Rangkuman Berita Utama Timur Tengah,  Senin 3 November 2025

Jakarta, ICMES. Tentara Lebanon memobilisasi pasukannya di kota Mays al-Jabal di distrik Marjeyoun, Lebanon selatan, menyusul pergerakan militer Israel di dekat perbatasan.

Petinggi Biro Politik Ansarullah Yaman, Mohammed al-Bukhaiti, menegaskan bahwa pihaknya akan segera menanggapi sengit segala bentuk agresi Israel, dan menekankan pengutamaan konfrontasi langsung dengan Israel karena memperkuat persatuan bangsa Yaman dan lebih murah daripada perang saudara.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan lebih dari 500 jenazah telah ditemukan dari bawah reruntuhan di Jalur Gaza sejak gencatan senjata yang ditengahi AS berlaku beberapa minggu lalu.

Berita selengkapnya:

Tentara Lebanon Mobilisasi Pasukan Menyusul Pergerakan Tentara Israel di Perbatasan

Tentara Lebanon memobilisasi pasukannya di kota Mays al-Jabal di distrik Marjeyoun, Lebanon selatan, menyusul pergerakan militer Israel di dekat perbatasan.

Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) pada hari Minggu (2/11) melaporkan,Tentara Israel memobilisasi pasukannya di wilayah pendudukan di seberang permukiman Kroum al-Marah di sebelah timur Mays al-Jabal, yang mendorong tentara Lebanon untuk juga memobilisasi dan mengerahkan kendaraan serta tentaranya ke wilayah tersebut untuk sementara waktu, hingga tentara Israel mundur.”

Perkembangan ini terjadi beberapa hari setelah Presiden Lebanon Joseph Aoun, untuk pertama kalinya, mengeluarkan perintah kepada tentara Kamis lalu agae menghadapi setiap serangan militer Israel ke wilayah Lebanon yang telah dibebaskan di bagian selatan negara ini, menurut pernyataan dari kepresidenan.

Arahan tersebut dikeluarkan setelah pasukan Israel menyusup ke Lebanon selatan dan membunuh seorang pegawai pemerintah kota di dalam gedung pemerintah kota Blida, dalam serangan yang disebut-sebut “belum pernah terjadi sebelumnya” sejak perjanjian gencatan senjata dengan Israel.

Selama berminggu-minggu, ketegangan meningkat di Lebanon selatan. Tentara Israel mengintensifkan serangan udara hampir setiap hari di wilayah Lebanon meskipun ada perjanjian gencatan senjata.

Pada hari Jumat, Perusahaan Penyiaran Israel melaporkan bahwa Tel Aviv sedang mempertimbangkan peningkatan operasi militernya di Lebanon, dan mengklaim hal itu sebagai tanggapan atas upaya Hizbullah untuk meningkatkan kemampuannya.

Perjanjian tersebut menyudahi serangan Israel terhadap Lebanon yang dimulai pada Oktober 2023 dan meningkat menjadi perang skala penuh pada September 2024, hingga menewaskan lebih dari 4.000 orang dan mencederai sekitar 17.000 lainnya.

Israel melanggar perjanjian tersebut, yang mulai berlaku pada November 2024, sebanyak lebih dari 4.500 kali hingga menjatuhkan ratusan korban gugur dan luka.

Sementara itu, pada hari Minggu ratusan orang berpartisipasi dalam prosesi pemakaman lima anggota Hizbullah yang gugur akibat dua serangan udara Israel di distrik Nabatieh di Lebanon selatan pada Sabtu malam.

Kantor Berita Nasional Lebanon, NNA, melaporkan, “Hizbullah dan penduduk Nabatieh berduka atas Mohammad Jawad Jaber, Abdullah Kahil, Mohammad Kahil, dan Hadi Hamed, yang gugur dalam serangan udara Israel di kota Kfar Remman.”

NNA menambahkan bahwa pemakaman tersebut juga mencakup “Hassan Hamed Ghayth, yang gugur dalam serangan udara Israel terhadap pengendara  motor di kota Shoukin di distrik Nabatieh (Jumat). Sebuah upacara peringatan khusus digelar untuk kelima martir di pintu masuk utara kota Nabatieh di mana mereka disambut oleh kerumunan warga yang meneriakkan  yel-yel ‘mampus Israel.’”

Anggota Parlemen Ali Fayyad, anggota blok parlemen Hizbullah, dalam orasi pada proses itu menegaskan, “Rakyat kami tidak akan melepaskan hak mereka atas tanah, kedaulatan, dan keamanan mereka, dan juga tidak akan melepaskan hak mereka untuk membela diri.” (raialyoum)

Tanggapi Netanyahu, Al-Bukhati: Yaman akan Membalas Telak Segala Bentuk Serangan Israel

Petinggi Biro Politik Ansarullah Yaman, Mohammed al-Bukhaiti, menegaskan bahwa pihaknya akan segera menanggapi sengit segala bentuk agresi Israel, dan menekankan pengutamaan konfrontasi langsung dengan Israel karena memperkuat persatuan bangsa Yaman dan lebih murah daripada perang saudara.

Al-Bukhaiti dalam postingannya di platform X menambahkan, Selama dua dekade terakhir, kita telah menderita kerugian besar akibat keberhasilan Avichai Adraee (juru bicara militer Israel) menyesatkan banyak orang dengan kebohongan bahwa Syiah lebih berbahaya daripada Yahudi.”  Dia juga menegaskan,Solusi yang melindungi bangsa dari perselisihan internal dan menyatukannya adalah konfrontasi langsung dengan musuh.”

