Jakarta, ICMES. Angkatan Bersenjata Yaman telah menyita sebuah kapal Israel dan menahan puluhan awak kapalnya di Laut Merah menyusul peringatan dari gerakan Ansarullah Yaman bahwa pasukan rakyat negara ini akan membidik kapal-kapal Israel yang melintasi perairan teritorial negara tersebut.
Iran pada hari Minggu memamerkan beberapa prestasi baru pertahanan yang dikembangkan di dalam negeri, termasuk rudal jelajah hipersonik dan sistem pertahanan bergerak, pada pameran kedirgantaraan
Tentara Rezim Zionis Israel mengaku telah menemukan terowongan sepanjang 55 meter (180 kaki), sedalam 10 meter di bawah RS Al-Shifa yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza.
Berita Selengkapnya:
Pasukan Yaman Umumkan Penyitaan Kapal Israel di Laut Merah, Begini Alasannya
Angkatan Bersenjata Yaman telah menyita sebuah kapal Israel dan menahan puluhan awak kapalnya di Laut Merah menyusul peringatan dari gerakan Ansarullah Yaman bahwa pasukan rakyat negara ini akan membidik kapal-kapal Israel yang melintasi perairan teritorial negara tersebut.
52 orang yang berada di kapal itu ditahan dan diinterogasi, dan kewarganegaraan mereka sedang diverifikasi oleh lembaga terkait di Yaman.
Media Israel mengonfirmasi kepemilikan rezim Zionis ini atas kapal bernama Galaxy Leader tersebut, dan menyebutkankanseluruh awak kapal telah ditahan oleh angkatan laut Yaman di selatan Laut Merah.
Sehari sebelumnya, juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Brigjen Yahya Saree, mengumumkan bahwa pihaknya akan menyasar semua kapal yang dimiliki atau dioperasikan oleh perusahaan Israel atau membawa bendera Israel, dan bahwa tindakan demikian dilakukan demi membela warga Palestina yang sedang didera kebiadaban Israel di Jalur Gaza.
Pemimpin Gerakan Ansharullah, Sayid Abdul-Malik al-Houthi, mengatakan pasukan Yaman terus mengawasi setiap kapal Israel di Laut Merah, terutama di Selat Bab el-Mandab, serta perairan teritorial Yaman.
Dia juga menyatakan bahwa Israel “tidak berani mengibarkan benderanya pada kapal-kapalnya di Laut Merah. Mereka berkamuflase, dan menunjukkan ketakutan mereka dan efektivitas pendirian kami.”
Yahya Saree mengatakan bahwa angkatan bersenjata Yaman telah melakukan operasi militer di Laut Merah, yang hasilnya adalah penyitaan Galaxy Leader dan penahanan awak kapalnya.
Saree menekankan bahwa operasi tersebut dilakukan atas arahan pemimpin Ansarullah dan sebagai respon atas tuntutan rakyat Yaman dan berdasarkan “tanggung jawab keagamaan, kemanusiaan dan moral di hadapan rakyat Palestina yang tertindas dan terblokade secara aniaya. ”
“Dengan berlanjutnya pembantaian sadis dan keji yang dilakukan Israel, Angkatan Laut Angkatan Bersenjata Yaman, dengan pertolongan Allah Swt, melakukan operasi militer di Laut Merah, yang hasilnya adalah penyitaan sebuah kapal Israel dan membawanya ke pantai Yaman,” terangnya.
Saree memperingatkan lag i bahwa semua kapal milik Israel “akan menjadi target yang sah”.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman meminta semua negara, yang warga negaranya bekerja di Laut Merah, untuk menahan diri dari bekerja dan beraktivitas dengan kapal Israel.
Angkatan Bersenjata Yaman menegaskan bahwa pihaknya “akan terus melakukan operasi militer terhadap Israel sampai agresi terhadap Jalur Gaza berhenti, sementara kejahatan keji terus berlanjut hingga saat ini terhadap saudara-saudara Palestina kami di Gaza dan Tepi Barat”.
Saree menyebut entitas Zionis sebagai pihak yang mengancam keamanan dan stabilitas kawasan serta koridor internasional. Dia juga memperingatkan bahwa jika masyarakat k internasional menginginkan keamanan dan stabilitas kawasan dan konflik tidak meluas maka mereka harus menghentikan serangan Israel terhadap Gaza.
Pernyataan itu juga menegaskan bahwa operasi Angkatan Bersenjata Yaman hanya menyasar kapal-kapal milik Israel.
Di pihak lain, pemerintah Israel menyebut penyitaan itu sebagai pembajakan yang didalangi Iran serta merupakan “peristiwa yang sangat serius di tingkat global”. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel tidak terlibat dalam kepemilikan kapal, pengoperasian atau susunan awak internasionalnya.
