Playbook Suriah dan Ukraina

Oleh: Peter Ford (eks-Dubes Inggris untuk Suriah 2003-2006)

Kepada kita sering dikatakan bahwa Rusia dalam menyerang Ukraina menggunakan “playbook” (buku pedoman) Suriah. [Apa yang dilakukan Rusia di Suriah, diulangi di Ukraina]

Tapi, asal muasal istilah ‘playbook’ ini di AS justru memberi kita petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi. Salah satu lakon yang digunakan dalam playbook Suriah adalah tuduhan senjata kimia. Rezim Assad dituduh melakukan serangan senjata kimia pada rakyatnya, dan AS menyerukan penggulingan rezim. Karena itu, penting untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi di Suriah dalam hal ini.

Tuduhan pertama penggunaan senjata kimia di Suriah terjadi di pinggiran Ghouta, Damaskus pada 2013. Tuduhan ini direncanakan akan dijadikan alasan bagi NATO untuk mengebom Suriah. Pemungutan suara di Parlemen Inggris menggagalkan rencana tersebut. Lalu, Rusia, bukan Barat, yang mengambil langkah aktif untuk menghapus persediaan senjata kimia di Suriah. Di bawah pengawasan dan verifikasi internasional, Rusia mendorong Suriah memusnahkan semua persenjataan kimianya. Bandingkan peristiwa ini dengan kasus biolab yang didanai AS di Ukraina. Langkah pertama AS (seperti diakui oleh Victoria Nuland, Asisten Menlu AS) segala material riset segera dihancurkan sebelum Rusia tiba.

Meski Suriah sudah tidak lagi memiliki senjata kimia, tuduhan terus dibuat, yang tidak pernah diverifikasi oleh pihak independen, bahwa Suriah menggunakan senjata kimia. Pada April 2018 muncul laporan dari Douma (pinggiran Damaskus) bahwa Suriah telah menggunakan gas klorin dalam serangan yang sangat mengerikan terhadap warga sipil.

Bahkan, tanpa menunggu waktu 48 jam yang diperlukan bagi inspektur internasional untuk tiba ke lokasi, AS, Inggris, dan Prancis meluncurkan serangan bom sebagai hukuman untuk Suriah. Selanjutnya, penyelidik internasional menemukan bukti-bukti di tempat kejadian, yang konsisten dengan “operasi bendera palsu” (inspectors found evidence at the scene consistent with a false flag operation).

Bukti-bukti itu dibuat di markas besar di Den Haag di bawah tekanan kuat dari AS dan Inggris. Pelajaran nyata dari insiden tersebut – bahwa para penipu sedang bekerja – tidak pernah dipelajari dan versi kebenaran palsulah yang diterima oleh umum.

Apa yang sebenarnya terjadi, banyak ahli percaya, adalah bahwa kelompok-kelompok “jihadis” yang berafiliasi dengan Al Qaeda, namun didukung oleh kekuatan Barat, menciptakan insiden tersebut (tidak sulit dengan badan-badan intelijen Barat dan media Barat yang mudah tertipu yang ingin menyalahkan Assad) untuk memberikan dalih bagi Barat agar bisa memulai perang dan membalikkan keadaan melawan Assad.

Ini hanyalah dua di antara insiden serupa lainnya yang dibicarakan selama konflik.

Menulis ulang sejarah

Mari kita percepat pembahasan empat tahun kemudian. Tahun 2022, kita berulang kali diberitahu, bahwa Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata kimia atau biologi di Ukraina tapi secara pre-emptive menutupi rencana ini dengan melemparkan prediksi mengenai “bendera palsu.”

[Rusia berulang kali menyatakan, kemungkinan akan ada serangan senjata kimia dilakukan pihak nasionalis Ukraina, untuk kemudian dituduhkan kepada Rusia]

Di Suriah, Assad menang dan tidak perlu menggunakan senjata kimia. Sungguh gila bila Assad melakukannya, ketika itu adalah satu-satunya alasan yang bisa membuat Barat mengebomnya.

Di Ukraina, Putin juga tidak perlu melakukan serangan senjata kimia, yang kemungkinan akan dijadikan alasan bagi intervensi langsung NATO. Tapi, tidak masalah, versi resmi dari sejarah konflik Suriah menyatakan bahwa Suriah menggunakan senjata kimia, dan Rusia mendukungnya. Dan hari ini, [mereka katakan] Rusia sedang bersiap untuk melakukan hal yang sama (yaitu, menggunakan senjata kimia) di Ukraina.

Sejarah ditulis oleh para pemenang, begitu kata Churchill. Dengan Suriah, mengingat kendali Barat atas narasi perang ini melalui monopolinya atas media internasional, sejarah ditulis oleh para pecundang [yaitu Barat dan proksinya, para “jihadis,” karena faktanya Assad tetap bertahan, tidak bisa mereka gulingkan].

