Siapa yang Mendapatkan Keuntungan dalam Serangan di Airport Kabul?

Bandara Kabul (foto: Peretz Partensky/Wikimedia Commons)

Bandara Kabul (foto: Peretz Partensky/Wikimedia Commons)

Oleh: Pepe Escobar

Bom bunuh diri Kabul yang mengerikan telah menunjukkan satu elemen tambahan dalam situasi yang sudah panas: ini bertujuan untuk membuktikan kepada masyarakat Afghanistan dan dunia luar bahwa Islamic Emirate of Afghanistan (IEA) tidak mampu mengamankan ibu kota.

Saat ini, setidaknya 103 orang – 90 warga Afghanistan (termasuk 28 Taliban) dan 13 prajurit Amerika – tewas dan sekitar 1.300 terluka, menurut Kementerian Kesehatan Afghanistan. ISIS melalui saluran Telegram Amaq Media, kantor berita resmi ISIS telah menyatakan bertanggung jawab.

Artinya, aksi bom ini berasal dari komando ISIS yang terpusat, meski pelakunya adalah anggota ISIS-Khorasan (ISIS-K).

Penggunaan nama Khorasan oleh ISIS adalah mencemarkan nama besar Khorasan, kawasan bersejarah dan memiliki budaya tinggi di Asia Tengah kuno sejak zaman kekaisaran Persia, yang membentang sampai ke Himalaya barat.

Pelaku bom bunuh diri di bandara Kabul -menurut media ISIS- adalah Abdul Rahman al-Logari. Nama Logari menunjukkan bahwa dia orang Afghanistan, berasal dari provinsi Logar. Dan ini juga menunjukkan bahwa pengeboman itu mungkin diorganisir oleh sel tidur ISIS-Khorasan. Analisis elektronik canggih dari komunikasi mereka akan dapat membuktikannya – alat yang tidak dimiliki oleh Taliban.

ISIS yang sangat aktif bermedia sosial ini menampilkan cara tersendiri dalam memframing pembantaian ini, perlu dicermati.  Amaq Media mengecam Taliban karena “bermitra” dengan militer AS dalam mengevakuasi orang-orang Afghan yang mereka sebut “mata-mata.” Amaq mengolok-olok “langkah-langkah keamanan yang diberlakukan oleh pasukan Amerika dan milisi Taliban di ibu kota Kabul,” karena terbukti bahwa “martir ISIS dapat mendekati pasukan AS dalam jarak tidak kurang dari lima meter.”

Jadi jelas bahwa IEA dan tentara AS kali ini menghadapi musuh yang sama. ISIS-Khorasan terdiri dari sekelompok fanatik, yang disebut takfiri karena mereka mendefinisikan sesama Muslim – dalam hal ini Taliban – sebagai “murtad.”

ISIS-K didirikan tahun 2015 oleh jihadis emigran yang dikirim ke Pakistan barat daya. Pemimpinnya saat ini adalah Shahab al-Mujahir, yang merupakan komandan tingkat menengah jaringan Haqqani yang bermarkas di Waziristan Utara di wilayah suku Pakistan. Mereka ini merupakan kumpulan mujahidin yang berbeda dan calon “jihadis” di bawah payung “keluarga jihadis” sedunia.

Washington mencap jaringan Haqqani sebagai organisasi teroris sejak tahun 2010, dan memperlakukan beberapa anggotanya sebagai teroris global, termasuk Sirajuddin Haqqani, penerus Jalaluddin Haqqani (pendiri jaringan Haqqani). Hingga saat ini, Sirajuddin adalah wakil pemimpin Taliban untuk provinsi-provinsi timur – setingkat dengan Mullah Baradar. Baradar adalah kepala kantor politik Taliban di Doha (Qatar), yang dibebaskan AS dari Guantanamo pada tahun 2014. Yang terpenting, paman Sirajuddin, Khalil Haqqani, yang sebelumnya bertanggung jawab atas pembiayaan luar negeri jaringan tersebut, sekarang bertanggung jawab atas keamanan Kabul dan bekerja sebagai “diplomat IEA” selama 24 jam dalam sepekan.

Para pemimpin ISIS-K sebelumnya dibunuh oleh serangan udara AS pada 2015 dan 2016. ISIS-K mulai menjadi kekuatan destabilisasi yang nyata pada tahun 2020 ketika kelompok ini kembali menyerang Universitas Kabul, bangsal bersalin Doctor Without Borders, istana kepresidenan dan bandara. Intel Laporan intelijen NATO yang dikutip dalam laporan PBB menyebutkan ada 2.200 jihadis yang terkait dengan ISIS-K, yang dipecah menjadi sel-sel kecil. Mayoritas mutlak anggota ISIS-K adalah non-Afghanistan: Irak, Saudi, Kuwait, Pakistan, Uzbek, Chechnya, dan Uighur. Bahaya sebenarnya adalah bahwa ISIS-K bekerja sebagai semacam magnet bagi semua mantan Taliban yang tidak puas atau panglima perang regional yang tidak memiliki tujuan.

Kekacauan dan kerumunan warga sipil beberapa hari terakhir di sekitar bandara Kabul adalah sasaran empuk yang sempurna untuk pembantaian ala ISIS. Zabihullah Mujahid – menteri informasi baru Taliban di Kabul, yang berbicara dengan media global setiap hari – adalah orang yang benar-benar memperingatkan anggota NATO bahwa bom bunuh diri ISIS-K akan segera terjadi. Para diplomat Brussel membenarkannya.