“Ini adalah tindakan terorisme Iran lainnya yang mewakili peningkatan permusuhan Iran terhadap warga dunia , dengan konsekuensi internasional terkait keamanan rute pelayaran global,” ungkap sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantor perdana menteri Israel. (almayadeen/fna/aljazeera)
Iran Pamerkan Rudal Hipersonik Fattah-2
Iran pada hari Minggu memamerkan beberapa prestasi baru pertahanan yang dikembangkan di dalam negeri, termasuk rudal jelajah hipersonik dan sistem pertahanan bergerak, pada pameran kedirgantaraan, Ahad (19/11).
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengunjungi pameran tersebut, yang menampilkan pencapaian terbaru Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) di Universitas Sains dan Teknologi Dirgantara Ashura di Teheran.
Rudal jelajah hipersonik “Fattah-2”, sistem pertahanan bergerak “Mehran”, sistem yang ditingkatkan “9 Dey”, dan drone “Shahed-147” dipamerkan.
Pameran itu mencakup bagian rudal, drone, pertahanan, dan ruang angkasa, serta menampilkan pencapaian baru dan terkini para ilmuwan Iran dan pakar Pasukan Dirgantara IRGC.
Pada awal Juni, IRGC memamerkan rudal balistik hipersonik buatannya yang dinamai “Fattah”, dengan jangkauan 1.400 kilometer dan kecepatan 13-15 Mach. Rudal canggih ini berkemampuan menembus dan menghancurkan semua sistem pertahanan anti-rudal.
Komandan Divisi Dirgantara IRGC Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan Iran kini menjadi salah satu dari empat negara di dunia yang memiliki teknologi untuk mengembangkan rudal hipersonik.
Dia menjelaskan bahwa tidak seperti jenis rudal lainnya, “Fattah” tidak dapat dilawan oleh sistem pertahanan apa pun, dan bahwa rudal hipersonik ini tidak dapat dihancurkan oleh rudal apa pun karena kemampuannya bermanuver ke berbagai arah dan ketinggian.
“Aktivitas kami di bidang ini tidak berakhir pada pembuatan rudal ini. Kami akan melanjutkan jalan ini sehingga tidak ada musuh yang berpikir untuk menyerang Iran,” tegas komandan senior tersebut.
Pada akhir Juni, Hajizadeh mengonfirmasi bahwa Teheran dapat meningkatkan jangkauan rudal balistik hipersoniknya hingga 2.000 kilometer. (fna)
Israel Klaim Temukan Terowongan di Bawah RS Al-Shifa Gaza
Tentara Rezim Zionis Israel dalam sebuah pernyataan pada hari Ahad (19/11), mengaku telah menemukan terowongan sepanjang 55 meter, sedalam 10 meter di bawah RS Al-Shifa yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza.
Dalam video yang dipublikasi di saluran Telegram resminya, tentara Israel memperlihatkan seorang anggotanya menurunkan dirinya ke dalam terowongan, dan disebutkan bahwa rekaman itu diambil dengan dua kamera terpisah pada 17 November.
Video tersebut menunjukkan sebuah tangga menuju ke lorong beton melengkung yang berakhir di sebuah pintu. Tentara Israel mengklaim bahwa itu adalah pintu masuk terowongan dengan “pintu tahan ledakan dan lubang tembak”.
Menurut klaim tersebut, terowongan itu ditemukan “di area rumah sakit di bawah gudang di samping kendaraan yang berisi berbagai senjata termasuk RPG, bahan peledak, dan senapan Kalashnikov”.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan kepada wartawan bahwa pintu masuk itu ditemukan ketika sebuah buldoser militer merobohkan dinding luar kompleks rumah sakit dan menemukan sebuah lubang berbenteng dengan tangga spiral yang turun 10 meter.
“Itu adalah sebuah bangunan besar yang memiliki tangga logam (spiral), kemudian berjalan sepanjang 55 meter… dan mencapai pintu ledakan,” kata Hagari, sembari menyebut bahwa pasukan Israel belum mencoba membuka pintu tersebut karena khawatir pintu tersebut akan menjadi jebakan.
Israel telah menjadikan Rumah Sakit al-Shifa sebagai titik fokus operasinya sejak tentara memasukinya pada hari Rabu, dan mengklaim bahwa rumah sakit tersebut menampung pusat komando Hamas, suatu klaim yang dibantah oleh Hamas serta staf yang bekerja di rumah sakit tersebut.
Hamas tidak segera mengomentari pernyataan Hagari. Sebelumnya dikatakan mereka membawa beberapa sandera ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan setidaknya 13.000 orang Palestina, termasuk 5.500 anak kecil, gugur di Gaza akibat serangan udara dan darat Israel.
Pengepungan RS al-Shifa memicu kemarahan internasional, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai “zona kematian” ketika timnya mengunjungi fasilitas tersebut pada hari Sabtu.
Lebih dari 7.000 orang, termasuk pasien dalam kondisi kritis dan bayi baru lahir yang berjuang untuk hidup mereka, dilindungi di dalam al-Shifa sebelum mereka yang bisa pindah terpaksa keluar pada akhir pekan ini. (aljazeera)