Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 10 Juli 2023

Jakarta, ICMES. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani sangat menyesalkan keputusan AS untuk mengirim bom cluster terlarang ke Ukraina, dan menyebutnya sebagai pertanda Washington bertekad memperpanjang dan memperburuk perang antara Moskow dan Kyiv.

Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) Ziad al-Nakhala menilai pertempuran baru-baru ini di kota Jenin, Tepi Barat, mendatangkan  “era baru” di mana kubu pejuang Palestina unggul atas militer Israel.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)   menolak  menarik kembali kecaman kerasnya terhadap agresi brutal rezim Israel  baru-baru ini terhadap kota dan kamp pengungsi Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat, Palestina.

Berita Selengkapnya:

Iran Kecam Suplai Bom  Cluster AS untuk Ukraina

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani sangat menyesalkan keputusan AS untuk mengirim bom cluster terlarang ke Ukraina, dan menyebutnya sebagai pertanda Washington bertekad memperpanjang dan memperburuk perang antara Moskow dan Kyiv.

Kanaani di Twitter pada hari Minggu (9/7) menyatakan bahwa keputusan AS untuk menyerahkan bom cluster ke Ukraina mengungkapkan kesediaan Washington untuk menyeret dan semakin memperumit perang tersebut.

Menurut Kanaani,  rencana AS itu merupakan contoh baru dari “tindakan destabilisasi” Washington karena ekspor senjata akan “secara membabi buta berkontribusi pada lebih banyak pertumpahan darah dan kehancuran”.

Gedung Putih  pada hari Jumat lalu mengumumkan bahwa Presiden AS Joe Biden telah mengesahkan pengiriman amunisi konvensional yang ditingkatkan tujuan ganda (DPICM) dalam jumlah yang tidak ditentukan ke Kiev, berdasarkan rekomendasi “dengan suara bulat” dari tim keamanan nasional presiden.

Pentagon telah menilai bahwa Kiev dapat memperoleh manfaat besar dari senjata semacam itu dalam pertempuran mereka melawan Rusia.

Keputusan AS tersebut dikritik oleh Inggris, Jerman, Kanada, Austria dan Spanyol.

Menanggapi hal ini Moskow menegaskan bahwa keputusan Washington untuk mengirim senjata kluster ke Kyiv hanya menunjukkan bahwa Ukraina dan para pendukungnya  di Barat “tidak berdaya” untuk mengubah situasi di garis depan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada hari Sabtu menyatakan bahwa penggunaan amunisi baru ini hampir tidak akan mempengaruhi kampanye militer Rusia tetapi akan memiliki “konsekuensi yang mengerikan” bagi warga sipil.

Dia menilai bom-bom ini tidak lain adalah “senjata ajaib”  Washington dan Kiev yang dipertaruhkan, tanpa memikirkan konsekuensi keras dari tindakannya.

Menurutnya, penggunaan amunisi demikian sebelumnya di Timur Tengah dan bagian lain dunia telah menunjukkan bahwa bom-bom itu bisa tetap tidak meledak untuk jangka waktu yang lama dan meledak setelah konflik berakhir.

“Melalui pengiriman amunisi cluster, Washington secara de-facto menjadi kaki tangan dalam menambang wilayah (Ukraina) dan akan berbagi tanggung jawab penuh atas kematian… anak-anak Rusia dan Ukraina,” tegas Zakharova.

Penggunaan bom cluster juga dikecam oleh PBB dan Human Rights Watch (HRW). Amunisi itu dilarang berdasarkan konvensi PBB pada tahun 2008, dan lebih dari 110 negara telah bergabung dengan perjanjian tersebut sejak saat itu. (fna)

Sekjen Jihad Islam: Pertempuran Jenin Bawa Era Baru, Kami Bangga  

Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) Ziad al-Nakhala menilai pertempuran baru-baru ini di kota Jenin, Tepi Barat, mendatangkan  “era baru” di mana kubu pejuang Palestina unggul atas militer Israel.

Dikutip situs web resmi PIJ, menyatakan demikian Nakhala dalam percakapan telepon pada hari Minggu (9/7) dengan keluarga sejumlah syuhada yang gugur dalam serangan mematikan Israel di kota dan kamp pengungsi Jenin pada awal lalu.

