Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 4 September 2023

Jakarta, ICMES. Iran  menyatakan bahwa drone buatan negara ini pada berbagai kesempatan terpisah telah menghadapi dan memperingatkan beberapa beberapa drone jenis negara musuhnya, Amerika Serikat.

Media Israel melaporkan bahwa  Lebanon telah menjadi tempat paling aman di Timur Tengah  bagi para pemimpin dan tokoh resistensi berkat daya deterensi  Hizbullah.

Duta Besar baru Iran untuk Arab Saudi, Ali Reza Enayati menyatakan bahwa negaranya dan Arab Saudi dapat membangun pengkalan bersama tanpa campur tangan asing.

Kontak senjata artileri antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menyebabkan kematian lima warga sipil, sehari setelah 20 orang lainnya, termasuk dua anak kecil, tewas dalam serangan udara, menurut seorang dokter dan personel militer.

Berita Selengkapnya:

Drone Iran Gertak dan Pukul Mundur Drone AS di Teluk Persia

Wakil Komandan Angkatan Pertahanan Udara Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Alireza Elhami, Ahad (3/9), menyatakan bahwa drone buatan negara ini pada berbagai kesempatan terpisah telah menghadapi dan memperingatkan beberapa beberapa drone jenis negara musuhnya, Amerika Serikat (AS).

Dia menyebutkan bahwa drone Karrar  telah beberapa kali memaksa drone pengintai RQ-4 dan pesawat patroli dan pengawasan maritim P-8 A Poseidon milik Angkatan Laut AS untuk mengubah arah dan menjauh dari wilayah udara Iran di Teluk Persia, Selat Hormuz dan Laut Oman.

 â€œSejumlah pesawat militer asing ingin menguji kemampuan pertahanan udara Iran dengan mengubah ketinggian jelajahnya, tanpa mengetahui bahwa Karrar, yang mengandalkan mesin buatan dalam negeri, dapat terbang di atas pesawat tersebut,” ujar Elhami, sembari menyebutkan bahwa  Karrar dilengkapi dengan sistem radar yang canggih.

Karrar, yang dikembangkan oleh Perusahaan Industri Manufaktur Pesawat Iran (HESA), adalah salah satu generasi baru kendaraan udara militer Iran yang dikonfigurasi untuk mencegat benda terbang musuh.

Sementara itu, Wakil Komandan Angkatan Laut Wilayah II Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Brigjen Haidar Honaryan Mojarrad , menyatakan bahwa Angkatan Laut IRGC melakukan parade maritim tak jauh dari keberadaan pasukan AS di Persia, bertepatan dengan hari perjuangan melawan kolonialisme Inggris, yang juga merupakan peringatan gugurnya Rais Ali Dilawari dalam perjuangan melawan Inggris. (fna/alalam)

Media Israel: Hizbullah Jadikan Lebanon Tempat Paling Aman bagi Para Tokoh Resistensi

Media Israel melaporkan bahwa  Lebanon telah menjadi tempat paling aman di Timur Tengah  bagi para pemimpin dan tokoh resistensi berkat daya deterensi  Hizbullah.

Dikutip Rai Alyoum, Ahad (3/9), Prof. Eyal Ziser dari Universitas Tel Aviv menyebutkan hal itu dalam wawancara dengan Channel 13 Israel  terkait pertemuan baru-baru ini antara Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah, Sekjen Gerakan Jihad Islam  Ziad al-Nakhalah, dan Wakil Kepala Biro Politik Hamas  Saleh al-Arouri  di Lebanon.

Pewawancara di  Channel 13 mengatakan bahwa pertemuan tersebut bertujuan memberi pesan kepada Israel: “Hati-hati, ada koordinasi harian, dan kami bangga akan hal ini.”

Senada dengan ini, Ziser mengatakan pesan yang ingin disampaikan oleh para tokoh resistensi itu adalah bahwa “poros perlawanan kuat dan bersatu, dan ini tentunya merupakan pesan penting.”

Dia menambahkan, “Koordinasi antara para pemimpin ini berarti bahwa ketika sebuah operasi terjadi di Temple Mount (Masjid Al-Aqsa), Yerusalem (Al-Quds), atau Tepi Barat, permasalahannya mungkin akan meluas ke Gaza dan mungkin ke Lebanon dan sebaliknya, dan ini adalah sesuatu yang kita saksikan dengan tenang. “

Dia juga mengatakan mengatakan bahwa para tokoh itu“melihat kelemahan Israel dan apa yang terjadi pada pemerintahan ini, dan hal ini mendorong mereka untuk terus menantang dan memprovokasi Israel, seperti yang terjadi di perbatasan utara, misalnya, dan karena itu harus ada kekhawatiran.”

Ziser menyebutkan tanggapan keras Sayid Nasrallah terhadap ancaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Israel akan mengejar para pemimpin resistensi di  Gaza, Tepi Barat, dan di mana pun. 

Tanggapan Sayid Nasrallah saat itu ialah bahwa pihaknya tidak akan diam jika Israel nekat melakukan pembunuhan terhadap tokoh pejuang resistensi dari negara manapun di wilayah Lebanon .

