Rangkuman Berita Utama Kamis 9 Oktober 2025

Jakarta, ICMES. Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), Ziyad al-Nakhalah, kubu pejuang perlawanan Palestina telah menyatakan kesediaannya bernegosiasi atas dasar bahwa ada beberapa persyaratan yang dapat ditangani secara positif, terutama klausul pertukaran tawanan.

Pasukan pendudukan Israel terus melancarkan pemboman intensif di berbagai wilayah di Jalur Gaza, hingga mengakibatkan puluhan orang gugur dan luka-luka pada hari Rabu (8/10).

11 personel militer tewas dalam baku tembak dengan militan bersenjata di wilayah barat laut Pakistan, menurut pihak militer negara ini.

Berita selengkapnya:

Dua Tahun Perang Gaza, Sekjen Jihad Islam: Bangsa Palestina Pantang Menyerah

Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), Ziyad al-Nakhalah, kubu pejuang perlawanan Palestina telah menyatakan kesediaannya bernegosiasi atas dasar bahwa ada beberapa persyaratan yang dapat ditangani secara positif, terutama klausul pertukaran tawanan.

“Menyerah pada persyaratan musuh tidaklah dapat diterima, mengingat bahwa pengorbanan telah banyak diberikan oleh bangsa kami nan gagah berani,” ungkap al-Nakhalah, dalam sebuah pernyataan pada peringatan tahun kedua Badai Al-Aqsa, Rabu (8/10).

Dia menilai gagasan Presiden AS Donald Trump mengharuskan rakyat Palestina menyerah sepenuhnya kepada musuh.

“Klausul pertukaran tawanan dapat dicapai dalam beberapa hari mendatang, dan dengan itu, kita singkirkan pelatuk dan pembenaran musuh atas agresinya,” lanjut Al-Nakhala.

Dia mengatakan, “Kubu pejuang sedang melancarkan negosiasi sengit di bawah rencana Trump, dan bangsa kami nan berani dan tangguh tidak akan mengibarkan bendera menyerah di Gaza.”

Dia juga menuturkan, “Hari ini kita berdiri di persimpangan jalan yang penting, dan jalan kebenaran sudah jelas. Kita harus bangkit dari pertempuran ini dengan kepala tegak. Kita adalah pemilik yang sah, dan kita harus berjuang untuk merebut kembali hak-hak kita. Kita sedang melancarkan pertempuran terberat dalam sejarah perjuangan kita, dan kita tidak akan pernah menyerah.”

Al-Nakhalah menegaskan, “Jika musuh melalui negosiasi bersikeras mewujudkan apa yang tak dapat mereka wujudkan melalui perang maka kita akan terus bertahan. Musuh dan sekutunya mengancam kita dengan pembunuhan dan penghancuran yang berkelanjutan jika kita tidak menyerah… Bukankah mereka sudah  melakukannya? Mereka sudah melakukan itu dan lebih banyak lagi.”

Dia melanjutkan, “Dua tahun telah berlalu sejak Operasi Badai Al-Aqsa, bangsa kita tetap teguh, dan perjuang perlawanan mereka tetap aktif di lapangan. Bangsa Palestina tetap sabar, menantang, dan menolak menyerah. Kubu perlawanan Palestina nan gagah berani tidak berhenti memerangi musuh, dan menimbulkan kerugian pada mereka hari demi hari.”

Dia juga mengatakan, “Dua tahun, dan musuh membunuh dan menghancurkan segalanya, dan rakyat kita belum menyerah kepada para pembunuh dan penjahat Zionis. Dua tahun telah menggerakkan setiap orang dengan hati nurani manusia di dunia ini untuk bangkit dalam solidaritas dan dukungan.” (almayadeen)

Pemboman Meningkat, Jumlah Korban Gugur Perang di Gaza Lampaui 67,000

Pasukan pendudukan Israel terus melancarkan pemboman intensif di berbagai wilayah di Jalur Gaza, hingga mengakibatkan puluhan orang gugur dan luka-luka pada hari Rabu (8/10).

Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan jumlah syuhada sejak pecahnya perang dua tahun lalu bertambah menjadi lebih dari 67.000 orang.

Sumber medis melaporkan peningkatan intensitas pemboman di beberapa wilayah di Jalur Gaza, di mana pesawat Israel menyerang bangunan tempat tinggal di kota Khan Yunis di Jalur Gaza selatan.

