Jakarta, ICMES. Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan tidak masalah Teheran menjalin perjanjian nuklir asalkan fasilitas nuklir Iran negara ini tetap utuh dan tak terusik.

Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan bahwa berbagai negara dunia berminat dan berusaha untuk dapat membeli air berat dari Iran, sehingga terdapat antrean calon pembeli yang menunggu untuk mendapatkan produk Iran ini.
Tentara Sudan mengklaim pihaknya “maju dengan mantap menuju kemenangan,” sementara pihak lawannya, Pasukan Dukungan Cepat mengaku telah “menghadapi serangan tentara dan menimbulkan kerugian materi padanya.”
Berita Selengkapnya:
Ayatullah Khamenei: Perjanjian Boleh Dicapai Asalkan Fasilitas Nuklir Iran Tetap Utuh
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan tidak masalah Teheran menjalin perjanjian nuklir asalkan fasilitas nuklir Iran negara ini tetap utuh dan tak terusik. Dia mengimbau para pejabat Iran memaksimalkan kewaspada an terhadap tipu daya Barat, karena telah berulangkali terbukti “ingkar janji†terhadap Iran.
Dalam kata sambutan pada pertemuan dengan para ahli dan pejabat nuklir di Teheran, Ahad (11/6), Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa manajer, otoritas, dan aktivis Iran di bidang nuklir selama beberapa tahun terakhir telah membangun infrastruktur penting untuk industri nuklir negara ini.
“Anda mungkin ingin mencapai kesepakatan di beberapa bidang. Tidak ada yang salah dengan kesepakatan, tapi infrastrukturnya harus tetap utuh, dan tidak boleh dirugikan. Ini merupakan buah hasil usaha orang lain,†ungkapnya.
“Kita terpukul akibat kepercayaan yang salah tempat. Sangat penting bagi suatu bangsa dan pejabat suatu negara untuk mengetahui dan memahami mana yang harus dipercaya dan mana yang tidak. Kita telah memahaminya selama dua puluh tahun terakhir. Kita mengerti siapa yang dapat dipercaya dan siapa yang tidak, â€umbaunya.
Pemimpin berserban hitam ini menyebutkan bahwa musuh mengklaim Iran sedang mengembangkan senjata nuklir, namun klaim ini dusta belaka dan hendak dijadikan dalih untuk menyerang Iran jika mereka dapat menyerang.
“Musuh telah menciptakan tantangan nuklir bagi kita selama dua puluh tahun karena mereka tahu bahwa gerakan dalam industri nuklir adalah kunci kemajuan sains negara. Alasan senjata nuklir adalah kebohongan dan mereka (musuh) juga mengetahuinya,†terangnya.
Ayatullah Khamenei lantas menegaskan, “Berdasarkan prinsip Islam kita, kita tidak ingin menggunakan senjata (nuklir). Kalau tidak, mereka (musuh) tidak akan bisa menghentikannya, karena sampai sekarang mereka tidak bisa menghentikan perkembangan nuklir kita.â€
Pemimpin Besar Iran menyatakan bahwa industri nuklir merupakan salah satu komponen terpenting dari kekuatan, kredibilitas, dan kekuatan negara, dan bahwa industri merupakan kunci kemajuan di banyak bidang.
Menurutnya, industri ini meningkatkan kehidupan masyarakat di sektor teknis, ekonomi dan kesehatan serta menunjang posisi negara ini dalam percaturan politik global.
Dia menyebutkan bahwa tantangan nuklir selama 20 tahun menunjukkan kemampuan dan bakat luar biasa para pemuda Iran meskipun negara ini dihantam badai sanksi serta ancaman terhadap ilmuwan sehingga bahkan beberapa ilmuwan Iran gugur syahid diteror musuh.
Ayatullah Khamenei menilai tantangan itu juga mengungkap logika lawan yang tidak manusiawi, tidak adil, dan mengintimidasi.
Tantangan tersebut, tambahnya, semakin mengungkap betapa janji yang dibuat oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak dapat diandalkan. (presstv/alalam)
Negara-Negara Dunia Antre Beli Air Berat dari Iran
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan bahwa berbagai negara dunia berminat dan berusaha untuk dapat membeli air berat dari Iran, sehingga terdapat antrean calon pembeli yang menunggu untuk mendapatkan produk Iran ini.
Dalam kata sambutan pada pertemuan sejumlah pakar dan pejabat nuklir Iran dengan Pemimpin Besar Ayatullah Khamenei di Teheran, Ahad (11/6), Kamalvandi menyinggung kunjungan Ayatullah Khamenei ke Pameran Prestasi Nuklir yang diadakan di Husainiyah Imam Khomeini di Teheran di mana pemimpin kharismatik ini meninjau berbagai bagian pameran ini selama lebih dari satu setengah jam.
