Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 20 September 2022

Jakarta, ICMES. Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan ada sejumlah masalah besar yang dihadapi dunia saat ini, yang semuanya berasal dari unilateralisme.

Pernyataan Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengenai Holocaust membangkitkan kemarahan di Israel dan negara pendukung utamanya, Amerika Serikat.

Pemerintah Iran untuk pertama kalinya memberikan tanggapan resmi atas hasrat Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) untuk memulihkan hubungan dengan pemerintah Suriah.

Berita Selengkapnya:

Presiden Iran di New York: Unilateralisme Hasilkan Sanksi, Terorisme dan Perang

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan ada sejumlah masalah besar yang dihadapi dunia saat ini, yang semuanya berasal dari unilateralisme.

Hal itu dia katakan kepada media , Senin (19/9), setibanya di New York, di mana dia dijadwalkan untuk berpidato pada sidang pleno Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-77.

Ditanya tentang hal-hal yang akan dia bahas, Raisi mengaku akan menggunakan kesempatan di Majelis Umum itu untuk menjelaskan pandangan dan perspektif Iran.

“PBB harus benar-benar menjadi organisasi untuk semua bangsa, dan tidak boleh menjadi organisasi untuk pemerintah yang kuat,” ujarnya.

“Kami sekarang dihadapkan pada sejumlah masalah dan isu global, yang secara alami dapat didiskusikan dalam pertemuan semacam itu untuk menemukan solusi,” lanjutnya.

Presiden Raisi menilai bahwa karena masalah tersebut adalah masalah umum yang mempengaruhi seluruh dunia maka solusi harus ditemukan melalui kebijaksanaan kolektif.

Menyinggung masalah sanksi sepihak yang dikenakan pada sebagian negara, Raisi menyebutnya sebagai “senjata di tangan kekuatan besar, yang mereka gunakan untuk menekan negara (lain)” dan bertentangan dengan “perdamaian, ketenangan, dan keamanan.”

“Tentu saja, negara-negara lain (yang dikenai sanksi sepihak) harus melakukan tindakan balasan,” kata Raisi, mengacu pada reaksi Iran terhadap sanksi tersebut.

Mengenai terorisme, Raisi mengecam apa disebutnya dukungan negara-negara tertentu kepada kelompok teroris dan adanya permainan internasional dalam masalah ini.

Dia juga menyinggung masalah perang dan pertumpahan darah di seluruh dunia, sembari menegaskan penolakan negaranya terhadap segala bentuk perang.

“Isu-isu ini harus didiskusikan dan solusinya, seperti yang saya katakan tadi, adalah kebijaksanaan dan diskusi kolektif (antar negara),” tuturnya.

Dia menambahkan, “Semua ini adalah hasil dari unilateralisme di dunia; yakni, unilateralisme melahirkan isu-isu demikian, yang saat ini mendera masyarakat manusia.”

Raisi meninggalkan Teheran pada Senin pagi dan akan menyampaikan pidato di Majelis Umum PBB pada akhir pekan ini.

Sebelum meninggalkan Teheran, dia mengaku tak berencana mengadakan pertemuan dengan Presiden AS, Joe Biden, di sela-sela Sidang Umum PBB.

“Tidak ada rencana untuk pembicaraan atau pertemuan dengan penguasa Amerika selama perjalanan ini,” ungkap Raisi, menepis spekulasi tentang pertemuan dengan Biden.

Dia berharap perjalanan itu akan bermanfaat bagi “negara dan sistem kami serta negara-negara Muslim dan tertindas di dunia.” (presstv)

Komentar Presiden Iran Mengenai Holocaust Picu Kemarahan Israel dan AS

Pernyataan Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengenai Holocaust membangkitkan kemarahan di Israel dan negara pendukung utamanya, Amerika Serikat (AS).

Dilaporkan bahwa dalam wawancara dengan CBS, Presiden Raisi ditanya apakah menurutnya Holocaust benar-benar terjadi.

