Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 30 Mei 2023

Jakarta, ICMES. Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth (YA) mengutip pernyataan para ahli yang bahwa Iran dapat membuat satu bom nuklir dalam waktu 12 hari, dan memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk menghasilkan enam bom lagi dalam beberapa bulan, “tetapi ini tidak berarti Iran bermaksud melakukannya dan menjadi negara nuklir.”

Kepala Otoritas Geografi Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Majid Fakhri, mengumumkan bahwa Iran memantau satelit yang melewati wilayah udaranya.

Sebuah pengadilan militer di Lebanon secara resmi mendakwa lima orang dalam kasus kematian seorang penjaga perdamaian PBB asal Irlandia pada bulan Desember tahun lalu.

Berita Selengkapnya:

Media Israel: Iran Bisa Membuat Tujuh Bom Nuklir dalam Tiga Bulan

Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth (YA) mengutip pernyataan para ahli yang bahwa Iran dapat membuat satu bom nuklir dalam waktu 12 hari, dan memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk menghasilkan enam bom lagi dalam beberapa bulan, “tetapi ini tidak berarti Iran bermaksud melakukannya dan menjadi negara nuklir.”

“Iran memiliki bahan fisil yang cukup untuk membuat tujuh bom atom dalam tiga bulan,” tulis YA, seperti dikutip Rai Al-Youm, Rabu (1/6).

YA menyebutkan bahwa seminggu setelah terungkapnya kemajuan Iran dalam pembangunan situs nuklir yang diduga kebal terhadap bom penghancur bunker, dan lima tahun setelah AS di masa kepresidenan Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir, seorang ahli nuklir AS memperkirakan bahwa Iran memiliki kemampuan memproduksi bom nuklir, dan jika menggunakan semua stok uranium yang diperkaya maka bisa menghasilkan tujuh bom dalam waktu beberapa bulan.

Pakar nuklir Amerika, David Albright, mengatakan kepada majalah Inggris The Economist bahwa citra satelit menunjukkan penggalian terowongan di pegunungan dekat situs nuklir Natanz di Iran tengah, yang mungkin berada pada kedalaman antara 80 dan 100 meter di bawah tanah sehingga menyulitkan misi bom GBU -57, senjata utama tentara AS untuk menghancurkan bunker bawah tanah hingga kedalaman 60 meter.

Fisikawan Albright, mantan kepala inspektur senjata nuklir AS, memperkirakan bahwa bagian terdalam dari situs tersebut dapat digunakan sebagai aula yang berisi sejumlah kecil sentrifugal canggih, yang dapat dengan cepat menghasilkan cukup uranium yang diperkaya hingga tingkat 90% yang diperlukan untuk menghasilkan senjata nuklir.

YA mencatrat bahwa kesepakatan nuklir 2015 menetapkan bahwa Iran butuh waktu setahun untuk dapat memproduksi bahan yang cukup untuk membuat bom, tapi para ahli memperkirakan Iran dapat melakukannya segera.

Albright percaya bahwa Teheran dapat memperkaya uranium hingga 90% dari yang dibutuhkan untuk menghasilkan senjata nuklir dalam waktu 12 tahun, hanya sehari. Untuk melakukan ini, hanya diperlukan tiga set sentrifugal canggih beruntun dan setengah dari persediaan uranium yang diperkaya hingga 60%, yang ada sekarang.

Selain itu, menurut perkiraan, Iran dapat memperkaya cadangan uraniumnya hingga tingkat 90% untuk menghasilkan empat bom nuklir dalam sebulan, dan dalam dua bulan berikutnya, menggunakan uranium yang diperkaya rendah untuk mendapatkan bahan untuk dua bom lagi. (raialyoum)

Militer Iran Pantau Satelit-Satelit yang Melintas di atas Angkasanya

Kepala Otoritas Geografi Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Majid Fakhri, mengumumkan bahwa Iran memantau satelit yang melewati wilayah udaranya.

“Misi angkatan bersenjata adalah menjaga wilayah udara Iran, dan juga memantau jalur pesawat dengan berbagai peralatan,” katanya kepada Kantor Berita Internasional Tasnim, Brigjen Majeed Fakhri.