Kompleks Medis Nasser mengonfirmasi gugurnya seorang warga Palestina dan terlukanya beberapa orang lainnya yang sedang mencari bantuan di dekat pusat distribusi di utara kota Rafah.

Rumah Sakit Al-Awda melaporkan gugurnya seorang warga dalam serangan artileri yang menyasar wilayah Wadi Gaza, sebelah utara kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah.

Di Kota Gaza, warga menemukan jenazah seorang syahid dari permukiman Al-Nasr setelah menjadi sasaran serangan pesawat nirawak Israel saat ia sedang memeriksa rumahnya. Jenazah tersebut tidak dapat ditemukan selama berhari-hari karena intensitas penembakan. Beberapa korban lainnya masih berada di daerah yang sama.

Di permukiman Al-Sabra, sebelah selatan kota, pasukan pendudukan menghancurkan rumah-rumah setelah meledakkan empat kendaraan militer bermuatan bahan peledak di permukiman, hingga menyebabkan kerusakan luas pada bangunan dan fasilitas umum.

230 Serangan Udara

Kantor Media Pemerintah di Gaza menyatakan bahwa sejak dini hari Sabtu lalu, pasukan pendudukan melancarkan lebih dari 230 serangan udara dan artileri di wilayah padat penduduk sipil dan pengungsi, hingga menggugurkan 118 orang, termasuk perempuan dan anak-anak serta 72 orang di Kota Gaza.

Kantor tersebut menambahkan bahwa Israel “terus melakukan pembantaian nyata terhadap warga sipil,” dan bahwa agresi yang sedang berlangsung “mengabaikan seruan gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump dan tanggapan positif yang ditawarkan terhadap usulan tersebut.”

Kantor tersebut mendesak masyarakat internasional dan pemerintah AS untuk mengambil tindakan segera dan efektif guna menghentikan agresi dan memberlakukan gencatan senjata yang sesungguhnya.

Kementerian Kesehatan di Gaza, dalam pernyataannya pada hari Rabu, menyebutkan bahwa 10 warga Palestina gugur dan 61 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir. Hal ini menjadikan total korban agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 menjadi 67.183 orang syahid dan 169.841 orang luka-luka.

Kementerian itu  juga menyatakan bahwa sejumlah korban masih tertimbun reruntuhan bangunan atau di jalanan akibat sulitnya akses ambulan dan tim pertahanan sipil akibat pengeboman yang terus berlanjut.

Kementerian Kesehatan Gaza menambahkan bahwa jumlah korban gugur yang tercatat sejak 18 Maret telah mencapai 13.588 orang dan 57.800 orang luka-luka, sementara jumlah korban gugur saat berupaya mendapatkan bantuan kemanusiaan bertambah menjadi 2.613 orang, dan lebih dari 19.000 korban luka. (aljazeera)

Pertempuran di Pakistan Tewaskan Puluhan Tentara dan Militan

11 personel militer tewas dalam baku tembak dengan militan bersenjata di wilayah barat laut Pakistan, menurut pihak militer negara ini.

Baku tembak meletus pada hari Rabu (8/10) dalam operasi intelijen di distrik Orakzai dekat perbatasan Afghanistan, ungkap militer dalam siaran pers.

Militer mengatakan terjadi baku tembak yang “intens” dengan “Khawarij”, istilah yang digunakan militer untuk kelompok terlarang seperti Taliban Pakistan, yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Di antara korban tewas adalah Letkol. Junaid Arif dan wakilnya, Mayor Tayyab Rahat, bersama sembilan tentara lainnya. Militer mengatakan 19 militan juga tewas.

Pejabat keamanan Pakistan melaporkan bahwa kawanan militan menyergap konvoi militer dengan bom pinggir jalan sebelum melepaskan tembakan.

Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Shehbaz Sharif memuji pasukan keamanan atas pengabdian mereka dan memberikan penghormatan kepada pasukan yang gugur.

Dalam beberapa bulan terakhir, Taliban Pakistan, yang ingin menggulingkan pemerintah dan menggantinya dengan pemerintahan Islam garis keras mereka, telah meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan Pakistan.

Islamabad mengatakan kelompok itu menggunakan negara tetangga Afghanistan untuk melatih dan merencanakan serangan terhadap Pakistan, sementara musuh bebuyutannya, India, mendanai dan mendukung mereka. Tuduhan ini dibantah oleh kedua negara tersebut. (aljazeera/reuters)