Nakhala memuji sengitnya perlawanan di Jenin sebagai “kemenangan besar” bagi kubu pejuang atas rezim Israel, dan menekankan bahwa PIJ bangga dengan “setiap tetes darah” dalam pertempuran itu.

Nakhala mengatakan kemenangan itu merupakan kelanjutan dari semua pertempuran heroik yang dipimpin oleh Brigade al-Quds, sayap militer PIJ, dan berbagai faksi resistensi Palestina lainnya.

“Apa yang terjadi di kamp Jenin adalah kemenangan besar dalam menghadapi agresi Zionis, yang dipimpin oleh Batalyon Jenin di Brigade al-Quds dan semua pasukan perlawanan,” katanya.

Dia menambahkan, “Apa yang terjadi itu menetapkan era baru di mana rakyat kita berada di atas angin dan resistensi kuat mereka.”

Nakhala juga mengucapkan terima kasih kepada penduduk Jenin dan kamp pengungsinya atas dukungan mereka kepada para pejuang dan pertempuran mereka melawan Israel.

Israel melancarkan kampanye militer terhadap Jenin pada dini hari tanggal 3 Juli, memobilisasi lebih dari 1.000 tentara sebagai cara untuk merusak “infrastruktur” perlawanan di kota dan kamp pengungsi Jenin.

Sedikitnya 12 warga Palestina gugur syahid dan satu tentara Israel tewas akibat konflik tersebut, di mana reaksi sengit  kubu pejuang Palestina berhasil memaksa rezim Zionis itu untuk menarik keluar pasukannya dari Jenin  setelah kurang dari dua hari.

Pasukan Israel akhirnya mundur dari Jenin pada Selasa malam setelah serangan selama 44 jam.

Agresi Israel di Jenin menuai kecaman luas dari masyarakat internasional.

Ketegangan memuncak di wilayah Tepi Barat  dalam beberapa bulan terakhir di tengah serangan berulang Israel di kota-kota Palestina.

Hampir 190 warga Palestina gugur di tangan pasukan Zionis Israel sejak awal tahun ini, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, dan setidaknya 25 orang Israel tewas dalam berbagai serangan terpisah selama periode yang sama. (pressttv)

PBB Tolak Cabut Kecamannya terhadap Kebrutalan Israel di Jenin

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)   menolak  menarik kembali kecaman kerasnya terhadap agresi brutal rezim Israel  baru-baru ini terhadap kota dan kamp pengungsi Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat, Palestina.

Wakil juru bicara PBB, Farhan Haq, Ahad (9/7), menyatakan bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan pandangannya tentang serangan Israel terhadap Jenin “dan dia mendukung pandangan itu.”

Gusar terhadap serangan udara  Israel yang mematikan  di kamp pengungsi Jenin, Guterres pada hari Kamis lalu mengutuk  kekerasan terhadap warga sipil Palestina dan mengkritik rezim pendudukan itu karena menggunakan kekuatan yang “berlebihan”.

Guterres juga menegur rezim Israel karena mencegah para korban luka mendapat perawatan medis dan menghalangi upaya pekerja kemanusiaan menjangkau warga yang membutuhkan pertolongan.

Ditanya apakah kecaman Guterres berlaku untuk Israel, Haq menjawab, “Itu berlaku untuk semua penggunaan kekuatan yang berlebihan, dan jelas dalam situasi ini, ada kekuatan berlebihan yang digunakan oleh pasukan Israel.”

Wakil juru bicara PBB menekankan bahwa Guterres “dengan jelas mengutuk semua kekerasan yang telah mempengaruhi warga sipil di wilayah Palestina yang diduduki, terlepas dari siapa pelakunya.”

Seperti diketahui Israel meluncurkan kampanye militer di Jenin pada dini hari Senin, dengan memobilisasi lebih dari 1.000 tentara sebagai cara untuk merusak “infrastruktur” kubu resistensi Palestina di kota dan kamp pengungsi Jenin.

Sedikitnya 12 warga Palestina gugur syahid dan satu tentara Israel tewas dalam konfrontasi di Jenin di mana reaksi sengit para pejuang Palestina berhasil memaksa Rezim Zionis menarik pasukannya setelah kurang dari dua hari.

Pasukan Israel akhirnya mundur dari Jenin pada Selasa malam setelah beraksi selama 44 jam. (fna)