Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 4 Februari 2019

rouhani dan trumpJakarta, ICMES: Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa pasukan negara ini harus tetap dipertahankan di Irak agar dapat mengawasi aktivitas Iran.

Iran memiliki lima satelit yang siap diluncurkan, dan yang pertama di antaranya bernama “Doosti” (Persahabatan) yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini.

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah telah menerima surat dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro setelah Hizbullah menyatakan dukungannya kepada Maduro dan kecamannya terhadap campurtangan Amerika Serikat.

Grand Mufti Arab Saudi, Sheikh Abdul Aziz Al-Sheikh, dikabarkan menolak pengadaan konser penyanyi Mariah Carey dari Amerika Serikat di tanah Saudi, kecuali dengan syarat yang sepele.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Amerika Serikat (AS) karena tidak menunjukkan sikap tegas terhadap Arab Saudi terkait dengan kasus pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi.

Berita selengkapnya:

Trump: Tentara AS Akan Tetap Berada Di Irak Untuk Memantau Iran

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa pasukan negara ini harus tetap dipertahankan di Irak agar dapat mengawasi aktivitas Iran. Dia menekankan pentingnya pangkalan militer utama AS di Irak yang menurutnya sangat penting untuk mengawasi gerak-gerik Iran.

“Kami menghabiskan banyak uang untuk membangun pangkalan yang luar biasa ini, dan kami mungkin juga mempertahankannya. Dan saya ingin mempertahankannya karena saya ingin sedikit melihat Iran karena Iran adalah problema yang nyata,” kata Trump kepada dalam wawancara pada acara “’Face the Nation” saluran CBS, Ahad (3/2/2019).

Dia melanjutkan, “Kami berada di banyak, banyak lokasi di Timur Tengah dalam kesulitan besar. Masing-masing mereka disebabkan oleh negara teroris nomor satu di dunia, yaitu Iran.”

Ketika ditanya apakah dia berencana mengerahkan pasukannya di Irak untuk “menyerang” Iran, Trump menjawab: “Tidak … yang ingin saya lakukan hanyalah dapat memantau.”

Trump mengkonfirmasi bahwa personel militer AS yang akan ditarik dari Suriah akan bergabung dengan pasukan AS di Irak.

Betapapun demikian, Trump mengkritik intervensi militer AS di Irak, dan menyebutnya “salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan Amerika Serikat dalam sejarah.”

Presiden Trump juga menyatakan bahwa instalasi militer AS juga berguna untuk memantau perkembangan di Timur Tengah yang lebih luas. (aljazeera/alalam)

Iran Punya Lima Satelit Yang Siap Diorbitkan

Iran memiliki lima satelit yang siap diluncurkan, dan yang pertama di antaranya bernama “Doosti” (Persahabatan) yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini, demikian dikatakan Wakil Menteri Komunikasi dan Kepala Badan Ruang Angkasa Iran, Morteza Barari.

Dalam sebuah wawancara khusus pada program “Min Teheran” (Dari Teheran) saluran al-Alam pada peringatan Hari Teknologi Luar Angkasa Iran, Ahad (3/2/2019), Barari mengatakan, “Insya Allah, pengorbitan satelit ini (Doosti) akan dilakukan untuk memberikan layanan kepada masyarakat.”

Dia juga menyinggung satelit lain yang dinamai “Payam” (Pesan) dengan menjelaskan bahwa satelit ini telah diorbitkan pada ketinggian 500 kilometer yang dapat mengirim gambar dengan kualitas yang sepuluh kali lebih tinggi daripada gambar yang diambil oleh satu lagi satelit Iran yang dinamai “Navid”.

Iran meluncurkan satelit buatan dalam negeri perdananya, Omid (Harapan), pada tahun 2009. Negara ini juga mengirimkan bio-kapsul pertamanya yang berisi makhluk hidup ke luar angkasa pada Februari 2010 dengan menggunakan roket Kavoshgar (Penjelajah) -3.

Pada bulan Februari 2015, Iran mengorbitkan satelit buatan dalam negeri Fajr (Fajar) yang mampu mengambil dan mengirimkan foto berkualitas tinggi ke stasiun-stasiun di bumi. (alalam)

Presiden Venezuela Layangkan Surat Kepada Sayid Hassan Nasrallah

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah telah menerima surat dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro setelah Hizbullah menyatakan dukungannya kepada Maduro dan kecamannya terhadap campurtangan Amerika Serikat (AS) untuk mengacaukan stabilitas di Amerika Latin, demikian dilaporkan harian al-Seyasah terbitan Kuwait, Ahad (3/2/2019), berdasar keterangan para narasumbernya.

