Catatan Harian Warga AS: “Kelompok Teroris Adalah Sekutu Kita”

foto1

Catatan: ada beberapa penambahan tanda kutip “…” untuk membantu pembaca memahami bahwa maksud si penulis adalah sarkasme [untuk menyindir, menunjukkan apa yang ada di benak-pikiran elit AS]. Redaksi juga menambahkan penjelasan dalam […].

Dear Diary,

Aku tak bisa menunjukkan surat ini kepada warga Amerika yang tidak bersalah dan kepada dunia, karenanya ini hanya antara kau dan aku. Bayangkan  keterkejutan dan kemarahan bila aku mengataka, “Negeri kita mendukung terorisme atas nama Islam”! Orang pada umumnya tidak mengerti apa yang dipertaruhkan dan bagaimana seringkali kaum elit mengandalkan  “kekacauan yang dikendalikan” untuk kebaikan yang lebih besar.

Kelompok teror atas nama Islam adalah alat yang hebat untuk digunakan dalam perang proksi [perang dengan menggunakan kaki-tangan pihak lain]. Mereka dengan biaya sedikit mau berperang tanpa rasa takut. Mereka adalah sumber daya global yang dapat dibawa ke dalam konflik lokal manapun. Mereka juga dapat dibuang. Kita dapat menggunakan mereka bila diperlukan dan membunuh mereka bila tak diperlukan.

Jika fakta ini mengejutkan kesadaran manusia, itu artinya mereka belum memperhatikan dengan teliti. Pertihatikan beberapa contoh berikut ini:

  • Thomas Friedman dari New York Times menulis bahwa kita seharusnya tidak menyerang ISIS di Suriah1 dan kita seharusnya mempertimbangkan untuk mempersenjatai ISIS dalam menggulingkan Assad. 2
  • John Kerry mengakui, “AS mencoba menggunakan ISIS untuk memaksa Assad melakukan negosiasi.” 3
  • Kepala Militer Israel menjelaskan, “Israel memilih ISIS daripada Assad.” 4
  • Menteri Pertahanan Israel menjelaskan, “ISIS tidak pernah secara terus-menerus menyerang kami; apabila itu terjadi, ISIS akan segera meminta maaf.” 5
  • Hillary Clinton menulis, “Arab Saudi dan Qatar mendanai dan mempersenjatai ISIS.” 6
  • Jendral Joe Biden, Jendral Martin Dempsey, Wesley Clark semua pernah menyatakan bahwa sekutu AS  di Timur Tengah mempersenjatai dan mendanai Al Qaeda dan ISIS. 7, 8, 9
  • Beberapa pemberitaan dari Departemen Luar Negeri telah menyebutkan dengan jelas Arab Saudi adalah sumber dana utama bagi terorisme di seluruh dunia – tak hanya di Timur Tengah. 10

Tidakkah mengherankan, mengapa [pemerintah] kita tidak pernah pergi memerangi atau memberikan sanksi kepada negara-negara pendukung terorisme ini? Bahkan kita tidak pernah menyalahkan mereka!

Apa yang sampai ke benak pembaca saat mereka melihat sebuah artikel dengan judul “Accepting Al Qaeda”11 yang diterbitkan oleh Council on Foreign Relations (Dewan Hubungan Internasional), sebuah lembaga pemikiran (think tank) di balik Kebijakan Luar Negeri AS? Atau saat Kepala Penasehat Kebijakan Luar Negeri Hillary Clinton, Jake Sullivan, menulis email kepada Clinton, “Al Qaeda ada di pihak kita”? 12

Saya dapat memberi lebih banyak lagi contoh seperti itu, tapi mari kita sejenak melompat ke mesin waktu [masa lalu].

foto2

Afganistan, 1979-1989. Kita menggunakan Mujahidin untuk mengalahkan Uni Soviet. Apakah itu bukan hal yang baik? Ingat bagaimana media dan Hollywood mengagungkan pejuang Afganistan tahun 1980-an? Pemberontak Afganistan bahkan mendapat kesempatan mengunjungi Gedung Putih.

Ada dua faktor yang penting yang sering dilupakan dari kisah Mujahidin: petempur asing yang datang dari berbagai penjuru dunia dan Islam fundmentalis.

Pada tahun 1980-an, lebih dari 35.000 orang yang disebut sebagai Arab-Afghan datang dari berbagai penjuru dunia untuk melawan Rusia13, dan kita tak akan bisa memotivasi mereka untuk melakukan itu tanpa daya tarik konsep Islam, Khalifah atau jihad. “Berjuang untuk Allah” lebih efektif daripada “berjuang untuk negara X.” Para pejuang  dengan motivasi agama sangat berguna di medan perang karena mereka tidak takut kematian. Pemikiran seperti ini diperlukan saat menggunakan bom bunuh diri tanpa harus melakukan banyak pertempuran, bahkan saat perang tidak akan dimenangkan.

