Oleh: Chairul Fajar*
Sepanjang 2020 ini dunia telah mengalami sejumlah perkembangan dan kemunculan krisis baru. Pandemi Covid-19, ancaman ketidakpastian keamanan di Timur Tengah, Indo-Pasifik beserta kawasan sekitarnya hingga deteriorasi mekanisme diplomatik antara aktor global (AS) dan kekuatan kawasan seakan dimaknai sebagai jurang lebar yang semakin memperjauh peluang kerjasama di antara para aktor politik internasional guna mengembalikan semangat kerjasama berbasis rules and norms.
Di Indo-Pasifik, intensi geopolitik dan militer China belakangan telah menyumbangkan ketidakpastian tensi keamanan di kawasan. Langkah China yang berupaya memperluas klaim batas negaranya memicu penolakan keras sejumlah negara di kawasan terkini seperti di Himalaya, Laut China Timur, dan Laut China Selatan bersama sebagian besar negara anggota ASEAN bersamaan dengan tekanan China terhadap kedaulatan Taiwan dan krisis demokrasi di Hong Kong.
Perluasan pengaruh China di kawasan secara tidak langsung telah menjelma sebagai kompetisi strategis yang semakin memperkokoh AS bersama sekutu India-Jepang-Australia dalam format quadrilateral-alliance guna membendung langkah pengaruh China. Jika melihat situasi ke depan, bukan mustahil format tersebut akan mengalami perluasan anggota dan mitra di tengah semakin banyaknya negara di kawasan yang menghadapi tekanan diplomatik China sekaligus menjadi means bagi AS guna menggalang dukungan negara-negara lain ikut serta meminta pertanggungjawaban China atas pandemic Covid-19 seperti disampaikan Trump dalam pidatonya di Sidang Umum PBB September lalu. [1]
Sementara di Timur Tengah, kontestasi pengaruh nampaknya masih akan terus berlangsung dan bersifat cair. Baru-baru ini muncul langkah mengejutkan berupa kesepakatan pembukaan hubungan diplomatik UAE-Bahrain dengan Israel yang disponsori AS. Kesepakatan ini telah menambah daftar negara-negara di Timur Tengah yang berdamai dengan Israel. Hal ini dimaknai sebagai langkah inisiatif negara-negara di kawasan dalam rangka membendung pengaruh Iran di luar kepemimpinan Saudi yang hingga kini masih akan terus terikat oleh perang berkepanjangan di Yaman tanpa hasil desisif. Setting politik ini praktis membuat Palestina semakin terkucil karena ditinggalkan sejumlah negara Arab yang diikuti menurunnya bantuan luar negeri kepada Palestina. Ini berarti perjuangan mencapai kemerdekaan Palestina akan semakin terjal dan menantang. [2]
Pasca kekalahan ISIS, intensitas konflik di Suriah mulai memasuki intensitas rendah. Namun konflik masih jauh dari kata akhir dan Suriah akan terus menjadi salah satu sumber ketidakpastian keamanan di kawasan mengingat masih adanya deadlock kesepakatan faksi-faksi terlibat konflik dengan para negara sponsornya. Turki masih akan terus tetap mempertahankan posisinya di Idlib mendukung pemberontak dukungannya sementara AS dan koalisi internasional belum akan mengundurkan diri dari utara Sungai Eufrat yang berada di bawah kendali faksi YPG Kurdi.
Situasi ini telah mendorong Turki di bawah kepemimpinan Erdogan untuk terus melakukan sejumlah manuver guna menguatkan posisinya di kawasan. Setelah mengirimkan  milisi bersenjata untuk ke Libya untuk mengamankan posisi pemerintahan dukungan PBB di Tripoli dari ancaman pro-Haftar, kini Turki melebarkan pengaruhnya dalam krisis Nargorno-Karabakh melalui dukungan diplomatik dan militer terbatas kepada Azerbaijan. Turki diduga mengirimkan militan pro-Turki dari Suriah dan Libya ke Azerbaijan. [3]
Pengiriman militan pro-Turki ini diduga akan mendorong Rusia untuk berpihak pada Armenia mengingat geostrategisnya sangat dekat dengan kawasan Kaukasus yang sempat menjadi pusat konflik pada tahun 1990-an silam (Chechnya dan Ossetia Selatan). Bagi Rusia, eksistensi elemen militan pro-Turki di Kaukasus ini sangat rawan berpotensi diboncengi aktor terorisme manakala Azerbaijan-Turki tidak dapat memberikan jaminan kontrol penuh atas militan tersebut. Guna mengantisipasi kemungkinan ini, sangat mungkin Rusia atau Turki menggelar inisiasi format perundingan yang mengatur mekanisme mempertahankan stabilitas di kawasan. [4]
Di lain pihak, kurang dari 40 hari lagi AS akan mengadakan pemilu presiden yang sangat dinantikan karena hasil pemilu ini akan sangat berpengaruh pada ritme perpolitikan global. Jika Trump menang kembali, besar kemungkinan di ranah kebijakan luar negerinya Trump tetap akan terus melanjutkan tekanan diplomatik kepada Iran-Venezuela-China secara ketat lewat sanksi internasional sekaligus memfokuskan taji AS di kawasan Indo-Pasifik guna membendung pengaruh China.
Sebaliknya, jika Biden menang, tidak dipungkiri AS akan berpeluang membuka kembali pintu perundingan bagi Iran-Venezuela-China untuk tawar-menawar kesepakatan guna meringankan sanksi internasional terhadap ketiganya. Di bawah kepemimpinan Biden, AS akan berpeluang ‘mengembalikan’ fokus geopolitik AS dari yang saat ini berkompetisi sengit dengan China untuk fokus kembali berkompetisi dengan Rusia di Eropa dan Iran di Timur Tengah.
Dari beberapa tren di atas, tahun 2020 akan dimaknai menjadi tahun dengan turbulensi geopolitik cukup penting dan menentukan. Kepemimpinan politik para aktor kunci di tingkat global dan kawasan secara umum menunjukkan pendekatan yang relatif bijak dan rasional demi menghindari peluang terjadinya konflik bersenjata lebih luas.  Ada dua skenario yang mungkin terjadi tahun 2021: tahun dengan kompetisi dan rivalitas geopolitik yang akan semakin sengit atau bahkan bisa menjadi tahun bagi para aktor melaksanakan détente (peredaan ketegangan) di awal dekade ketiga abad ke-21.
*Â Penulis adalah sarjana Hubungan Internasional dari UPN Veteran Jakarta. Profil LinkedIn:Â https://linkedin.com/in/chairulfajar
Referensi:
[1]Â Â Â Â Â Â https://www.nytimes.com/2020/09/22/world/americas/UN-Trump-Xi-China-coronavirus.html
[2] https://republika.co.id/berita/qhjpyn366/7-negara-muslim-arab-akan-normalisasi-dengan-israel
[3] https://www.nytimes.com/2020/10/01/world/middleeast/turkey-azerbaijan-armenia-war.html
[4] https://www.reuters.com/article/us-armenia-azerbaijan-putin-macron/france-accuses-turkey-of-sending-syrian-mercenaries-to-nagorno-karabakh-idUSKBN26L3SB