“Yang Mulia Pemimpin Besar menyatakan kegembiraannya setelah mengunjungi pameran, dan menekankan bahwa para pejabat harus memberi tahu rakyat ihwal pencapaian yang dibuat, agar mereka dapat edukasi mengenai dampak positif energi nuklir dalam kehidupan mereka,†ujar Kamalvandi.
Dia juga menyebutkan bidang-bidang penggunaan industri nuklir, termasuk radiologi dan pertanian, dan menekankan bahwa aspek pencapaian ini mungkin melebihi pentingnya teknologi pengayaan uranium.
“Mencapai 20 persen di bidang pengayaan uranium dan produksi air berat, dan prestasi lain di bidang radiofarmasi, menunjukkan kemajuan Iran dibandingkan dengan negara lain di dunia dalam bidang teknologi nuklir damai,†sambungnya.
Kamalvandi menepis keras apa yang disebut klaim musuh-musuh Iran bahwa pengayaan uranium Iran hingga 90% menunjukkan bahwa negara republik Islam ini berambisi membuat senjata nuklir.
Dalam hal ini, dia mengutip fatwa Ayatullah Khamenei yang menegaskan bahwa senjata destruksi massal, termasuk senjata nuklir dan kimia, hukumnya haram dan tidak mendapat tempat dalam hukum Islam.
Menurut Kamalvandi, Barat sengaja mengangkat isu-isu ini demi mengacaukan kemajuan Iran.
“Tapi kita akan terus bergerak ke arah ini karena pendapatan yang mencapai ratusan miliar, dan pemfungsiannya untuk layanan kedokteran serta berbagai bidang ekonomi dan sosial lainnya,†imbuhnya.
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran kemudian membuat kesimpulan dengan mengatakan, “Meski mendapat segala bentuk tekanan dan larangan yang diberlakukan oleh Barat untuk merusak industri nuklir Iran, namun berkat anugerah Sang Maha Pencipta, kita hari ini telah mencapai tingkat tertinggi di taraf global, suatu hal yang menjadi kebanggaan serta meningkatkan kekuatan ekonomi dan prestise negara ini.†(alalam)
Pertempuran Kian Sengit di Sudan Usai Berakhirnya Gencatan Senjata
Tentara Sudan pada Ahad malam (11/6) mengklaim pihaknya “maju dengan mantap menuju kemenangan,” sementara pihak lawannya, Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF), mengaku telah “menghadapi serangan tentara dan menimbulkan kerugian materi padanya.”
Eskalasi saat ini terjadi setelah berakhirnya gencatan senjata 24 jam yang dimulai pada Sabtu malam. Gencatan senjata singkat ini itu dicapai dengan mediasi Saudi-Amerika Serikat (AS) untuk meringankan penderitaan penduduk, dan merupakan bagian dari rangkaian gencatan senjata antara kedua pihak sejak awal pertempuran pada pertengahan April lalu.
Tentara Sudan dalam sebuah pernyataan menegaskan, “Para pemberani dari angkatan bersenjata terus maju menuju konsolidasi kemenangan dan memperluas keamanan dan stabilitas yang telah diumumkan.â€
Di pihak lain, RSF melaporkan, “Pasukan tentara mencoba menyerang RSF di sejumlah front di Khartoum, dan RSF menanggapi dengan menghancurkan sarang penyerang dan sejumlah besar perlengkapan berupa lebih dari 70 mobil dan kendaraan lapis baja, serta menangkap ratusan pasukan tentara di timur Khartoum.â€
RSF menambahkan , “Milisi kudeta Al-Burhan (Presiden Dewan Kedaulatan Sudan) dan pendukung mereka dari rezim yang telah binasa serta para ekstremis menyerang pasukan kami di selatan Khartoum, namun pasukan penyerang telah dihancurkan sepenuhnya serta lima tank telah terima (oleh RSF), dan dua tank lain terbakar.â€
Pada hari Jumat, tentara Sudan dan RSF menyetujui gencatan senjata 24 jam. Konfrontasi antara tentara, yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan, dan RSF, yang dipimpin oleh Muhammad Hamdan Dagalo (Hemedti), menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka di kalangan warga sipil, selain gelombang baru pengungsian dan suaka di salah satu negara termiskin di dunia ini.
AS dan Arab Saudi dalam pernyataan bersama pada hari Ahad mengutuk keras dimulainya kembali kekerasan di Sudan.
Pernyataan itu menyebutkan bahwa tentara Sudan dan RSF mampu mengendalikan pasukan mereka selama periode gencatan senjata, tetapi AS dan Saudi menyatakan prihatin atas pecahnya kembali kekerasan segera setelah gencatan senjata berakhir. (raialyoum)