Jakarta, ICMES. Situs Israel News mengutip pernyataan Ketua Dewan Pekerja Perusahaan Industri Dirgantara, Yair Katz, yang mengancam bahwa Israel akan menggunakan senjata nuklir yang disebutnya sebagai senjata “Hari Kiamat” jika entitas rezim Zionis itu terancam bahaya.

Media Israel mengungkapkan adanya kekhawatiran yang semakin besar di komunitas intelijen Israel mengenai front baru dan mengganggu bagi rezim Zionis ini. Bersamaan dengan ini, Angkatan Laut Yaman merilis video aksinya menyerang kapal cepat nirawak baru yang canggih dan berhulu ledak yang berdaya destruktif tinggi.
Di tengah meningkatnya ketegangan di sepanjang perbatasan antara Lebanon dan Israel, seorang pejabat militer Israel menyebut kelompok pejuang resistensi Hizbullah Lebanon sebagai satu di antara lima besar negara dan kekuatan adidaya dalam hal jumlah roket.
Berita selengkapnya:
Pejabat Israel Ancam Gunakan “Bom Kiamat” (Nuklir)
Situs berbahasa Ibrani Israel News mengutip pernyataan Ketua Dewan Pekerja Perusahaan Industri Dirgantara, Yair Katz, yang mengancam bahwa Israel akan menggunakan senjata nuklir yang disebutnya sebagai senjata “Hari Kiamat” jika entitas rezim Zionis itu terancam bahaya.
Menurut situs tersebut, perusahaan itu memproduksi rudal Jericho yang berkemampuan membawa hulu ledak nuklir.
“Kami memiliki senjata yang mampu memecah perimbangan, sementara AS, Inggris, dan Jerman membantu kami di bidang intelijen, bantuan mereka sangat penting, dan jika ada ancaman nyata, kami memiliki senjata di Hari Kebangkitan,” ungkap Katz.
Perusahaan Industri Dirgantara Israel tercatat sebagai salah satu perusahaan yang bertanggung jawab memproduksi sejumlah senjata yang digunakan oleh tentara Zionis Israel, termasuk pesawat jet, helikopter militer, dan drone, selain rudal dan satelit.
Pasukan pendudukan Zionis terus melakukan kejahatan genosida di Jalur Gaza, selama 268 hari berturut-turut, dengan melancarkan puluhan serangan udara dan penembakan artileri, sekaligus melakukan pembantaian terhadap warga sipil, di tengah situasi bencana kemanusiaan akibat blokade dan pengungsian lebih dari 95% populasi.
Di sisi lain, jumlah kematian orang Israel yang diakui oleh tentara pendudukan Israel telah meningkat menjadi 670, sejak 7 Oktober 2023, termasuk 318 orang tewas dalam pertempuran darat di Gaza.
Sementara itu, pada hari Minggu (30/6), sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, merilis video yang memperlihatkan beberapa anggotanya menyiapkan alat peledak untuk digunakan terhadap kendaraan militer Israel.
Video berdurasi 41 detik dengan judul Persiapan Kami Berlanjut itu dipublikasikan di platform Telegram , dan juga memperlihatkan anggota Al-Qassam menyiapkan alat peledak atas nama “aksi gerilya” untuk digunakan melawan kendaraan Israel.
Terlihat pula para pejuang Al-Qassam mengecat bom-bom tersebut dan memasukkannya ke dalam tas jinjing di dalam tempat yang ditutupi kain hitam yang di atasnya tertulis kalimat: “Siapa pun yang menantikan kehancuranku maka dia sedang mencari fatamorgana.”
Video itu juga memperlihatkan layar televisi yang menayangkan saluran Al Jazeera (Qatar), yang menyiarkan adegan operasi Brigade Al-Qassam sebelumnya di kamp Shaboura di kota Rafah, Jalur Gaza selatan.
Untuk pertama kalinya, Brigade Al-Qassam mengumumkan penggunaan perangkat “aksi pengorbanan (berani mati/kamikaze)” selama perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober.
Al-Qassam dalam klip video yang diterbitkan sebelumnya mengatakan bahwa perangkat itu “dirancang dan diproduksi oleh Brigade Al-Qassam, dan berkapasitas destruktif yang tinggi. Perangkat ini memberikan kemampuan hebat bagi pejuang infanteri untuk bergerak dan menempelkannya pada kendaraan hingga kendaraan itu hancur.
“Spesifikasi teknisnya adalah: diameter bungkusan 105 mm, panjang 57,3 cm, dan berat 3,2 kilogram,” ungkap Al-Qassam.
Al-Qassam setiap hari mengumumkan tewas dan atau terlukanya tentara Israel serta kehancuran kendaraan militer di Jalur Gaza, dan sesekali melepaskan roket ke Israel, serta memublikasi video yang mendokumentasikan beberapa operasinya. (alalam/raialyoum)
Yaman Gunakan Kapal Nirawak Baru dan Perluas Pengaruh di Afrika Utara, Israel Ketar-Ketir
Media Israel mengungkapkan adanya kekhawatiran yang semakin besar di komunitas intelijen Israel mengenai front baru dan mengganggu bagi rezim Zionis ini. Bersamaan dengan ini, Angkatan Laut Yaman merilis video aksinya menyerang kapal cepat nirawak baru yang canggih dan berhulu ledak yang berdaya destruktif tinggi.