Sumber-sumber itu menyebutkan bahwa dalam surat itu Maduro telah menyatakan terima kasihnya kepada Hizbullah yang telah memberikan “dukungan mutlak” kepada Maduro di depan sepak terjang oposisi yang berusaha merebut kekuasaan dengan cara paksa di Venezuela.

Menurut sumber-sumber itu, Maduro melayangkan surat kepada Nasrallah juga sebagai tanggapan atas kesediaan Hizbullah memberikan segala bentuk bantuan kepada Maduro dan keluarganya.

Disebutkan bahwa Nasrallah sebelumnya telah melayangkan surat kepada Maduro berisi pernyataan; “Inilah sedikit dari apa yang dapat dipersembahkan kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan pendahulunya, Mendiang Hugo Chavez.”

Sumber-sumber itu menambahkan bahwa di tengah barisan Hizbullah telah meningkat seruan untuk memberikan respon yang baik kepada Venezuela. (alalam)

Mufti Saudi Perbolehkan Konser Mariah Carey Dengan Syarat Sepele

Para netizen di jejaring sosial Facebook, Twitter, dan Talk Show Arab dan internasional dalam beberapa hari terakhir memviralkan video dan gambar Grand Mufti Arab Saudi, Sheikh Abdul Aziz Al-Sheikh, yang mengumumkan penolakannya terhadap pengadaan konser penyanyi Mariah Carey dari Amerika Serikat di tanah Saudi, kecuali dengan syarat yang sepele, yaitu diadakan setelah waktu shalat Isyak.

Dilaporkan bahwa  konser Mariah Carey digelar di King Abdullah Economic City di Jeddah, Arab Saudi. Sebagaimana kebanyakan penyanyi perempuan terutama dari negara-negara Barat,  Carey biasa manggung dengan tampilan seronok. Karena itu, tentu saja menjadi pemandangan yang tak lazim jika dia tampil di Arab Saudi yang kerap disebut-sebut sebagai negeri tauhid, termasuk dengan syarat yang sesederhana itu dari Grand Mufti Saudi.  Banyak netizen mendesak supaya konser itu dibatalkan, namun Carey menolak desakan itu dengan beberapa alasan yang dia kemukakan kepada Associated Press.

Konser itu sendiri digelar sebagai salah satu bentuk pencitraan Saudi di mata Barat, terutama sejak pemerintah negara ini menjadi bahan pergunjingan dan kecaman khalayak dunia akibat kasus pembantaian wartawan Saudi Jamal Khashoggi di dalam gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018. (nejmatv/alalam)

Erdogan Mengaku Heran Mengapa AS Diam Terhadap Kasus Pembunuhan Khashoggi

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Amerika Serikat (AS) karena tidak menunjukkan sikap tegas terhadap Arab Saudi terkait dengan kasus pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi. Erdogan mengaku tak habis berpikir mengapa pemerintah AS bahkan bungkam dalam masalah ini ketika dia menuntut pertanggungjawaban Saudi.

“Saya tidak dapat memahami diamnya AS ketika serangan mengerikan itu terjadi, dan bahkan setelah anggota CIA mendengarkan catatan yang kami berikan,” kata Erdogan dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh stasiun penyiaran negara TRT, Ahad (3/1/2019).

“Kami ingin semuanya diklarifikasi karena ada kekejaman, ada pembunuhan,” tambahnya, sembari menyebut pembunuhan itu “luar biasa.”

Erdogan sudah sekian lama bersikeras bahwa perintah pembunuhan Khashoggi berasal dari “level tertinggi” dalam Kerajaan Saudi.

Dalam wawancara tersebut Erdogan menjelaskan bahwa pembunuhan itu direncanakan oleh 22 orang yang 15 di antaranya tiba di Istanbul dengan dua pesawat dan mengunjungi Konsulat di hari pembunuhan itu.

“Apa yang mereka (Arab Saudi) katakan adalah orang-orang ditangkap sekarang,” katanya, seakan menyindir bahwa ada orang-orang lain yang lebih bertanggungjawab namun belum ditangkap.

Bulan lalu, 11 terdakwa di Riyadh, lima di antaranya yang dituntut hukuman mati, disidang atas pembunuhan itu. Namun beberapa kelompok HAM dan pengamat internasional menilai otoritas Saudi tidak memiliki kredibilitas untuk menangani kasus di mana publik internasional mengarahkan kecurigaan kepada Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman. (aljazeera)