Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 3 Maret 2020

SAA di idlibJakarta, ICMES. Pasukan Arab Suriah (SAA) kembali menguasai penuh kota strategis Saraqib di Provinsi Idlib, setelah bertempur sengit melawan kelompok-kelompok bersenjata yang dibantu oleh tentara Turki.

Damaskus menegaskan tekadnya menghadang agresi militer Turki di wilayah Suriah, setelah Ankara mengumumkan dimulainya operasi militer Turki bersandi “Perisai Musim Semi” di Provinsi Idlib, Suriah.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa “jutaan” imigran dan pengungsi akan segera mengalir ke Eropa.

Iran mengutuk gelombang kekerasan anti-warga Muslim di India, dan mendesak pemerintah negara ini agar membendungnya.

Berita selengkapnya:

Tentara Suriah Kembali Rebut Kota Saraqib, Puluhan Tentara Turki Tewas

Pasukan Arab Suriah (SAA) kembali menguasai penuh kota strategis Saraqib di Provinsi Idlib, setelah bertempur sengit melawan kelompok-kelompok bersenjata yang dibantu oleh tentara Turki, Senin (2/3/2020).

Beberapa sumber menyebutkan bahwa SAA menggempur konvoi militer Turki di dekat Qimnas, Provinsi Idlib, hingga menyebabkan puluhan tentara Turki tewas. SAA menyerang pasukan artileri Turki yang membantu kelompok teroris Jabhat al-Nusra dalam pertempuran di Saraqib.

Menurut sumber-sumber itu, serangan SAA juga menyasar pos pantau pasukan Turki sehingga menjadi pesan tegas bagi Ankara mengenai nasib pos-pos pantau Turki jika negara ini masih bersikeras melakukan intervensi militer di wilayah Suriah.

Tanpa menyebutkan jumlah korban, sumber-sumber lokal menyatakan bahwa mobil-mobil ambulan berdatangan ke pos pantau yang terserang untuk membawa para korban tewas dan luka pasukan Turki.

Sebelumnya, Ankara secara resmi mengumumkan dimulainya operasi militer Turki bersandi “Spring Shield “ (Perisai Musim Semi) dengan tujuan memukul mundur SAA ke belakang pos-pos pantau Turki, yakni memaksa SAA keluar dari berbagai wilayah yang telah dikuasainya melalui pertempuran selama lebih dari satu bulan.

Kawanan bersenjata yang didukung pasukan artileri dan drone Turki melancarkan serangan di bagian selatan Provinsi Idlib dengan tujuan merebut distrik Kafr Nabl di mana pertempuran berlangsung di sekitarnya. (raialyoum)

Suriah Tegaskan Tekadnya Menghadang Agresi Turki

Damaskus menegaskan tekadnya menghadang agresi militer Turki di wilayah Suriah, setelah Ankara mengumumkan dimulainya operasi militer Turki bersandi “Perisai Musim Semi” di Provinsi Idlib, Suriah barat laut, Senin (2/3/2020).

Sebagaimana dilansir SANA, Kementerian Luar Negeri Suriah menegaskan bahwa negara ini “bertekad dan memutuskan untuk menghadang agresi terbuka Turki, dan menetapkan batasan bagi semua intervensi Turki demi menjaga integritas wilayah Suriah.”

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapi rencana-rencana Turki di zona udara terlarang Idlib dengan menyatakan, “Moskow tidak akan sanggup menjamin keselamatan pesawat di angkasa Idlib, sesuai pernyataan militer Rusia di sana.”

Peskov memastikan bahwa militer Rusia dan Turki terus menjalin komunikasi di Suriah, dan bahwa perundingan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan menambah titik terang mengenai situasi di Idlib.

Dia menjelaskan bahwa dalam pertemuan puncak itu Putin akan menegaskan bahwa Rusia konsisten kepada Kesepakatan Sochi mengenai Suriah dan integritas wilayah Suriah, serta menyokong Damaskus dalam perang melawan terorisme.

“Pendirian ini akan sepenuhnya solid, tidak akan berubah, dan ini sebenarnya sudah ditetapkan di berbagai level oleh Presiden Putin, Menteri Luar Negeri Lavrov, dan kelompok kerja pemerintahan gabungan, yang telah bekerjasama dengan rekan-rekan Turki dalam beberapa hari terakhir,” terang Peskov, Senin.

Dia menambahkan, “Kami akan tetap mematuhi Kesepakatan Sochi, yang menyerukan integritas wilayah Suriah, dan kami tentu menyokong Suriah dalam iktikadnya melanjutkan perang melawan teroris, termasuk kelompok-kelompok yang tercantum dalam daftar teroris Dewan Keamanan PBB.”

