Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 29 April 2019

kapal induk ASJakarta, ICMES: Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam telah berhasil menjalankan misi pengintaian dan perekaman video kapal induk AS di perairan Teluk Persia dengan menggunakan pesawat nirawak canggih.

Militer Iran menyatakan semua kapal  Amerika Serikat yang melewati Selat Hormuz di Teluk Persia sejauh ini masih responsif dan bertanggung jawab kepada pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam.

Kuwait mengaku prihatin atas ancaman Iran untuk memblokir Selat Hormuz di Teluk Persia, demikian laporkan kantor berita Kuwait.

Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Libanon menyebut rezim Arab Saudi sebagai biang kerok kekacauan di Timur Tengah yang bahkan tak segan-segan mensponsori kejahatan jahat Amerika Serikat dan Israel.

Berita selengkapnya:

Nirawak Iran Merekam Kapal Induk USS Dwight D Eisenhower, AS Membantah

Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) telah berhasil menjalankan misi pengintaian dan perekaman video kapal induk AS di perairan Teluk Persia dengan menggunakan pesawat nirawak canggih.

Kantor berita Tasnim milik Iran, sebagaimana dikutip al-Alalam, Ahad 28 April 2019, saat melaporkan hal tersebut juga memublikasi rekaman video yang diambil oleh nirawak IRGC yang terbang di atas kapal induk USS Dwight D Eisenhower dan kapal perang AS lainnya di Teluk Persia.

Rekaman itu memperlihatkan pesawat tempur yang diparkir di dek kapal induk, namun Tasnim tidak menyebutkan kapan rekaman itu diambil.

Juru bicara Pusat Komando Pusat Angkatan Laut AS Letnan Chloe J. Morgan via email membantah laporan itu dengan menyatakan bahwa USS Dwight D Eisenhower belum berada di Teluk Persia sejak 2016. Dia juga  mengatakan AS dan sekutunya berkomitmen terhadap kebebasan navigasi di Selat Hormuz.

Selat Hormuz yang dilewati oleh hampir sepertiga dari semua perdagangan minyak dunia telah menjadi ajang konfrontasi masa lalu antara AS dan Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut AS menuduh kapal-kapal patroli Iran melecehkan kapal perang AS di jalur perairan.

Nirawak yang mengambil rekaman itu adalah “Ababil-3” dengan kemampuan penerbangan delapan jam pada ketinggian 12.000 kaki dan jangkauan 250 kilometer.

Pada tahun 2016, Angkatan Laut Iran juga telah mengambil rekaman video dari kapal induk bertenaga nuklir USS Harry Truman, yang berbasis di Norfolk, Virginia.

Awal pekan lalu pemerintahan Trump menyatakan tidak akan lagi membebaskan negara manapun dari sanksi AS jika mereka terus membeli minyak Iran. Dengan demikian, AS bermaksud meningkatkan tekanan terhadap Iran, terutama dengan mempengaruhi lima importir utama minyak Iran, yaitu; Cina, India, Jepang, Korea Selatan, dan Turki.

Langkah ini merupakan bagian dari kampanye “tekanan maksimum” AS terhadap Iran dengan tujuan untuk menghilangkan semua pendapatan negara republik Islam ini dari ekspor minyak, yang diklaim oleh AS digunakan untuk mengacaukan kawasan Timteng.

Ketegangan antara Iran dan AS meningkat sejak pemerintahan Trump membatalkan perjanjian nuklir Iran. AS kemudian memberlakukan “sanksi terkeras selama ini” terhadap Iran. Iran lantas mengulangi ancamannya untuk memblokir Selat Hormuz.  (alalam/raialyoum/cbsnews)

Militer Iran: Kapal-Kapal AS Masih Responsif Terhadap IRGC di Selat Hormuz

Komandan senior militer Iran menyatakan semua kapal Amerika Serikat (AS) yang melewati Selat Hormuz di Teluk Persia sejauh ini masih responsif dan bertanggung jawab kepada pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) selaku kekuatan yang bertanggung jawab atas keamanan di jalur air strategis ini meskipun belakangan terjadi gelombang terbaru tekanan dan permusuhan AS terhadap Iran.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Baqeri, Ahad (28/4/2019), mengatakan kepada wartawan bahwa sejauh ini tidak ada perubahan yang dilaporkan terkait dengan perilaku kapal perang maupun kapal komersial dan tanker minyak AS, dan mereka sampai sekarang masih merespon pertanyaan IRGC seperti biasa saat berlayar melintasi Selat Hormuz.

Dia memastikan Iran berharap selat yang dilintasi oleh hampir sepertiga dari semua minyak yang diperdagangkan lewat laut itu tetap terbuka dan aman, dan memperingatkan bahwa negara republik Islam ini tidak akan membiarkan siapa pun mengacaukan perairan ini.