Fakhri menyebutkan, “Angkatan Bersenjata melakukan tugas pemantauan satelit, dan memberikan informasi yang diperlukan ke berbagai lembaga negara melalui pantauan satelit.”

Dia menjelaskan, “Pada tahun 2019, pasukan Iran membutuhkan waktu satu tahun untuk menghasilkan semua peta Bumi, tapi sekarang mereka dapat melakukannya dalam satu hari, dan rekan mereka telah mengembangkan sistem yang dapat menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan peta Bumi dalam waktu singkat.”

Fakhri menambahkan, “Iran telah berinteraksi dengan banyak negara mengenai informasi satelit, dan hal-hal yang sangat baik telah terjadi. Layanan teknis geografis akan diekspor dalam waktu yang tidak terlalu lama.”

Dia menyebut bidang ini “sangat luas, dan berbagai kebutuhan terkait dengannya, serta mampu mengekspor layanan teknik dan mentransfer teknologi. Informasi lokasi diperlukan di semua bidang pengambilan keputusan di negara ini.”

Dalam hal informasi lokasi, dia menerangkan, “Kita memiliki universitas-universitas yang bagus dan para profesor yang luar biasa dengan kemampuan hebat, dan dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan berbasis pengetahuan telah memasuki bidang ini.”

Pada hari Kamis pekan lalu Kementerian Pertahanan Iran, di hadapan Menteri Pertahanan Mohammad Reza Ashtiani, meluncurkan rudal balistik jarak jauh akurat terbaru Iran dengan nama Kheibar. Rudal Kheibar adalah generasi keempat dari rudal Khorramshahr, dengan jangkauan 2000 km dan hulu ledak  1.5 ton.

Pada Februari lalu, komandan Angkatan Udara Pengawal Revolusi di Iran, Brigjen Amir Ali Hajizadeh, mengungkapkan bahwa Iran telah memproduksi rudal hipersonik pertama dengan kecepatan mencapai lebih dari 12 kali kecepatan suara. Rudal ini dianggap sebagai pencapaian teknis yang penting dan tambahan besar untuk kemampuan rudal Iran.

Pada 7 Februari, Dirjen Badan Antariksa Iran, Hossein Salariyeh, menegaskan bahwa Iran bergerak menuju tahap baru di bidang teknologi luar angkasa, yaitu mengubahnya menjadi bidang industri.

“Kami siap memberikan bantuan kepada negara-negara tetangga di bidang teknologi luar angkasa, dan kami siap memberikan layanan kami kepada mereka agar teknologi ini berkembang untuk mereka,” tuturnya. (alalam)

Pengadilan Lebanon Mendakwa Lima Anggota Hizbullah dalam Kasus Kematian Pasukan PBB

Sebuah pengadilan militer di Lebanon secara resmi mendakwa lima orang dalam kasus kematian seorang penjaga perdamaian PBB asal Irlandia pada bulan Desember tahun lalu.

Kantor berita The Associated Press (AP), Kamis (1/6), melaporkan bahwa seorang pejabat anonim pengadilan menyatakan kelima orang itu terkait dengan kelompok kelompok pejuang Hizbullah.

Menurut pejabat itu, dakwaan tersebut diajukan menyusul penyelidikan setengah tahun setelah peristiwa serangan terhadap konvoi penjaga perdamaian PBB di dekat kota al-Aqbiya di Lebanon selatan, yang merupakan basis Hizbullah. Dakwaan itu didasarkan antara lain pada bukti kesaksian para pengamat, serta rekaman audio dan rekaman video dari kamera pengintai.

Dalam beberapa rekaman konfrontasi, orang-orang bersenjata dilaporkan terdengar memberi tahu penjaga perdamaian bahwa mereka berasal dari Hizbullah.

Hizbullah membantah terlibat dalam pembunuhan itu, dan menyebutnya sebagai “insiden yang tidak disengaja” yang terjadi antara penduduk kota dan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). Tidak ada komentar segera dari Hizbullah pada hari Kamis.

Penembakan tersebut mengakibatkan kematian Seán Rooney dan luka parah Shane Kearney. Penjaga perdamaian yang terluka secara medis dievakuasi ke Irlandia. Dua tentara Irlandia lainnya menderita luka ringan. (aljazeera)