Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 3 Juni 2019

pasukan israel di al-aqsaJakarta, ICMES: Puluhan jamaah iktikaf menderita luka-luka dan lima orang lainnya ditangkap dalam peristiwa serbuan kaum Zionis Israel ke Masjid al-Aqsa yang menyebabkan terjadinya bentrokan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa Masjid al-Aqsa yang pernah menjadi kiblat umat Islam di masa Rasulullah saw kini menjadi sasaran terorisme yang disponsori oleh negara (Israel).

Seorang pejabat tinggi Iran menyatakan bahwa semua kapal asing di kawasan Teluk Persia akan menjadi mangsa rudal-rudal Iran jika mereka mencoba mengagresi Iran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku telah memerintahkan sendiri serangan ke posisi-posisi militer di Suriah setelah mengadakan rapat keamanan.

Berita selengkapnya:

Kaum Zionis Menyerbu Masjid Al-Aqsa

Puluhan jamaah iktikaf menderita luka-luka dan lima orang lainnya ditangkap dalam peristiwa serbuan kaum Zionis Israel ke Masjid al-Aqsa yang menyebabkan terjadinya bentrokan antara para penjaga masjid ini dan pasukan Zionis di halaman Masjid, Minggu (2/5/2019).

Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa sejumlah besar polisi Israel, termasuk kepala kepolisian Quds (Yerussalem), telah menyerbu Masjid al-Aqsa dan menyerang jamaah secara brutal.

Disebutkan bahwa awalnya kelompok-kelompok massa Zionis datang dalam jumlah sekira 1000 orang di bawah pimpinan ektremis Yehuda Joshua Glick.

Pasukan Zionis memblokir Masjid Qibli serta melepaskan bom dan peluru-peluru serta memukuli jamaah. Mereka juga mengunci pintu-pintu Masjid Qibli, mengepung jamaah iktikaf yang di dalamnya, serta melakukan perusakan di dalam masjid ini.

Pasukan Israel mengizinkan pendudukan masjid itu oleh massa yang beraksi untuk menandai peringatan “Penyatuan Yerussalem”, yakni pendudukan Zionis atas kota Quds Timur.

Pasukan Israel dikerahkan di halaman Masjid al-Aqsa untuk mengamankan jalannya aksi massa Zionis, dan pada peristiwa inilah lima orang pemuda Palestina dipukuli dan ditangkap, sementara para jamaah iktikaf lainnya meneriakkan takbir dan slogan-slogan kutukan terhadap penyerbuan tersebut.

Sumber-sumber itu mengatakan bahwa pasukan Zionis pada dini hari Minggu telah menutup Gerbang Asbath dan Hattah serta melarang masuk jamaah shalat sembari mengatakan bahwa saat itu tidak ada iktikaf di al-Aqsa.

Sebelumnya, organisasi-organisasi ekstremis Zionis yang mengklaim sebagai pencari Kuil Sulaiman telah menyerukan kepada warga Zionis untuk berpartisipasi dalam serbuan ke Masjid al-Aqsa bersamaan dengan apa yang mereka sebut “Hari Yerussalem” yang dikaitkan dengan peristiwa pendudukan sisa kawasan kota Quds pada tahun 1967.

Terkait peristiwa ini tersiar rekaman video amatir yang memperlihatkan kerumunan polisi Israel memasuki masjid lengkap dengan sepatu mereka, sementara beberapa jamaah hanya melihat tanpa bisa berbuat apapun. Selain itu, juga beredar beberapa foto (alalam)

Erdogan: Kiblat Pertama Umat Islam Jadi Sasaran Terorisme Negara di Depan Mata Dunia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa Masjid al-Aqsa yang pernah menjadi kiblat umat Islam di masa Rasulullah saw kini menjadi sasaran terorisme yang disponsori oleh negara (Israel).

“Ada terorisme negara yang semakin parah di Palestina dan dilakukan di depan mata seluruh khalayak dunia dengan sasaran Quds yang merupakan kiblat pertama Muslimin,” ungkap Erdogan dalam kata sambutannya pada sebuah acara peringatan Malam Qadar di Istanbul, Turki, pada Jumat malam lalu, seperti dikutip al-Alam, Minggu (2/5/2019).

Dia menambahkan, “Dari sini kita mengirim doa untuk para pengungsi Palestina yang sudah 70 tahun terbakar rindu akan kepulangan ke tanah air mereka, Palestina.”

Menurutnya, umat Islam di seluruh penjuru dunia sekarang sedang menjalani “periode yang sangat sulit.”

