Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 1 April 2019

KTT liga arab di tunisia 2019Jakarta, ICMES: Sekjen Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menyatakan bahwa sekarang masih terlalu dini untuk kembalinya Suriah ke organisasi negara-negara Arab ini.

Kementerian Luar Negeri Iran menilai Konfrensi Tingkat Tinggi ke-30 Liga Arab di kota Tunis, ibu kota Tunisia, “lebih positif” daripada KTT Arab sebelumnya.

Sejumlah pemimpin Arab tampak tertidur di ruang KTT Liga Arab di Tunis.

Mufti Besar Yaman Syeikh Shamsuddin Sharafuddin menyatakan bahwa Kerajaan Arab Saudi dengan segala cara ingin mempertahankan eksistensi Rezim Zionis Israel di Palestina.

Berita selengkapnya:

Sekjen Liga Arab: Belum Saatnya Suriah Kembali Ke Liga Arab

Sekjen Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menyatakan bahwa sekarang masih terlalu dini untuk kembalinya Suriah ke organisasi negara-negara Arab ini, namun dia juga menekankan bahwa masalah ini dibahas di sela-sela KTT ke-30 Liga Arab di Tunis.

Dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Tunisia Khemaies Jhinaoui usai penutupan KTT, Ahad (31/3/2019), Aboul Gheit menegaskan bahwa masalah ini “diangkat secara tidak resmi dalam perundingan antarmenteri luar negeri Arab.”

Aboul Gheit menambahkan bahwa kembalinya Suriah ke Liga Arab merupakan “tema sensitif.”

“Sensitivitasnya adalah bahwa setiap kali diangkat, beberapa negara anggota mengatakan bahwa masalah ini belum matang, sementara sebagian anggota lain memandangnya tidak ada dalam agenda kami, dan ada pula yang mengatakan bahwa kami memerlukan proses politik yang mempertemukan semua pihak  Suriah,” terangnya.  (rt)

Iran Tanggapi Kritikan KTT Liga Arab Di Tunisia

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran menilai Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-30 Liga Arab di kota Tunis, ibu kota Tunisia, “lebih positif” daripada KTT Arab sebelumnya, dan menyebut resolusi KTT ini mengenai Dataran Tinggi Golan milik Suriah yang diduduki Israel “positif dan penuh harapan.”

“Teheran menganggap pernyataan KTT Arab tentang Golan sebagai positif dan penuh harapan, tetapi tidak cukup untuk menghadapi pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan Israel,” ungkap Kemlu Iran  dalam statemennya mengenai resolusi KTT Arab, Minggu (31/3/2019).

Kemlu Iran  menjelaskan bahwa KTT Tunis itu positif adalah karena “negara tuan rumah,” namun juga menegaskan bahwa “pernyataan beberapa anggota Liga Arab di KTT terhadap Iran sebagai kelanjutan dari pendekatan yang tidak konstruktif dan salah dalam memusuhi Iran.”

Kemlu Iran menambahkan bahwa tuduhan terhadap Iran dalam  KTT Arab “tidak berdasar”, dan menegaskan penolakan dan “kecaman keras“ atas klaim campur tangan Iran dalam urusan beberapa negara Arab.

Kemlu Iran juga menyatakan penolakan dan kecamannya terhadap pernyataan KTT Tunis tentang tiga pulau yang disengketakan Iran dengan Uni Emirat Arab (UEA).

“Kami menekankan bahwa ketiga pulau itu merupakan bagian integral Iran, dan mengulangi klaim semacam itu tidak akan mengubah status hukum pulau-pulau itu,” ungkapnya.

Kemlu Iran menegaskan “kebijakan prinsipal Iran yang tidak akan berubah, dan terepresentasi dalam ketiadaan campur tangan terhadap urusan negara-negara tetangga.”

Kemlu Iran juga memastikan kegagalan kebijakan Trump terhadap Iran.

Sementara itu, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif di halaman Twitter-nya pada hari yang sama menegaskan bahwa Trump berpegang teguh pada setiap jerat untuk mengesan kebijakannya yang gagal terhadap Iran justru sebagai sebuah keberhasilan.

“Satu-satunya hal adalah bahwa Trump bersukacita dalam kesengsaraan yang dia yakini sedang dia berikan terhadap warga biasa Iran,” cuit Zarif.