Pakar Israel tersebut menilai bahwa Hizbullah semula tak dapat mengambil posisi dan mendirikan tenda  di wilayah pendudukan, namun sekarang mereka bisa melakukan semua itu.

Sayid Nasrallah pada Sabtu lalu menerima Al-Nakhalah dan Al-Arouri, dan mengadakan pertemuan dengan mereka. Di situ mereka membicarakan perkembangan situasi terkini, terutama di Palestina pendudukan, dan menekankan koordinasi keamanan dan militer “untuk pengambilan keputusan yang tepat.” (raialyoum)

Dubes Iran Nyatakan Teheran dan Riyadh Bisa Bangun Pangkalan Bersama

Duta Besar baru Iran untuk Arab Saudi, Ali Reza Enayati menyatakan bahwa negaranya dan Arab Saudi dapat membangun pengkalan bersama tanpa campur tangan asing.

Enayati mula-mula mengaku akan berangkat ke Riyadh pada hari Selasa (5/9).

“Saya akan berangkat ke Riyadh Selasa depan untuk secara resmi memulai tugas saya,” katanya kepada kantor berita IRNA, Ahad (3/9), sementara informasi lain menyebutkan bahwa duta besar Saudi untuk Iran akan tiba Teheran dalam jangka waktu yang sama.

Mengenai hubungan antara Iran dan Arab Saudi, Enayati mengatakan,“Saya yakin hubungan ini telah berkembang secara positif secara formal.”

Dia juga menuturkan, “Kawasan ini membutuhkan kerja sama kolektif, dan kami telah memulai pendekatan sesuai dengan keyakinan dan visi kami bahwa memperluas dan memperdalam hubungan antara Iran dan Arab Saudi, dan di tingkat dunia Islam, akan memberikan dampak positif dan efek yang luar biasa.”

Di bagian akhirnya pernyataannya, dia mengatakan, “Melalui kerja sama bilateral dan bertolak dari cakrawala masa mendatang jangka panjang serta sumber daya yang tersedia bagi keduanya, Iran dan Saudi dapat membangun sebuah pangkalan untuk kerja sama kolektif tanpa ada campur tangan asing di kawasan.”

Pada 10 Maret, Arab Saudi dan Iran mengumumkan dimulainya kembali hubungan diplomatik mereka dan pembukaan kembali kedutaan dalam jangka waktu dua bulan, setelah pembicaraan yang disponsori China di Beijing, menurut pernyataan bersama ketiga negara.

Pada bulan Januari 2016, Arab Saudi memutuskan hubungannya dengan Iran, menyusul serangan massa demonstran terhadap kedutaan Saudi di Teheran dan konsulatnya di kota Masyhad. Massa itu melakukan penyerangan menyusul eksekusi ulama Syiah Saudi Nimr al-Nimr oleh otoritas Saudi dengan berbagai dakwaan, termasuk  terorisme. (raialyoum)

Dua Hari Kontak Senjata di Sudan, 25 Orang Tewas

Kontak senjata artileri antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menyebabkan kematian lima warga sipil pada hari Minggu (3/9) di Sudan, sehari setelah 20 orang lainnya, termasuk dua anak kecil, tewas dalam serangan udara, menurut seorang dokter dan personel militer.

Sebuah sumber medis mengatakan kepada AFP bahwa “lima warga sipil tewas ketika peluru menghantam rumah mereka di Omdurman” pinggiran barat laut Khartoum.

Sebelumnya, dilaporkan bahwa 20 warga sipil tewas dalam serangan udara di lingkungan perumahan di Khartoum selatan pada hari Sabtu.

Perang saudara itu dimulai pada tanggal 15 April antara tentara yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan dan RSF yang dipimpin oleh Muhammad Hamdan Dagalo.

Sejauh ini, pertempuran antara kedua pihak telah mengakibatkan kematian sekitar 5000 orang dan pengungsian 4,6 juta orang, baik di dalam maupun di luar negeri.

Di Khartoum, pertempuran terkonsentrasi di lingkungan padat penduduk, dan jutaan penduduknya selama lima bulan hidup dalam kondisi sulit akibat pemadaman air dan listrik serta cuaca panas yang hebat. Mereka bersembunyi di rumah-rumah dalam upaya melindungi diri dari baku tembak.

Para saksi melaporkan kepada AFP pada hari Minggu bahwa pinggiran utara Khartoum diwarnai tembakan artileri dan roket tentara ke posisi RSF.

Lebih dari separuh warga Sudan membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup, sementara enam juta di antaranya berada di ambang kelaparan, menurut organisasi kemanusiaan.

Menurut PBB, pertempuran dan kelaparan mengancam “menghancurkan” Sudan dan menjerumuskan kawasan sekitar ke dalam bencana kemanusiaan, sementara PBB hanya menerima seperempat dari janji pendanaan serta menghadapi hambatan birokrasi dalam proses penyaluran bantuan. (raialyoum)