Kita juga belajar dari Arab Saudi bahwa indoktrinasi adalah hal yang penting untuk menghasilkan prajurit yang baik. Maka CIA datang dengan buku teks yang ‘cerdas’ untuk anak-anak Afghanistan, di dalamnya memperkenakan mereka pada konsep jihad, aneka senjata, dan kebencian pada Rusia. 14

foto3

(Sejak itu, Arab Saudi telah membelanjakan miliaran dolar untuk pembangunan sekolah-sekolah Islam -madrsah- di seluruh dunia. Sekolah-sekolah ini berperan sebagai lahan mencetak kader aktivis di masa depan, para ekstrimis dan para petempur. Saudi juga mencetak buku teks yang disebar ke seluruh dunia. Anak-anak belajar mencintai pesan-pesan seperti “bunuh Syi’ah, Kristen dan Yahudi.”15 Masjid [yang didanai Saudi] dan para pengajar agama [versi] Saudi di seluruh dunia juga melanjutkan penyebaran pesan-pesan ekstrimis itu.)

foto4

Saat perang Afganistan hampir dimenangkan, menjadi jelas bagi kita bahwa proyek Mujahidin adalah sebuah buku permainan brilian yang dapat direplikasi di bagian bumi yang  lain.

Saat itulah Al Qaeda dibentuk. Dan waktunya sangat tepat.

Anda lihat, Halliburton baru saja menemukan sumber minyak besar di dekat Laut Kaspia, namun negara-negara di sekitar wilayah itu semua pro-Rusia bahkan setelah runtuhya Uni Soviet. 16

Tanpa sepengetahuan publik AS, Mujaidin telah sangat aktif sepanjang tahun 1990 di Bosnia, Kosovo, Azerbaijan, Uzbekistan, Degestan, Chechnya, dan lain-lain. 17 Para petempur ini digunakan untuk tiga tujuan utama:
1. Menggulingkan diktator yang pro-Rusia.
2. Menempatkan pemimpin yang pro-Barat yang dapat membantu kita membangun saluran pipa minyak/gas dan menyetujui penempatan markas militer AS.
3. mengacaukan saluran pipa Rusia dan kepentingan lain.

Azerbaijan adalah satu yang mudah dan kita berhasil menempatkan orang kita di tahun 1993. Georgia memerlukan waktu yang lama, namun George Soros dan “Revolusi Berwarna”-nya akhirnya dapat menempatkan orang kita di sana di tahun 2005. Dalam setahun, kita pun memiliki 1000 mil jalur pipa yang menghubungkan Azerbaijan (Laut Kaspia), Georgia, dan Turki!

Di Chechnya, sebagian sukses. Mereka berjuang untuk merdeka dari Rusia dan dengan senang menerima Mujahidin yang memiliki banyak uang Saudi dan senjata AS. Dalam waktu singkat, kaum Muslim Chechnya yang awalnya antikekerasan dan menganut sufisme, diambil alih oleh [doktrin] Wahabisme [yang disebarkan Saudi].

Al Qaeda mulai meledakkan saluran pipa Rusia. Rusia menyerang Chechnya di tahun 1994, (Rusia) kalah dalam perang dan menarik diri. Sangat menyenangkan melihat berita saat itu. Namun, Putin menjadi Perdana Menteri tiga tahun kemudian, dan menyatakan perang tanpa ampun melawan jihadis. Rusia pun menang telak dan menempatkan orang kuatnya di Chechnya. 18.  Tasawuf (sufisme) bangkit kembali dan orang Chechnya mulai menolak paham Wahabi dan jihadisme Saudi.19

foto5

Al Qaeda amat sangat ‘membantu’ [Amerika] di Bosnia, Albania, Makedonia dan Kosovo. Pada akhir tahun 1990an, kita menggunakan tuduhan palsu dan pengeboman NATO untuk membersihkan orang pro-Rusia di Serbia.

Jauh dari jantung Eurasia, ekstrimisme Islam dan terorisme memainkan peran utama di Afrika, Timur Tengah, dan Asia untuk mengkatalisasi transformasi geopolitik.

Di Libya, Suriah, Yaman, dan Somalia, kita mengandalkan Ikhwanul Muslimin, Al Qaeda, dan Salafi (mereka yang mengikuti ajaran Islam ekstrim).

Di Libya, kita mengerahkan sekutu Al Qaeda yang disebut LIFG (Libyan Islamic Fighting Group, kelompok pejuang Islam Libya). 20 Kami membebaskan pemimpinnya (Belhadj) dari tahanan CIA, mendandaninya dengan setelan pakaian yang bagus, mengaturnya berfoto dengan John McCain, dan dia menjadi pejuang kemerdekaan yang memerangi Qaddafi, seorang “diktator brutal”!

foto6

Di Suriah, puluhan ribu petempur al Qaeda diterbangkan masuk dari berbagai penjuru dunia untuk menumbangkan Assad. 21 Jika bukan karena intervensi “jahat” Putin, kita mungkin kini telah mempunyai jalur pipa Qatar melalui Suriah dan Israel akan mengebor minyak di Dataran Tinggi Golan. 22 Ini memang situasi yang “tragis”.