Garis paralel Suriah dan Ukraina sedang digambarkan.  Tapi, ini adalah garis paralel yang salah dan pelajaran yang salah diambil dari tragedi di Suriah. Buku pedoman (playbook) Suriah versi Rusia, menurut Barat, sekarang diterapkan secara besar-besaran ke Ukraina. Narasi Barat ini diucapkan oleh pejabat dan digaungkan oleh wartawan, yang tampaknya melihatnya sebagai tugas mereka untuk bertindak seperti petugas pers pemerintah atau pemandu sorak.

Playbook Rusia -versi Barat- dari penembakan tanpa pandang bulu, pengeboman kota-kota, penargetan warga sipil di rumah, rumah sakit, sekolah dan tempat penampungan mereka, pengepungan kota-kota besar, pencegahan warga sipil keluar melalui koridor kemanusiaan, pelaksanaan banyak kejahatan perang brutal lainnya, dan penggunaan tuduhan bendera palsu. Beginilah cara media Barat menggambarkan konflik Suriah selama ini. Mereka menuduh Rusia (dan Suriah) melakukan hal itu;  dan sekarang mereka mengatakan Rusia melakukan hal yang sama di Ukraina.

Tetapi, mereka menyajikan gambaran yang mendistorsi beberapa fakta kunci dan mengaburkan fakta lainnya.

“Airbrush”

[Airbrush artinya menggambarkan sesuatu lebih bagus daripada aslinya.] Barat, melalui medianya, hampir sepenuhnya “membersihkan” tampilan para jihadis, sama seperti saat ini media “membersihkan” neo-Nazi dari gambaran di Ukraina.

Para “jihadis” Suriah menggunakan perisai manusia sebagai strategi yang konsisten. Akibatnya, terjadi “collateral damage” [korban sampingan, tujuan utama Rusia adalah untuk menyerang teroris, tapi karena teroris bersembunyi di tengah warga sipil, akibatnya warga sipil ikut jadi korban]. Istilah “collateral damage” digunakan dalam perang Amerika melawan Vietnam (untuk menjustifikasi korban sipil yang dijatuhkannya).

Ketika para “jihadis” bersembunyi di tengah warga sipil, korban sipil pun menjadi tak terhindarkan. Warga sipil yang tak terhitung jumlahnya tewas ketika pasukan yang dipimpin AS meratakan sebagian besar kota Raqqa (markas ISIS) sebelum mengusir ISIS dari kota itu. Mayat-mayat masih ditemukan dari reruntuhan Raqqa dua tahun kemudian.

Teknik yang sama (menggunakan perisai manusia yang digunakan oleh para jihadis) sekarang digunakan di Ukraina. Berapa banyak orang yang sadar bahwa Mariupol adalah tempat brigade nasionalis ekstrim Azov memiliki barak, dan bahwa mereka dilaporkan telah menembaki bangunan sipil dan mencegah warga sipil pergi?

Demikian pula, siapa yang tahu bahwa para jihadis di Aleppo Timur terus-menerus menembaki wilayah sipil di Aleppo Barat yang dikuasai pemerintah? Atau bahwa jumlah kehancuran di Aleppo tidak seperti yang diperkirakan, atau bahwa ‘genosida’ (istilah lainnya yang berlebihan dipakai media Barat) dari seperempat juta yang diramalkan dengan histeris oleh para ‘pakar’ PBB, ternyata berubah menjadi beberapa ribu petempur yang menyerah dan kemudian dievakuasi bersama keluarga mereka ke daerah lain yang dikuasai “jihadis”?

Salah satu pelajaran dari Suriah adalah bahwa Rusia terkadang lebih menahan diri daripada tuan rumahnya (Suriah). Rusia memaksa pemerintah Suriah, yang ingin memulihkan Aleppo Timur, untuk menunda operasi (pembebasan Aleppo) sementara perundingan yang gagal terjadi dan para “jihadis” memenangkan lebih banyak waktu untuk mempertahankan posisi mereka.

Rusia juga memaksa pemerintah Suriah untuk menerima persyaratan yang memanjakan para “jihadis” di Selatan, yang memungkinkan mereka memiliki senjata ringan dan menciptakan “daerah terlarang” yang tidak boleh dimasuki oleh pasukan pemerintah Suriah.

Mereka yang mengetahui fakta-fakta ini tidak akan terkejut mengetahui bahwa menurut PBB kematian warga sipil di Ukraina sejauh ini berjumlah ratusan, alih-alih ribuan yang diklaim oleh para propagandis.