Zarif juga menegaskan bahwa sebagaimana para pendahulunya Trump pada akhirnya akan belajar mengetahui bahwa bangsa Iran akan senantiasa pantang tunduk kepada tekanan asing. (alalam/raialyoum)

Sejumlah Pemimpin Arab Tertidur Dalam KTT Di Tunisia

Sejumlah pemimpin Arab tampak tertidur di ruang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-30 Liga Arab di Tunis, ibu kota Tunisia, Ahad (31/3/2019), sementara Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani pergi meninggalkan ruang KTT usai mengikuti sesi peresmian.

Tidurnya sebagian pemimpin Arab itu terpantau dan terekam oleh media sehingga kemudian terpublikasi dan mengundang kontroversi dan beragam komentar.

Radio swasta Mosaïque FM yang berbasis di Tunisia melalui laman internetnya berkomentar, “Di KTT Arab yang diselenggarakan di Tunis, mimpi Arab  kembali hadir bersama masalah Palestina dan situasi berdarah yang rumit di Suriah, Yaman, dan Libya… Selamat atas tidur itu untuk para pemimpin Arab kita.”

Laman itu memajang beberapa foto tidurnya sejumlah pemimpin Arab ketika sidang sedang berlangsung, yaitu; Presiden Tunisia sendiri, Beji Caid el Sebsi, yang tampak tertidur pulas; ketua dewan kepresidenan pemerintahan rekonsiliasi Libya Fayez al-Sarraj yang tertidur pada sesi pembukaan KTT; dan Menteri Luar Negeri Comoro Mohamed El-Amine Souef yang tertidur di sebelah Emir Qatar Tamim bin Hamad juga pada sesi pembukaan KTT.

Tertidurnya sejumlah pemimpin Arab dalam KTT Tunis ini lantas viral dan mengundang beragam komentar.

Sementara itu, menanggapi tindakan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani meninggalkan ruang KTT usai pidato pembukaan, Menteri Luar Negeri Tunisia Khemaies Jhinaoui pada jumpa pers usai penutupan KTT mengatakan “tak masalah dalam kepergiannya.”

“Emir Qatar telah menghadiri sesi pembukaan KTT, tak masalah dalam kepergiannya,” ujar Jhinaoui saat ditanya wartawan mengenai sebab aksi walk out Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.

Berbagai laporan media Tunisia menyebutkan bahwa aksi Emir Qatar ini sudah direncanakan sebelumnya.

Partisipasi singkat Qatar dalam KTT Arab di Tunis terjadi setelah Qatar absen dari KTT Liga Arab di Arab Saudi tahun lalu di tengah krisis hubungan terburuk dalam sejarah negara-negara Arab Teluk Persia.

Krisis bermula pada tanggal 5 Juni 2017, ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar dan memberlakukan “langkah-langkah hukuman” dengan tuduhan bahwa Qatar menyokong terorisme.

Qatar membantahnya dan balik menuding empat negara Arab itu berusaha memaksakan perwaliannya mereka atas keputusan internal Qatar.

KTT Arab mengeluarkan “Deklarasi Tunis” yang terdiri dari 17 pasal yang tidak menyinggung soal krisis Teluk itu, melainkan fokus pada beberapa persoalan lain terutama masalah Palestina, situasi di negara-negara Arab, termasuk Suriah, Libya dan Yaman, serta hubungan Arab-Iran. (alalam/raialyoum)

Mufti Besar Yaman: Saudi Berusaha Pertahankan Eksistensi Israel Di Palestina

Mufti Besar Yaman Syeikh Shamsuddin Sharafuddin menyatakan bahwa Kerajaan Arab Saudi dengan segala cara ingin mempertahankan eksistensi Rezim Zionis Israel di Palestina, rezim yang berusaha untuk memaksakan kontrol penuhnya atas Masjid Al-Aqsa sebagaimana rezim Saudi mengontrol penuh Masjidil Haram.

“Kita harus lebih percaya kepada keadilan urusan kita, dan lebih tabah dalam menghadapi entitas Israel dan Saudi. Akan ada lebih banyak kekerasan dan lebih banyak kerugian, tetapi kita harus bersabar untuk mengatasi cobaan dan mewujudkan janji Tuhan akan kemenangan,” ungkap Syeikh Sharafuddin, sebagaimana dilansir al-Alam, Ahad (31/3/2019).

Mufti Yaman menambahkan, “Kita bergerak untuk menegakkan kalimat Allah di semua bidang serta di tingkat politik dan militer, dan memerangi semua manifestasi pembusukan dalam semua aspek kehidupan.” (alalam)