Di Afrika, Nigeria adalah negara strategis dengan 170 juta orang dan merupakan kawasan yang kaya akan minyak dan sumber daya alam. Di sanalah Boko Haram -ISIS Afrika – datang ikut bermain. Dan mereka telah  mendapat kesuksesan di segala hal. Juga “terima kasih” kepada Boko Haram, setengah Nigeria kini di bawah hukum syariah, dimana ini menjadi alat yang mudah utuk mengendalikan banyak orang.

Di Asia,  kita harus mendukung Thailand, Indonesia, dan Philipina. Tanpa mereka kita akan banyak kehilangan Asia dari China. Hukum Syariah dan Salafisme telah mendapat momentum di Indonesia, dimana ini adalah “tanda yang positif”. 23

Pemimpin “gila” Philipina, Duterte, terlalu bersahabat dengan Rusia dan China. 24 Dia akan kehilangan popularitasnya dan akan digantikan bila afiliasi ISIS -Abu Sayyaf- berhasil membuat banyak masalah. Jika dia melawan ISIS, kita akan berteriak “hak asazi manusia” dan “Islamophobia” di PBB, memaksa PBB agar menjatuhkan sanksi.

Thailand juga telah dengan bodoh masuk ke dalam pengaruh Rusia-China. 25 Begitulah, negara beragama Buddha yang damai ini telah menghadapi ekstrimis Salafi/Wahabi di selatan. Pemimpin Thailand pasti menyadari bahwa secara keseluruhan industri pariwisata menjadi sangat rentan -beberapa bom dan serangan oleh jihadis telah memberikan dampak yang serius.

foto7

Terakhir, mari kita lihat Eropa. Di sana muncul banyak masalah akibat imigrasi massal: terorisme, kriminalisme, dan lain-lain. Bagaimanapun, setiap krisis adalah ‘kesempatan’ [bagi AS]. Beberapa menyebutnya Problem – Reaksi – Solusi.

Terorisme adalah problem, ketakutan adalah reaksi, pemerintah adalah solusi.

Terorisme dan kriminalisme memberikan kita kesempatan untuk memiliterisasi polisi di Uni Eropa, menciptakan “NSA” (badan keamanan nasional AS) di seluruh Eropa, dan  bahkan mementuk “tentara Uni Eropa”.  Beban finansial akibat  pengungsi juga memungkinkan kita [pemerintah AS] untuk menerapkan penghematan dan memangkas dana kesejahteraan yang “sia-sia”. Imigrasi massal juga akan membentuk masyarakat Eropa yang lebih homogen. Dua puluh tahun dari sekarang, tidak akan jauh berbeda antara Prancis dan Jerman. Ini berarti lebih mudah mengelola Uni Eropa.

Lebih jauh, tantangan besar ekonomi kita adalah  Cina. Bagaimanapun, China memiliki kelemahan: populasi di provinsi bagian barat Xinjiang sebagian besarnya Muslim. Dengan dibantu Turki, kita telah menciptakan sebuah gerakan keislaman yang siap untuk memisahkan Xinjiang dari China. 26 Proyek One belt one road (satu sabuk satu jalan) Cina sangat tergantung pada kereta angkut barang yang berjalan secara  aman melintasi wilayah itu dalam perjalanannya ke Eropa. Mujahidin masa depan kita di Xinjiang akan siap bertindak jika China mulai bersikap tidak baik.

Kita membutuhkan sekitar 60 tahun untuk menyatukan Amerika Utara dan Selatan untuk sampai pada tingkat tertinggi, di bawah sistem finansial, kooperasi, ekonomi dan militer bersama. (Venezuela adalah ‘orang aneh’ yang keluar dari kebersamaan ini, namun kita masih bekerja mengatasinya.) Mungkin membutuhkan enam puluh tahun lagi untuk menyatukan Eropa, Rusia, dan China. Kemudian kita akan memiliki Pemerintahan Global dan Tatanan Dunia Baru. Tak ada batasan dan tak ada dinding. Satu dunia. Untuk mewujudkannya dan untuk mendapat hasilnya kita memiliki banyak anak panah di kantong kita: perdagangan, bantuan keuangan dan militer, kudeta, revolusi berwarna, sanksi,  perang, dan lain-lain. Tapi, kelompok-kelompok teroris atas nama Islam [Islam-fundamentalis-Wahhabi] akan terus memainkan peran penting, dan itulah mengapa kita harus menerima mereka dan merangkulnya.

Penulis: Chris Kanthan (penulis buku “Deconstructing the Syrian War”). Penerjemah: Nita H. Sumber.