Buku Pedoman (Playbook) Barat

Tulisan ini tidak untuk memaafkan semua tindakan Rusia, tetapi untuk menghindari pengulangan di Ukraina kesalahan yang dibuat Barat di Suriah. Adalah penting untuk melihat segala sesuatunya sebagaimana adanya.

Dalam buku pedoman (playbook) Barat ada banyak kesalahan. Yang terburuk adalah memasok kelompok-kelompok “jihadis” dengan senjata dan peralatan senilai ratusan juta dolar, yang hanya berfungsi untuk mengobarkan situasi, bersekongkol dengan terorisme, dan memperpanjang penderitaan Suriah.

Berapa banyak senjata yang sekarang disalurkan AS dan NATO ke Ukraina akan berakhir di tangan batalion Nazi dan kemudian di Timur Tengah? Akankah senjata benar-benar mempercepat akhir kekerasan atau memperpanjangnya?

Lembar kedua dari pedoman Barat untuk Suriah yang sekarang digunakan dalam proposal Ukraina adalah sanksi. Sanksi yang kejam dan luas terhadap Suriah telah gagal total dalam mencapai tujuan Barat, yaitu ‘mengubah perilaku Assad’ (pikiran Barat: musuh jahat kita memiliki ‘perilaku’, sementara diri kita yang bijak memiliki ‘kebijakan’) sambil merendahkan rakyat Suriah.

Sanksi terhadap Rusia jelas lebih merugikan ekonomi dunia daripada Rusia, dan tidak mungkin mengubah ‘perilaku’ Rusia dalam jangka pendek. Dan apakah ‘melumpuhkan Rusia’, dengan gema reparasi Jerman pasca Perang Dunia I, benar-benar ide yang bagus?

Topik favorit lain dari playbook AS adalah perubahan rezim, seperti yang dicoba dengan Suriah – setelah keberhasilan di Afghanistan, Irak, dan Libya, ini pula yang menjadi penyebab krisis hari ini di Ukraina. Barat menyokong aksi penggulingan Presiden terpilih Ukraina pada tahun 2014 yang memicu rantai peristiwa yang mengarah ke konflik saat ini.

Buku pedoman Barat menyatakan bahwa para pemimpin di negara asing yang menolak untuk bertekuk lutut kepada Barat, harus selalu digambarkan sebagai orang gila dan brutal. Mereka harus diajukan ke Mahkamah Kriminal Internasional, yang yurisdiksinya disangkal oleh AS sendiri jika Mahkamah ini menjatuhkan sanksi kepada negara sahabat AS.

Personalisasi dan demonisasi (menjadikan tokoh lawan sebagai monster) ini membuat para pembuat kebijakan (Barat) bisa melakukan apapun, meskipun negara lain juga memiliki kekhawatiran yang sah.

[misalnya, Rusia sah untuk khawatir melihat Ukraina semakin mendekat kepada AS dan NATO; ketika di saat yang sama AS juga khawatir jika yang menjadi Presiden di Ukraina dekat dengan dengan Rusia; bahkan AS mendalangi penggulingan presiden yang dekat dengan Rusia itu]

Di pengadilan opini publik Barat, Kekuatan Besar telah memastikan tim penggantungan untuk Assad, dan sekarang untuk Putin.

Halaman lain dari buku pedoman AS adalah tuduhan terhadap negara-negara target bahwa mereka menggunakan atau berencana untuk menggunakan senjata kimia. Apakah dunia telah melupakan bahwa senjata pembunuh massal di Irak tidak ada? Melupakan watertight intelligence? Melupakan tuduhan adanya roket yang butuh waktu 45 menit untuk mencapai pangkalan Inggris di Siprus? Bagaimana AS dapat menggunakan cara serupa hari ini, mengklaim Rusia merencanakan sesuatu yang jahat, hanya berdasarkan kesaksian dan klaim yang paling mengada-ada, yang dapat dibuat tanpa sedikit pun pengawasan media.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berulang kali membuat klaim ‘senjata kimia’ (tanpa diverifikasi oleh media) dan ini sangat mengganggu. Jika ini bukan AS yang menyiapkan insiden bendera palsu yang melibatkan senjata kimia, atau mungkin senjata biologi yang -menurut Rusia- AS-lah yang sedang membuatnya di Ukraina, pasti terlihat seperti itu [tuduhan itu seolah nyata].

Jika itu masalahnya [bahwa sesungguhnya AS yang sedang menyiapkan senjata biologi], maka sesungguhnya kita tidak sedang menghadapi buku pedoman (playbook), melainkan Kitab Ratapan (Book of Lamentations).

Diterjemahkan oleh redaksi ICMES dari mintpressnews, kalimat di dalam kurung […] adalah tambahan penerjemah untuk memperjelas maksud kalimat.