Menurut sebuah teks yang diterbitkan oleh kantor kepresidenan Iran, Raisi menjawab: “Lihat, peristiwa sejarah harus diselidiki oleh para peneliti dan sejarawan. Ada beberapa tanda ini terjadi. Jika demikian, mereka harus mengizinkan penyelidikan dan penelitian.”

Raisi menambahkan, “Terlepas dari apa yang dikatakan sejarawan tentang masalah ini, sejarah tidak dapat disangkal dalam hal ini.”

Pernyataan ini membangkit reaksi kecaman di Israel. Perdana Menteri Yair Lapid di “Twitter”, Senin (19/9), memosting foto-foto para korban Holocaust sembari mencuit: “Beberapa tanda!!”

Kepala Staf IDF Aviv Kohavi, yang pada hari itu berkunjung ke kamp kematian Auschwitz mengatakan,“Anda tidak perlu menjadi sejarawan atau sarjana untuk memahami kengerian Holocaust.  Anda harus menjadi manusia.”

AS juga melontarkan kecaman melalui Penasihat Keamanan Nasional untuk Presiden AS, Jake Sullivan. Di Twitter dia mencuit: “Pernyataan dari presiden Iran ini keterlaluan dan harus dikutuk secara global.”

Komisaris Anti-Semitisme AS dan sarjana Holocaust Deborah Lipstadt menyebut pernyataan presiden Iran sebagai sebagai “sebentuk penolakan Holocaust dan sebentuk anti-Semitisme”. (raialyoum)

Hamas Ingin Pulihkan Hubungan dengan Suriah, Ini Tanggapan Resmi Iran

Pemerintah Iran untuk pertama kalinya memberikan tanggapan resmi atas hasrat Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) untuk memulihkan hubungan dengan pemerintah Suriah.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani,  menilai krisis internal yang dibuat-buat di Suriah telah merusak hubungan antara Hamas dan Suriah.

“Suriah telah menjadi tuan rumah kubu resistensi Palestina selama bertahun-tahun, dan krisis internal yang dibuat-buat di Suriah telah merusak hubungan antara Hamas dan Suriah,” tuturnya.

Kanaani menjelaskan, “Perkembangan dalam beberapa tahun terakhir telah membuktikan bahwa entitas Zionis adalah faktor utama yang mengancam perdamaian dan keamanan di kawasan, terutama di Suriah. Visi baru di kawasan dan Palestina sertapengalaman tahun-tahun ini telah membuktikan hal ini.”

Kenaani menambahkan, “Pendekatan hubungan ini melayani kepentingan bangsa-bangsa di kawasan dan bangsa tertindas Palestina, mendukung pendirian mereka melawan Rezim Zionis (Israel), dan melayani perdamaian dan stabilitas di kawasan.  Kami mendukung pemulihan hubungan ini dan melihatnya sebagai hal yang positif.”

Sebelumnya, Hamas merilis pernyataan yang mengkonfirmasi tekadnya untuk membangun dan mengembangkan hubungan yang solid dengan Suriah, yang dipujinya karena selalu bersama bangsa Palestina.

Hamas menyatakan, “Suriah telah merangkul rakyat Palestina dan faksi-faksi resistensinya selama beberapa dekade, dan ini mengharuskan dukungan kepadanya di tengah agresi brutal yang menimpanya.,

Hamas juga menegaskan “apresiasinya kepada pemimpin dan rakyat Suriah atas peran mereka dalam mendukung bangsa Palestina dan tujuan mereka yang adil.”

Hamas mengharapkan kembalinya Suriah ke posisinya semula di tengah bangsa-bangsa Arab dan umat Islam, mendukung segenap upaya yang dilakukan untuk stabilitas, pertumbuhan dan kemajuan Suriah, dan menentang segala bentuk kelancangan terhadap integritas Suriah.

Hamas menegaskan pihaknya “akan membangun dan mengembangkan hubungan yang mendalam dengan Suriah.”

Diketahui bahwa hubungan Hamas dengan Suriah membeku sejak tahun 2012 setelah Hamas memihak kepada oposisi Suriah dan para pemimpinnya pergi meninggalkan Damaskus. (raialyoum)