perang melawan negara tetangga Lebanon.

Namun, menurut kabel diplomatik, hubungan Tel Aviv-Bogota kembali memburuk setelah terungkap bahwa penerjemah Global CST dan warga negara Israel kelahiran Argentina, Shai Killman, “telah membuat salinan dokumen rahasia Kementerian Pertahanan Kolombia untuk dijual -tapi gagal- kepada Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia.” Dokumen-dokumen ini berisi “informasi database target bernilai tinggi” – yaitu merujuk pada informasi mengenai kepemimpinan FARC yang menjadi target pembunuhan, dengan bantuan CIA.  Akibat kebocoran informasi ini, ditambah dengan tekanan dari AS, Kolombia pun membatalkan kontrak untuk membeli drone Israel.

Meski pernah terjadi beberapa ketegangan dalam hubungan kedua negara, hubungan keduanya tetap kuat.  Pada tahun 2016, Duta Besar Israel untuk Kolombia saat itu, Marco Sermoneta, menyatakan bahwa Kolombia adalah penerima utama bantuan Israel. Tahun berikutnya, ketika operasi genosida terhadap para pemimpin sosial dan mantan gerilyawan dimulai, penasihat militer Israel mengunjungi pangkalan militer Kolombia untuk memberikan kursus pelatihan dalam bidang “keamanan.”

Presiden Kolombia saat ini, Ivan Duque, telah menunjukkan dukungan penuhnya pada hubungan dengan Israel.  Pada Maret 2020, ia muncul di Konferensi Aksi Politik Israel-Amerika dan menyombongankan tentang betapa erat hubungannya dengan Israel.  Beberapa bulan kemudian, Duque dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan peluncuran “Perjanjian Perdagangan Bebas Israel-Kolombia.”

Bila sebelumnya, mata-mata Israel yang menjadi penasehat keamanan bagi pemerintah Kolombia, kini keterlibatan Israel di bidang keamanan Kolombia dimunculkan secara resmi.  Pada Januari 2020, Jenderal Israel, Dan Glodfus, telah mengunjungi pangkalan militer Kolombia untuk memperkuat hubungan antara kedua negara.  Di saat yang sama, ketika terjadi pembantaian pada September 2020, Israel mengirim 10 instruktur untuk melatih Pasukan Khusus Kolombia dalam “kontra-terorisme.”[]

Diterjemahkan bebas dari tulisan Dan Cohen (sumber) oleh Nita H.