Ditujukan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, al-Bukhaiti menegaskan: “Kami tidak mengenal ‘pempertahanan hak membalas pada waktu dan tempat yang tepat’; melainkan, mengetahui firman Allah SWT: ‘Siapa yang menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu.'” (QS. Al-Baqarah [2]: 194)

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menyebut Houthi (Ansarulllah) sebagai “salah satu ancaman terbesar terhadap Israel”, dan berjanji untuk “melakukan apa pun yang diperlukan demi memusnahkan ancaman ini”

Al-Bukhaiti juga menyatakan, “Jika kami terpaksa terlibat dalam konfrontasi langsung putaran ketiga dengan entitas Zionis, maka apa yang kami minta dari saudara-saudara Arab kami selama tahap ini bukanlah berjuang bersama kami, melainkan setidaknya belajar dari paham Yaman tentang makna iman kepada Tuhan, kejantanan, harga diri, martabat, kehormatan, kesabaran, kesetiaan, pengorbanan, dan keberanian.” (alalam/tasnim)

Lebih dari 500 Jenazah Ditemukan di Gaza sejak Berlaku Gencatan Senjata

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan lebih dari 500 jenazah telah ditemukan dari bawah reruntuhan di Jalur Gaza sejak gencatan senjata yang ditengahi AS berlaku beberapa minggu lalu.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Minggu (2/11), kementerian itu menyebutkan jenazah tersebut adalah warga Palestina yang gugur dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza, dan sebanyak 236 orang juga gugurdan 600 lainnya luka-luka akibat serangan Israel sejak gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober.

Selama 16 hari pertama gencatan senjata, 472 jenazah telah ditemukan dan dibawa ke kamar mayat rumah sakit untuk diidentifikasi, belum termasuk 195 jenazah yang dikembalikan oleh Israel sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.

Tugas yang menantang untuk menemukan dan mengidentifikasi korban tewas telah menjadi salah satu operasi pemulihan paling melelahkan dalam sejarah modern seiring negosiasi terus berlanjut untuk mempertahankan gencatan senjata yang rapuh.

Pejabat Pertahanan Sipil Gaza memperkirakan bahwa sebanyak 10.000-14.000 orang masih hilang, dan diduga terjebak di bawah rumah, blok apartemen, dan bangunan umum yang hancur.

Warga Palestina menghadapi tugas berat untuk memilah sekitar 61 juta ton puing, jumlah yang kira-kira 20 kali lipat jumlah yang dihasilkan oleh semua konflik Gaza sejak 2008, tanpa mesin yang diperlukan.

“Seluruh dunia telah menyaksikan peralatan dibawa untuk mengambil jenazah tawanan Israel, padahal kami juga membutuhkan peralatan yang sama untuk mengambil jenazah kami.” kata Dr. Mohammed al-Mughir, direktur dukungan kemanusiaan dan kerja sama internasional di Pertahanan Sipil Gaza.

Sejauh ini, tim pemulihan mengandalkan peralatan seadanya seperti sekop, beliung, gerobak dorong, dan tenaga kerja manual, karena permintaan ekskavator dan buldoser dari Israel masih belum terpenuhi.

Sekalipun izin diberikan segera, para pejabat memperkirakan akan memakan waktu hingga sembilan bulan untuk mengevakuasi sebagian besar jenazah.

Upaya yang dilakukan saat ini lebih berfokus pada bangunan-bangunan kecil yang memungkinkan penggalian manual, sementara menara-menara apartemen yang lebih besar, beberapa di antaranya mencapai tujuh atau delapan lantai, tetap utuh.

Sementara itu, banyak keluarga terus menunggu dengan cemas kabar terbaru tentang anggota keluarga mereka yang hilang, dengan sekitar 30 keluarga per hari mencari bantuan di markas pertahanan sipil di Kota Gaza.

Sejak perang dimulai, pertahanan sipil Gaza telah menerima ratusan laporan orang hilang dan telah menyusun perkiraan rinci lokasi pemakaman potensial, termasuk lebih dari 35 rumah di Rafah dan sejumlah bangunan di Khan Younis serta wilayah timur Jalur Gaza tempat jenazah diyakini berada.

Pengungsian dan perintah evakuasi telah mengakibatkan terpisahnya ribuan keluarga, membuat banyak keluarga mengetahui bahwa kerabat mereka telah meninggal, tetapi tidak yakin akan keberadaan jenazah mereka.

Program Lingkungan PBB memperkirakan bahwa dibutuhkan waktu tujuh tahun bagi 105 truk, yang bekerja setiap hari, untuk membersihkan semua puing-puing Gaza jika jalan-jalan dapat dilalui. Namun, 77 persen jaringan jalan Gaza telah rusak atau hancur, dengan banyak rute terblokir atau tidak aman, dan dipenuhi puing-puing berbahaya seperti asbes dan persenjataan yang belum meledak.

Menurut Dinas Aksi Ranjau PBB (UNMAS), telah terjadi 147 insiden yang menewaskan 52 orang dan melukai ratusan lainnya akibat bahan peledak yang terpendam sejak Oktober 2023. (presstv)