Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 21 Februari 2022

Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 21 Februari 2022

Jakarta, ICMES. Dikutip dari forum-forum keamanan, politik dan ekonomi ternama Israel, harian Calcalist di negara Zionis ilegal itu mengungkap bahwa “jet tempur F-16, helikopter Apache dan rudal Kubah Besi tak dapat mencegat drone yang menerobos wilayah Israel dari  Lebanon”, dan bahwa peristiwa ini merupakan “kegagalan keamanan dan kegagalan ekonomi yang menuntut akuisisi sarana intersepsi yang tersedia dan lebih murah”.





Media Perang (Al-I’lam Al-Harbi) cabang Yaman  merilis kompilasi rekaman video keberhasilan pasukan Yaman kubu Sanaa (Ansarullah/Houthi dan sekutunya) menimpakan kerugian besar pada pasukan musuhnya di distrik Harad, provinsi Hajjah, Yaman.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menegaskan Teheran tak akan mengabaikan “geris merah” negara ini dalam soal nuklir, dan bahwa AS dan Eropa harus mengambil keputusan politik dan menunjukkan keinginan nyata untuk mencapai kesepakatan sesegera mungkin dalam negosiasi di Wina.

Berita Selengkapnya:

Kubah Besi, F-16 dan Apache Gagal Jatuhkan Drone Hizbullah, Ini Dampaknya

Dikutip dari forum-forum keamanan, politik dan ekonomi ternama Israel, harian Calcalist di negara Zionis ilegal itu mengungkap bahwa “jet tempur F-16, helikopter Apache dan rudal Kubah Besi tak dapat mencegat drone yang menerobos wilayah Israel dari  Lebanon”, dan bahwa peristiwa ini merupakan “kegagalan keamanan dan kegagalan ekonomi yang menuntut akuisisi sarana intersepsi yang tersedia dan lebih murah”.

 Sebagaimana dilaporkan Rai Al-Youm, Ahad (20/2), Calcalist menuliskan; “Kemampuan Hizbullah dan Hamas di lapangan sudah sangat terkenal dan bertujuan bukan saja menyulitkan Israel melalui infiltrasi zona udara melainkan juga untuk membangun pijakan serangan dengan menggunakan sarana bersenjata.”

Menurut Calcalist, Angkatan Udara Israel telah mengoperasi baterai Kubah Besi, menerbangkan helikopter Apache dan bahkan jet tempur F-16 “tapi gagal mencegah drone itu kembali ke Lebanon dengan selamat”.

Sumber-sumber Israel menjelaskan, “Peristiwa ini bukan saja merupakan suatu kemenangan bagi Hizbullah dalam pertempuran kesadaran di mana Sekjen Hizbulah akan berbangga dengannya, dan jika drone itu membawa kamera maka dia akan berbangga dengan rekaman video yang dihasilkannya, dan juga bukan semata kegagalan militer Israel mencegat pesawat musuh yang melanggar zona udara Israel, melainkan juga merupakan satu kegagalan ekonomi yang meresahkan dan kerugian bagi Israel dalam ekonomi tempur baru.”

Mereka menambahkan, “Pesawat tempur dan helikopter biasanya lepas landas secara berpasangan. Biaya penerbangan per jam untuk F-16 di Angkatan Udara AS adalah sekitar $22.000, dan penerbangan helikopter Apache di Angkatan Darat AS berharga sekitar $4.000, sementara biaya setiap rudal pencegat Kubah Besi (Tamir) sekitar $50.000.”

Menurut Calcalist, Kementerian Pertahanan di Tel Aviv tidak mempublikasikan biaya jam terbang tentara Israel, namun surat kabar Israel ini menyebutkan, “Angkatan Udara Israel menghabiskan ratusan ribu shekel untuk pecegatan yang gagal itu, pencegatan yang akan sangat umum dalam konfrontasi mendatang dengan cabang-cabang Iran di Lebanon dan Gaza, mengingat meningkatnya penggunaan pasukan Iran dan sekutu mereka dalam serangan tanpa awak untuk serangan dan pengumpulan intelijen,sementara biaya drone Hizbullah paling banyak beberapa ribu dolar.”

Calcalis menyimpulkan laporannya dengan menyatakan, “Sistem Kubah Besi memiliki kemampuan melawan drone, tapi masih kurang memiliki jangkauan yang nyata dan efektif melawan mereka.”

Jerusalem Post, surat kabar Israel lainnya, pada Desember 2021 mengutip pernyataan sumber keamanan senior Israel bahwa Hizbullah  memiliki sekitar 2.000 unit drone, yang telah digunakan sejak tahun 1990-an, termasuk di Suriah dan juga terhadap Israel.

