Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 20 Maret 2023

Jakarta, ICMES. Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dikabarkan telah mengundang Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi untuk berkunjung ke Saudi, menyusul kesepakatan pemulihan hubungan Teheran-Riyadh yang dimediasi China.

Presiden Bashar al-Assad dan Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan, mengadakan pembicaraan resmi di Istana Al-Watan Abu Dhabi, ibukota Uni Emirat Arab (UEA), di hadapan dua delegasi resmi.

Anggota Iran Majelis Syura Islam, Ilham Azad, dari Bahrain, menyatakan sedang terjadi pembicaraan tingkat parlemen kedua negara untuk pemulihan hubungan diplomatik.

Berita Selengkapnya:

Mulai Terlihat Mesra, Raja Arab Saudi Layangkan Surat Undangan untuk Presiden Iran

Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dikabarkan telah mengundang Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi untuk berkunjung ke Saudi, menyusul kesepakatan pemulihan hubungan Teheran-Riyadh yang dimediasi China pada 10 Maret lalu.

Wakil kepala staf presiden Iran untuk urusan politik, Mohammad Jamshidi di Twitter, Ahad (19/3), menyatakan Raja Salman telah melayangkan surat undangan tersebut.

“Dalam sepucuk surat kepada Presiden Raisi, Raja Arab Saudi menyambut baik kesepakatan antara dua negara bersaudara, (dan) mengundangnya ke Riyadh,” cuit Jamshidi.

Dia menambahkan bahwa Raja Salman jugamenyerukan pembangunan kerjasama ekonomi bilateral dan regional, dan Raisi pun menyambut baik undangan tersebut.

Undanganitu tak pelak dipandang sebagai langkah signifikan menuju peningkatan hubungan antara Iran dan Arab Saudi.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengaku akan bertemu dengan sejawatnya dari Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, “dalam waktu dekat,” dan menyebutkan bahwa Iran telah mengusulkan tiga lokasi untuk pertemuan tersebut.

“Sejauh ini, kami telah sepakat (dengan Arab Saudi) bahwa delegasi teknis dari kedua belah pihak akan mengunjungi kedutaan dan konsulat jenderal serta mempersiapkan pembukaan kembali aktivitas mereka,” kata Amir-Abdollahian pada konferensi pers di Teheran, Ahad.

Dia menambahkan bahwa promosi perdamaian di kawasan itu telah menjadi salah satu isu utama yang ditekankan Iran dan Saudi dalam perjanjian yang belum lama ini diteken untuk pemulihan hubungan diplomatik setelah tujuh tahun terputus.

Menurut Amir-Abdollahian ,Teheran dan Riyadh telah bersepakat untuk menormalisasi hubungan dan bertukar pesan melalui Swiss dalam  10 hari terakhir, dan Iran telah menyatakan kesiapannya untuk mengadakan pertemuan menteri luar negeri dan “mengusulkan tiga lokasi untuk pertemuan ini.”

Rabu lalu Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al-Jadaan menyatakan bahwa investasi negaranya di Iran mungkin akan dimulai “dengan cepat” menyusul kesepakatan yang dicapai di Beijing tersebut.

 â€œIni bisa terjadi dengan cepat. Jika apa yang disepakati dipatuhi, saya pikir sesuatu bisa terjadi dengan cepat,” ujar Al-Jadaan

Dia menambahkan, “Tak ada alasan mengapa itu tidak boleh. Iran adalah tetangga kami dan akan tetap demikian selama ratusan tahun. Karena itu, saya tidak melihat ada masalah yang akan menghalangi normalisasi hubungan melalui investasi, selagi kita mematuhi perjanjian, menghormati kedaulatan, dan tidak mencampuri urusan masing-masing.”

Pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Iran membangkitkan kejutan dan harapan untuk rekonsiliasi antara pihak-pihak yang berkonflik di negara-negara seperti Yaman dan Suriah.

Di sisi lain, Israel prihatin atas perjanjian Arab Saudi dengan  Iran, musuh bebuyutan negara Zionis tersebut.  Menanggapi perjanjian itu, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan, “Perjanjian Saudi-Iran adalah kegagalan total dan bahaya bagi kebijakan luar negeri pemerintah Israel.” (fna/raialyoum)

Presiden Suriah Kunjungi Uni Emirat Arab

Presiden Bashar al-Assad dan Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan, mengadakan pembicaraan resmi di Istana Al-Watan Abu Dhabi, ibukota Uni Emirat Arab (UEA), di hadapan dua delegasi resmi, Ahad (19/3).