Secara paralel, bukan rahasia di kalangan intel di Eurasia bahwa ISIS-K telah menjadi lebih kuat sejak 2020 karena masuknya petempur ISIS dari Idlib (Suriah). Jalur transportasi dari Idlib ke Afghanistan timur secara informal dikenal sebagai “Daesh Airlines” dan difasilitasi oleh AS dan Inggris.

Moskow dan Teheran, bahkan pada tingkat diplomatik yang sangat tinggi, secara terang-terangan menyalahkan poros AS-Inggris sebagai fasilitator utama dari masuknya ISIS ke Afghanistan.

Bahkan BBC melaporkan pada akhir 2017 bahwa ratusan jihadis ISIS diberi jalan keluar yang aman dari Raqqa, dan keluar dari Suriah, tepat di depan mata pasukan Amerika.

Pemboman Kabul terjadi setelah dua peristiwa yang sangat signifikan. Yang pertama adalah klaim Zabihullah Mujahid dalam wawancara dengan media AS, NBC News awal pekan ini bahwa “tidak ada bukti” Osama bin Laden berada di balik 9/11.

Ini berarti Taliban telah memulai kampanye untuk melepaskan diri dari label “teroris” yang terkait dengan 9/11. Langkah selanjutnya mungkin melibatkan argumen bahwa eksekusi 9/11 dilakukan di Hamburg, rincian operasional dikoordinasikan dari dua apartemen di New Jersey. Tidak ada hubungannya dengan Afganistan.

Dan semuanya tetap dalam parameter narasi resmi – tetapi itu adalah cerita lain yang sangat rumit. Taliban perlu menunjukkan bahwa “terorisme” adalah terkait dengan musuh mereka, ISIS, dan beda jauh dengan al-Qaeda yang mereka lindungi hingga tahun 2001. Tentu saja, mereka tidak perlu malu membuat klaim seperti itu karena Amerika Serikat juga merehabilitasi Jabhah Al-Nusra – atau al-Qaeda di Suriah – dan menyebutnya “pemberontak moderat.”

Asal usul ISIS adalah dari kamp-kamp penjara Irak, pasukan intinya terdiri dari orang-orang Irak, keterampilan militer mereka berasal dari mantan perwira di tentara Saddam, sekelompok liar yang dipecat pada tahun 2003 oleh Paul Bremmer, kepala Koalisi AS [yang menginvasi Irak]. ISIS-K membawa “karya” ISIS dari Asia Barat Daya ke persimpangan Asia Tengah dan Selatan di Afghanistan.

Tidak ada bukti kredibel bahwa ISIS-K memiliki hubungan dengan intel militer Pakistan. Sebaliknya: ISIS-K secara longgar bersekutu dengan Tehreek-e-Taliban (TTP), juga dikenal sebagai Taliban Pakistan, musuh bebuyutan Islamabad.

Agenda TTP tidak ada hubungannya dengan Taliban Afghanistan moderat pimpinan Mullah Baradar yang berpartisipasi dalam proses perdamaian di Doha.

SCO (Organisasi Kerjasama Shanghai) sebagai Penyelamat

Pengeboman Kabul terjadi hanya satu hari setelah percakapan telepon antara Presiden Vladimir Putin dan Xi Jinping. Kremlin menekankan “kesiapan untuk meningkatkan upaya memerangi ancaman terorisme dan perdagangan narkoba yang datang dari wilayah Afghanistan”;“pentingnya membangun perdamaian”;dan “mencegah penyebaran ketidakstabilan ke wilayah yang berdekatan.”

Artinya: mereka bersama-sama berkomitmen untuk “memanfaatkan potensi” SCO (Organisasi Kerjasama Shanghai).  SCO didirikan 20 tahun lalu dengan nama “Shanghai Five”, bahkan sebelum terjadinya 9/11, untuk melawan “terorisme, separatisme, dan ekstremisme.” KTT SCO akan dilakukan bulan depan di Dushanbe dimana Iran dipastikan akan diterima sebagai anggota penuh. Pemboman Kabul memaksa SCO untuk terlibat lebih intens.

Koalisi antar-suku seperti apapun yang dibentuk oleh IEA dipastikan akan terjalin penuh dengan kerja sama ekonomi dan keamanan regional, yang dipimpin oleh tiga aktor utama integrasi Eurasia: Rusia, Cina, dan Iran. Berbagai laporan menunjukkan bahwa Moskow memiliki semua yang diperlukan untuk membantu IEA melawan ISIS-K di Afghanistan.

Bagaimanapun, Rusia telah mengusir ISIS dari semua kawasan penting Suriah dan mengurung mereka di kawasan Idlib. Pada akhirnya, tidak ada seorang pun selain ISIS yang menginginkan Afghanistan yang penuh teror. Tidak ada yang menginginkan perang saudara di Afghanistan, selain ISIS.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa yang akan terjadi adalah pertarungan frontal yang dipimpin SCO melawan sel-sel teror ISIS-K yang ada di Afghanistan dan perlawanan terpadu untuk menghabisi basis sosial potensial bagi kelompok takfiri di Asia Tengah dan Selatan.

***

Diterjemahkan dari tulisan Pepe Escobar di Asia Times