Dalam laporan panjangnya, Jerusalem Post mengutip sumber yang sama bahwa Hizbullah berhasil mengembangkan berbagai tipe drone, seperti “Shahid”, “Samad” dan “Muhajir” (KAS-04) yang dapat digunakan untuk mengambil gambar dan membawa bom. (mm/raialyoum)

Pasukan Sanaa Gulung Pasukan Kubu Saudi di Hajjah

Media Perang (Al-I’lam Al-Harbi) cabang Yaman, Ahad (21/2), merilis kompilasi rekaman video keberhasilan pasukan Yaman kubu Sanaa (Ansarullah/Houthi dan sekutunya) menimpakan kerugian besar pada pasukan musuhnya di distrik Harad, provinsi Hajjah, Yaman.

Video itu mendokumentasi keberhasilan Ansarullah dan sekutunya menghadang pergerakan maju secara masif “pasukan agresor” di Harad, dan kemudian melancarkan serangan balik untuk merebut kembali posisi-posisi di kawasan yang luas.

Disebutkan bahwa pasukan agresor itu melibatkan beberapa brigade tentara Saudi dan pasukan bayarannya dari Sudan, yang bergerak dari dua jalur; satu dari tenggara kota Harad ke arah Pegunungan Al-Haijah, dan yang lain dari Al-Faj di selatan Pegunungan Abu Al-Nar ke arah Pegununungan Al-Haijah, dengan tujuan menduduki kota Harad dari beberapa arah.

Al-I’lam Al-Harbi menyebutkan bahwa tentara Yaman dan pasukan Lijan Shaabiyah (Ansarullah) berhasil mencegat pasukan musuh dan menimpakan banyak kerugian jiwa dan materi pada mereka meski mereka didukung oleh operasi jet tempur dan pengintai Saudi serta serangan roket dan artileri secara masif.

Dalam peristiwa itu, pasukan Sanaa juga melancarkan serangan rudal balistik dan drone terhadap kamp-kamp militer, tempat-tempat konsentrasi dan jaringan komunikasi lawan, dan berhasil menimpakan kerugian materi dalam jumlah besar.

Pasukan artileri Sanaa juga andil menambahkan kerugian jiwa dan materi pasukan lawan dengan melancarkan serangan secara intensif ke tempat-tempat konsentrasi dan kubu pertahanan lawan.

Dalam video berdurasi 10 menit yang dirilis oleh Al-I’lam Al-Harbi terlihat sejumlah besar kendaraan tempur dan peralatan militer  yang telah dihancurkan oleh pasukan Sanaa hingga pasukan kubu Saudi yang tersisa terpaksa mundur.  

Video itu juga memperlihatkan sejumlah mayat dan tawanan, kaburnya pasukan, dan  senjata serta amunisi yang jatuh ke tangan pasukan Sanaa.

Dilaporkan bahwa pasukan kubu Saudi yang tewas mencapai dari 200 orang, sementara yang terluka sekira 380 orang. Selain itu, lebih dari 40 unit kendaraan militer, termasuk pembawa komunikasi dan penyapu ranjau, milik pasukan kubu Saudi hancur. (alalam)

Soal Nuklir, Iran Tegaskan Takkan Abaikan “Garis Merah”

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menegaskan Teheran tak akan mengabaikan “geris merah” negara ini dalam soal nuklir, dan bahwa AS dan Eropa harus mengambil keputusan politik dan menunjukkan keinginan nyata untuk mencapai kesepakatan sesegera mungkin dalam negosiasi di Wina.

“Jika bukan karena inisiatif Iran, kami tidak akan begitu dekat dengan kesepakatan”, kata Amir-Abdollahia dalam pertemuan dengan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Josep Borrell, di sela-sela Konferensi Keamanan Munich (MSC) ke-58, Ahad (20/2).

Dia menambahkan bahwa pihak lain harus tahu bahwa Teheran “tidak akan mengabaikan garis merahnya”.

Dalam pertemuan itu kedua belah pihak membahas status terakhir pembicaraan di Wina dan rincian kemungkinan kesepakatan.

Sembari memuji peran Joseph Borrell dan Enrique Mora sebagai koordinator pembicaraan yang sedang berlangsung, Menteri Luar Negeri Iran menekankan keinginan Iran untuk mencapai kesepakatan yang baik dalam pembicaraan Wina.

“Sekarang adalah saatnya bagi AS dan tiga negara Eropa (Inggris, Prancis dan Jerman) untuk menunjukkan keinginan nyata untuk mencapai kesepakatan dalam waktu sesingkat mungkin dengan membuat keputusan politik yang diperlukan,” ungkapnya.

Di pihak lain, Borell selaku koordinator kesepakatan nuklir meninjau berbagai bagian teks yang memasuki diskusi tentang “penghapusan embargo, komitmen nuklir, verifikasi dan perolehan jaminan” serta mengungkapkan pendapatnya dalam hal ini.

Dilaporkan Iran dan Eropa telah bersepakat untuk melanjutkan perundingan antara keduanya.

Sehari sebelumnya, Amir-Abdollhian mengatakan kepada CNN bahwa Teheran “sangat optimis” mencapai kesepakatan nuklir dalam negosiasi yang sedang berlangsung di Wina.

Tapi dia lantas menekankan, “Namun, jika pembicaraan gagal maka Amerika dan pihak lain yang bertanggung jawab atasnya.” (fna/railayoum)