Pembicaraan itu membahas mekanisme peningkatan hubungan bilateral dan kerjasama ekonomi antara Suriah dan UEA, serta menyinggung perkembangan positif di kawasan dan pentingnya memanfaatkan perkembangan tersebut untuk meningkatkan stabilitas, keamanan dan kemakmuran.

Presiden al-Assad menganggap bahwa posisi UEA selalu rasional dan etis, dan menyebut perannya di Timur Tengah sebagai positif dan efektif dalam memastikan hubungan yang kuat antara negara Arab.

Dia menekankan bahwa peran ini berkesesuaian dengan visi Suriah tentang perlunya penguatan hubungan bilateral antaranegara Arab untuk mencapai aksi bersama Arab yang menyatukan negara-negara Arab dan menguntungkan kepentingan rakyatnya.

Presiden al-Assad menekankan bahwa disonansi dan pemutusan hubungan adalah prinsip yang salah dalam politik, dan sudah sewajarnya hubungan antaranegara Arab solid dan penuh semangat persaudaraan.

Di pihak lain, Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan menekankan keharusan kembalinya Suriah ke lingkungan Arabnya, serta membangun jembatan dan memperkuat hubungan antara semua negara Arab untuk kepentingan dan kepentingan rakyat mereka.

Al-Nahyan mengatakan bahwa UEA akan terus menunjukkan solidaritas dengan rakyat Suriah.

Presiden Al-Assad berterima kasih kepada presiden dan rakyat UEA atas bantuan mereka kepada rakyat Suriah dalam mengatasi dampak bencana gempa bumi yang melanda Suriah beberapa waktu lalu.

Al-Assad mengatakan bahwa peran kemanusiaan UEA disertai dengan cinta yang tulus dan dorongan persaudaraan yang murni, berpengaruh penting dalam mengurangi penderita para korban bencana alam tersebut.

“Kami tidak akan melupakan posisi UEA bersama kami selama perang, serta selama bencana gempa bumi,” ungkap Al-Assad.

Dia juga mengatakan, “Kunjungan ini merupakan tonggak penting dalam hubungan antara kedua negara, dan semua perinciannya mencerminkan tingkat keramahan, persaudaraan, dan persahabatan antara saya dan Sheikh Mohammed bin Zayed, dan semua ini akan mencerminkan secara positif saudara-saudara Suriah dan Emirat.” (sana)

Parlemen Iran dan Bahrain Bahas Pemulihan Hubungan Diplomatik Antara Kedua Negara

Anggota Iran Majelis Syura Islam, Ilham Azad, dari Bahrain, Ahad (19/3) menyatakan sedang terjadi pembicaraan tingkat parlemen kedua negara untuk pemulihan hubungan diplomatik.

 â€œKami bertemu dengan Ketua Parlemen Bahrain, Ahmed bin Salman Al-Musallam, dan kami membahas dimulainya kembali hubungan diplomatik. Pihak Bahrain meyakinkan kami untuk menindaklanjuti upaya bersama demi segera membuka kembali kedutaan kedua negara,” ungkap Azad.

Dia menambahkan, “Ketua Parlemen Bahrain menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Iran, ketika kesempatan yang tepat tersedia.”

Azad yang tiba di Bahrain  Sabtu juga menyebutkan bahwa Bahrain berhasrat memulihkan hubungan dengan Iran, dan bahwa Ketua Parlemen Bahrain menekankan “perlunya melanjutkan penerbangan antara Iran dan Bahrain.”

Dia mengungkapkan bahwa di antara permintaan lain yang diajukan oleh pihak Bahrain adalah “pembukaan kembali kedutaan Iran di Manama sesegera mungkin, sehingga negara-negara di kawasan dapat menyatukan pandangan mereka dengan memperkuat hubungan dan bergerak lebih kuat dalam isu-isu regional.”

Beberapa hari yang lalu, Ketua Parlemen Bahrain dengan ketua delegasi Dewan Syura Iran, Mojtaba Rezakhawa, membahas mekanisme kerjasama dan koordinasi bersama dalam forum parlemen internasional.

Proses pemulihan hubungan antara Teheran dan Manama ini terjadi  beberapa hari setelah pengumuman kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi untuk pemulihan hubungan diplomatik dan pembukaan kembali kedutaan besar kedua negara dalam jangka waktu paling lambat dua bulan, sebagai tanggapan atas inisiatif Presiden China Xi Jinping. (raialyoum)