“Di satu sisi kita melihat negara-negara Muslim mengalami peperangan dan konflik-konflik internal, dan di sisi lain kita mendapati adanya konflik-konflik kepentingan yang dilancarkan oleh organisasi-organisai teroris, yang semuanya membayangi kegembiraan kita atas bulan Ramadhan yang diberkahi,” terangnya.

Presiden Turki mengaku menentang keras penumpahan sesama umat Islam.

“Ada orang-orang yang menghadap kiblat lima kali sehari dan beriman kepada kitab, nabi, dan Sang Pencipta yang sama, tapi mereka menumpahkan darah satu sama lain di berbagai kawasan kita demi sesuatu yang sepela,” tegasnya. (alalam)

Iran Nyatakan Semua Kapal Perang Asing di Kawasan Teluk Terjangkau Rudal

Seorang pejabat tinggi Iran menyatakan bahwa semua kapal asing di kawasan Teluk Persia akan menjadi mangsa rudal-rudal Iran jika mereka mencoba mengagresi Iran.

Penasehat Pemimpin Besar Iran Mayjen Yahya Rahim Safavi mengatakan, “Amerika Serikat (AS) memiliki lebih dari 25 pangkalan di berbagai penjuru kawasan ini… di sana terdapat lebih dari 20,000 tentara.”

Dia melanjutkan, “AS mengetahui dengan baik bahwa pasukan itu terjangkau oleh rudal-rudal kami, sebagaimana semua armada AS dan asing lainnya di Teluk Persia terjangkau oleh rudal-rudal pantai ke laut milik Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).”

Petinggi IRGC ini juga menilai Presiden AS Donald Trump tidak akan siap berperang dengan Iran karena “dia memberi karakter ekonomi pada keamanan  sehingga selamanya tidak akan memasuki perang jika padanya tidak terdapat keuntungan ekonomi, dan dia juga mengetahui bahwa perang terhadap Iran akan berujung pada kekalahan AS secara militer dan beban pengeluaran ekonomi yang besar.”

Dia memperkirakan bahwa peluru pertama yang dilepaskan di Teluk Persia akan melejitkan harga harga minyak mentah hingga lebih dari US$ 1000 per barel, dan ini sangat memberatkan Eropa  dan negara-negara sahabat AS lainnya semisal Jepang dan Korea Selatan.

Mayjen Yahya Rahim Safavi menilai pasukan AS dan Zionis Israel serta beberapa negara Arab sedang memudar di kawasan, dan bahwa pasukan AS tetap harus keluar dari kawasan ini.

“Iran selamanya adalah negara jiran bagi negara-negara kawasan, dan seandainya negara-negara ini berpikir logis maka mereka tidak akan menerima hegemoni AS yang telah menyebut mereka sebagai sapi perah,” ujarnya. (alalam/raialyoum)

PM Israel Mengaku Perintahkan Serangan ke Suriah

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku telah memerintahkan sendiri serangan ke posisi-posisi militer di Suriah setelah mengadakan rapat keamanan.

“Saya telah menyelenggarakan rapat keamanan menyusul penembakan peluru mortir dari Suriah ke Golan, dan dalam rapat ini saya memerintah kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) agar melancarkan serangan telak,” ujar Netanyahu.

Dia menambahkan, “Segala serangan terhadap kami akan dibalas dengan kekuatan besar… Inilah kebijakan konsisten yang saya terapkan, dan akan terus saya terapkan demi menjamin keamanan Israel.”

Seperti pernah diberitakan, Israel kembali melancarkan sedikitnya dua kali serangan ke Suriah dan menyebabkan tiga tentara Suriah terbunuh di bagian barat daya negara ini pada dini hari Ahad (2/6/2019).

Sementara itu, IDF mengaku telah menggempur beberapa posisi militer di wilayah Rusia sebagai balasan atas penembakan dua peluru mortir ke arah Gunung Al-Sheikh di bagian utara Dataran Tinggi Golan pada Sabtu malam (1/6/2019).

“Pesawat dan helikopter tempur telah menyerang sejumlah sasaran militer milik tentara Suriah, termasuk dua baterai artileri dan beberapa situs pemantauan dan intelijen di wilayah Golan, serta baterai pertahanan udara SA 2,” ungkap SDF dalam sebuah statemennya.

Selama serangan itu sistem pertahanan udara Israel diaktifkan setelah peluncuran rudal anti-pesawat oleh Suriah, dan tidak menemukan adanya dampak rudal itu di dalam wilayah Israel.

Statemen itu menambahkan, “IDF menganggap rezim Suriah bertanggung jawab atas semua aktivitas terhadap Israel dari wilayah Suriah, dan akan bertindak tegas terhadap segala agresi.”

Militer Israel juga merilis beberapa foto dan rekaman video posisi-posisi militer Suriah yang menjadi target serangan tersebut.  (rt)