Media Israel pada hari Minggu (30/6) menyatakan Yaman mulai memperluas pengaruhnya di kawasan Afrika utara dengan tujuan menyerang Israel dan kepentingannya, dan dengan harapan para pejuang dari Yaman dapat dikerahkan ke Afrika Utara, sehingga mereka dapat mengancam Selat Gibraltar, yang menjadi titik penghubung antara Eropa dan Afrika, dan antara Laut Mediterania dan Samudera Atlantik.
Menurut informasi keamanan di entitas pendudukan Israel, “proses pemindahan senjata ke wilayah ini telah dimulai.”
Sementara itu, sebuah sumber informasi mengatakan kepada saluran i24NEWS Israel bahwa “skenario ancamannya adalah pendaratan rudal di Laut Mediterania, dan ini akan menjadi bencana,” dan bahwa “ancaman di sini tidak terbatas pada pelabuhan Eilat dan Laut Merah, melainkan justru terjadi di lepas pantai Israel.”
Sebelumnya, media Israel menyebut Yaman sebagai front yang paling membahayakan stabilitas ekonomi Israel, terutama karena mengancam kapal-kapal Israel dan kapal-kapal yang menuju Israel.
Sementara itu, dalam perkembangan terbaru, Angkatan Laut Yaman merilis video operasi serangannya terhadap sebuah kapal dengan menggunakan kapal cepat nirawak baru yang canggih dan berhulu ledak yang berdaya destruktif tinggi.
Disebutkan bahwa media militer Yaman memperlihatkan detik-detik serangan kapal cepat nirawak terhadap kapal Transworld Navigator di Laut Merah pekan lalu.
Peluncuran kapal bernama “Badai Penghancur” itu tercatat sebagai peluncuran keempat senjata kualitatif yang digunakan dalam operasi militer bela Gaza pada bulan Juni 2024, yang dimulai dengan peluncuran rudal balistik “Palestina”, kemudian peluncuran kapal “Badai 1” , dan diakhir dengan peluncuran rudal balistik hipersonik “Hatem 2” .
Badai Penghancur adalah kapal militer nirawak buatan lokal dengan kapasitas penghancur yang tinggi. Kapal ini membawa hulu ledak seberat 1.000-1.500 kilogram, dilengkapi dengan teknologi canggih, dengan kendali manual dan jarak jauh dan beroperasi di semua kondisi laut. (alalam/raialyoum)
Pakar Israel: Hizbullah Masuk Lima Besar Kekuatan Roket Dunia
Di tengah meningkatnya ketegangan di sepanjang perbatasan antara Lebanon dan Israel, seorang pejabat militer Israel menyebut kelompok pejuang resistensi Hizbullah Lebanon sebagai satu di antara lima besar negara dan kekuatan adidaya dalam hal jumlah roket.
Brigjen Purn. Ram Aminach, mantan penasihat keuangan militer Israel mengatakan, “Masyarakat Israel tidak memahami sejauh mana ancaman Hizbullah karena mereka memiliki persediaan roket yang besar dan dianggap sebagai salah satu dari lima negara adidaya, bersama dengan AS, Tiongkok, Rusia, dan Jerman.”
Aminach menambahkan bahwa Israel tidak dapat menghadapi Hizbullah tanpa menghadapi seluruh Lebanon.
Dia mengatakan demikian ketika Hizbullah dan Israel telah terlibat kontak senjata sejak awal Oktober tahun lalu, tak lama setelah Israel melancarkan agresi genosida terhadap Jalur Gaza menyusul operasi serangan fajar bersandi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan para pejuang Gaza terhadap Israel.
Hizbullah berjanji akan terus melakukan serangan balasan selagi Israel masih melanjutkan perang di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 37.834 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai 86.858 lainnya.
Para pejabat Hizbullah telah berulang kali mengatakan pihaknya tidak ingin berperang dengan Israel , namun siap menghadapinya namun jika hal itu terjadi.
Mufti Besar Jaafari Lebanon, Syekh Ahmad Qabalan, mengatakan Hizbullah memiliki gudang senjata yang sangat besar dengan berbagai jenis rudal. Dia memperingatkan bahwa Hizbullah akan menembakkan hingga setengah juta misil ke wilayah pendudukan Israel jika terjadi perang baru di Lebanon.
Dia menegaskan, “Jika terjadi perang terbuka antara Lebanon dan Israel, maka Israel harus memperkirakan bahwa peluncuran sekitar 500.000 rudal (dari Lebanon selatan ke wilayah pendudukan). Kekuatan destruktif dari rudal-rudal ini dapat membuat rezim pendudukan kembali ke masa 70 tahun yang lalu.” (presstv)