“Ketika minyak dan komoditas dari negara lain melewati Selat Hormuz, kami juga bergerak melewatinya,” kata Baqeri.

Dia menambahkan bahwa Iran “pasti akan menghadapi siapa pun yang mencoba untuk mengacaukan Selat Hormuz, dan jika minyak mentah kami tidak dapat melewati Selat Hormuz, maka (minyak mentah) yang lain juga tidak akan dapat melewatinya.”

Mayjen Mohammad Baqeri menjelaskan, “Ini tidak berarti (bahwa kami akan) menutup Selat Hormuz. Kami tidak bermaksud untuk menutupnya kecuali jika tindakan musuh tidak memberikan kami pilihan lain. Kami akan sepenuhnya mampu menutupnya pada hari itu. ”

Awal pekan ini, Gedung Putih kembali membidik sektor minyak Iran dengan mengakhiri enam bulan keringanan yang memungkinkan delapan negara pelanggan terbesar Teheran untuk terus mengimpor pada volume terbatas. (presstv)

Iran Ancam Tutup Selat Hozmuz, Kuwiat Mengaku Pihatin

Kuwait mengaku prihatin atas ancaman Iran untuk memblokir Selat Hormuz di Teluk Persia, demikian laporkan kantor berita Kuwait, KUNA, Ahad (28/4/2019), sembari mengutip pernyataan  Wakil Menteri Luar Negeri Kuwait Khaled Jarallah.

Menurut KUNA, Jarallah mengomentari ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut setelah pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengancam untuk menutup jalur air strategis ini.

“Kami melihat ancaman ini dengan keprihatinan, dan berharap wilayah kami selalu jauh dari ketegangan ini,” ujar al-Jarallah.

Iran pekan lalu mengancam akan menutup Selat Hormuz jika negara ini dicegah melintasinya. Ancaman ini dilontarkan beberapa jam setelah Gedung Putih mengumumkan penghentian pengecualian beberapa negara dari sanksi AS terhadap minyak Iran.

“Selat Hormuz adalah koridor maritim sesuai dengan hukum internasional dan tidak akan ada yang dapat memanfaatkannya jika kami tidak dapat menggunakannya,” tegas komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Laksamana Alireza Tangsiri. (rt/reuters)

Hizbullah: Saudi Mensponsori Kejahatan AS dan Israel Di Timteng

Wakil Sekretaris Jenderal kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Libanon,  Syekh Naim Qassem, menyebut rezim Arab Saudi sebagai biang kerok kekacauan di Timur Tengah yang bahkan tak segan-segan mensponsori kejahatan jahat Amerika Serikat (AS) dan Israel.

“Pejabat Saudi membayar kejahatan Amerika-Zionis dari kantong kaum fakir miskin di tengah masyarakat negara kerajaan ini. Penguasa Saudi telah mengubah negara ini menjadi kerajaan kejahatan. Uang Saudi berada di belik semua krisis dan kemelut di kawasan itu, termasuk agen-agen yang berada di pihak Amerika-Israel, “ujar Syekh Naim Qassem pada sebuah seremoni di kota Kfar Fila di bagian selatan Lebanon, Ahad malam waktu setempat (28/4/2019).

Qassim menambahkan bahwa rezim Saudi adalah contoh nyata rezim diktator yang memraktikkan semua jenis penindasan dengan dekte AS dan untuk melegitimasi normalisasi hubungan diplomatik Arab dengan Israel melalui prakarsa Deal of the Century yang merampas dan menduduki Palestina.

“Arab Saudi melakukan pembantaian dengan mengeksekusi sejumlah warganya tanpa pengadilan yang fair dan melalui pengakuan palsu. Orang-orang itu dituntut hanya karena mengekspresikan pandangan mereka dan berbicara kebenaran. Ini hanya bagian dari kejahatan rezim Al Saud, yang juga telah membunuh (ulama Syiah Saudi) Sheikh Nimr Baqir al-Nimr dan (jurnalis terkenal) Jamal Khashoggi, serta menghancurkan kehidupan di Yaman selama lebih dari empat tahun tanpa dihukum, ” terang Syeikh Qassem.

Dia melanjutkan,“ (Klan) al-Saud adalah pihak yang menghancurkan Suriah, mempromosikan (ideologi radikal) Wahhabisme, mengirim al-Qaeda, al-Nusra dan sekutu teroris mereka ke Irak, Suriah, Lebanon dan tempat lain di kawasan Timur Tengah, dan memicu perselisihan sektarian. Mereka adalah orang-orang yang telah menyabotase Libya, Sudan dan Aljazair. Rezim ini menghalangi stabilitas di kawasan ini.”

Dia juga menekan bahwa Riyadh adalah pihak yang paling meremehkan standar-standar HAM dan sangat menyimpang dari ajaran Islam. (presstv)