Sebelumnya, kantor kepresidenan Turki mengumumkan bahwa Erdogan akan bertolak ke Rusia pada hari Kamis mendatang. (raialyoum)

Sambil Menekan UE dengan Pengungsi, Erdogan Berharap Mencapai Kesepakatan dengan Putin

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa “jutaan” imigran dan pengungsi akan segera mengalir ke Eropa. Para pemimpin Uni Eropa (UA) lantas bereaksi keras terhadap upaya Erdogan menjadikan imigran dan pengungsi sebagai senjata untuk menekan Eropa agar memberikan bantuan maksimal kepada Turki dalam konflik Suriah.

Turki membuka kran aliran imigran dan pengungsi menuju kawasan Uni Eropa sejak Jumat lalu, dan kemudian terjadi konsentrasi ribuan orang di perbatasan Turki sehingga menimbulkan kecemasan akan kemungkinan terjadinya gelombang imigrasi baru seperti pernah terjadi pada tahun 2015.

Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut langkah Turki itu “tak dapat diterima”, sementara juru bicara Komisaris Migrasi UE Margaritis Schinas menegaskan, “Tak seorangpun dapat memeras atau mengintimidasi UE.”

Namun demikian, Turki yang menerima 3,5 pengungsi berusaha membendung gelombang pengungsian baru dari Suriah.

Di saat yang sama, Erdogan mengaku berharap dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada Kamis mendatang dapat mencapai kesepakatan gencatan senjata di Provinsi Idlib, Suriah.

Hanya saja, Erdogan juga memperingatkan Eropa agar ikut menanggung krisis pengungsi.

“Setelah kami membuka pintu-pintu kami, ada banyak kontak masuk kepada kami. Mereka mengatakan kepada kami ‘tutuplah pintu’, tapi saya katakan kepada mereka ‘perkara sudah selesai, pintu-pintu sudah terbuka, dan sekarang kalian harus ikut menanggung beban’,” ujar Erdogan, Senin (2/3/2020).

Dia menambahkan bahwa jumlah imigran di perbatasan Yunani, termasuk dari Afghanistan, Suriah, dan Irak, jauh lebih banyak daripada jumlah yang disebutkan oleh para pejabat dan media. Dia memastikan bahwa jumlahnya mencapai “ratusan ribu”, dan masih “akan segera bertambah dan akan mencapai jutaan”.

Pemerintah Yunani menyatakan pihaknya telah mencegah 10,000 pengungsi masuk ke wilayahnya sepanjang hari Sabtu dan Minggu lalu. Dilaporkan bahwa telah terjadi bentrokan di mana polisi Yunani melepaskan tembakan gas air mata kepada para pengungsi yang melempari mereka dengan batu. (raialyoum)

Iran Kutuk Gelombang Kekerasan Sistematis terhadap Umat Islam di India

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk gelombang kekerasan anti-warga Muslim di India, dan mendesak pemerintah negara ini agar membendungnya.

“Iran mengutuk gelombang kekerasan terorganisir anti-Muslimin di India,” cuit Zarif, Senin (2/3/2020).

Dia menambahkan, “Iran bersahabat dengan India selama beberapa abad. Kami meminta para pejabat India menjamin kesejahteraan semua warga negara India, dan tidak membiarkan berlanjutnya aksi pembunuhan keji ini.”

Zarif juga mengimbau supaya persoalan diselesaikan melalui jalur dialog dan pengindahan supremasi hukum.

Sebelumnya di hari yang sama juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi dalam konferensi pers mengatakan, “Iran merasa khawatir atas berita-berita dari India mengenai konflik, pertikaian bermotif ras dan agama, dan menyatakan prihatian atas apa yang terjadi di sana.”

Mousavi menyebutkan bahwa toleransi sebenarnya dominan di India sehingga berbagai umat beragama selama ini dapat hidup berdampingan secara rukun. Namun, lanjutnya, “berita-berita yang kami dapat ini meresahkan banyak orang, dan kami berharap kekerasan anti-Muslimin di India segera berakhir”.

Seperti diketahui, kerusuhan melanda New Delhi, ibu kota India, dan menewaskan hingga 42 orang pada pekan lalu. Kerusuhan ini dipicu oleh UU Kewarganegaraan kontroversial, Citizenship Amendment Act (CAA) yang disahkan oleh pemerintah pada 2019.

Bentrokan bermula pada Minggu (23/2/2020) dan memburuk ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melawat New Delhi selama dua hari.  (alalam)