Jakarta, ICMES. Juru bicara militer Mesir merilis pengumuman yang menyatakan bahwa pihak yang berwenang di Angkatan Bersenjata Mesir sedang menyelidiki insiden penembakan di kawasan perbatasan Rafah yang berujung terbunuhnya satu tentara Mesir yang bertugas melakukan pengamanan.
Angkatan bersenjata Yaman mengumumkan pihaknya telah menyerang kapal AS Larego Desert dan kapal Israel MSC Mechela di Samudera Hindia.
Hamas memperingatkan Israel bahwa semakin lama Israel melakukan perang genosida terhadap Jalur Gaza, semakin besar kemungkinan tawanan rezim tersebut tewas akibat agresi tersebut.
Berita selengkapnya:
Kontak Senjata dengan Tentara Israel di Rafah, Satu Tentara Mesir Gugur
Juru bicara militer Mesir pada hari Senin malam (27/5) merilis pengumuman yang menyatakan bahwa pihak yang berwenang di Angkatan Bersenjata Mesir sedang menyelidiki insiden penembakan di kawasan perbatasan Rafah yang berujung terbunuhnya satu tentara Mesir yang bertugas melakukan pengamanan.
Perusahaan Penyiaran Israel sempat mengatakan bahwa seorang tentara Mesir tewas dalam baku tembak antara kedua belah pihak.
Baku tembak ini terjadi ketika terjadi eskalasi ketegangan antara Mesir dan Israel, dan para analis politik memperkirakan bahwa insiden tersebut akan menimbulkan dampak politik yang serius.
Kejadian hari ini mengingatkan orang pada kejadian-kejadian serupa, terutama adalah peristiwa di mana mendiang tentara Mesir Suleiman Khater menembaki sekelompok turis Israel hingga menewaskan tujuh orang di antaranya di pos penjagaannya yang terletak di dekat resor Ras Burqa di wilayah Nuweiba, provinsi Sinai Selatan, pada tanggal 5 Oktober 1985.
Media Israel melaporkan bahwa terjadi baku tembak antara tentara Mesir dan tentara Israel di penyeberangan Rafah, yang menyebabkan tewasnya dua tentara di pihak Mesir.
Tentara Israel dalam sebuah pernyataan menyebutkan pihaknya sedang menyelidiki laporan baku tembak antara tentara Israel dan Mesir di dekat perbatasan Rafah dengan Gaza.
“Beberapa jam yang lalu terjadi insiden penembakan di perbatasan Mesir. Insiden ini sedang ditinjau dan ada diskusi yang sedang berlangsung dengan pihak Mesir,” bunyi pernyataan itu.
Badan Penyiaran Israel melaporkan bahwa seorang tentara Mesir tewas dalam baku tembak itu, dan tidak ada korban di pihak tentara Israel.
Situs web Walla Israel melaporkan bahwa dua warga Mesir tewas dalam baku tembak dengan tentara Israel di penyeberangan Rafah.
Surat kabar Maariv juga mengonfirmasi kematian seorang tentara Mesir dalam baku tembak dengan tentara Israel.
Surat kabar Yedioth Ahronoth menerbitkan berita tentang baku tembak antara kedua belah pihak, setelah pihak sensor militer Israel mengizinkan publikasi tersebut . Sebelumnya, sensor militer Israel menghapus berita tentang insiden tersebut.
Channel 13 Israel melaporkan bahwa insiden yang tidak biasa terjadi antara tentara Israel dan Mesir, sementara Channel 14 mengungkapkan bahwa tentara Mesir melepaskan tembakan ke tentara Israel di penyeberangan Rafah.
Israel menguasai perbatasan Rafah dari sisi perbatasan Gaza awal bulan ini ketika mereka meningkatkan serangan militernya di wilayah tersebut, dan hal ini menuai kritik dari Mesir.
Hubungan kedua belah pihak tegang setelah pasukan Israel bergerak ke wilayah yang dikenal sebagai Koridor Philadelphi dan menguasai penyeberangan Rafah.
Koridor Philadelphi adalah area sepanjang 14 kilometer dan lebar 100 meter yang membentang di sepanjang perbatasan antara wilayah Palestina yang terkepung dan Mesir.
Insiden terbaru ini dapat semakin memperumit situasi.
Meskipun Mesir menjalin perjanjian damai dengan Israel, Mesir sebenarnya menolak, misalnya, untuk membuka perbatasannya sebagai protes terhadap pengambilalihan perbatasan Rafah oleh Israel.
Hal ini juga dapat memperumit masalah secara diplomatis karena Mesir juga merupakan mediator dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina. (raialyoum/almayadeen)
Pasukan Yaman Serang Tiga Kapal di Samudera Hindia dan Laut Merah
Angkatan bersenjata Yaman mengumumkan pihaknya telah menyerang kapal AS Larego Desert dan kapal Israel MSC Mechela di Samudera Hindia.
Pasukan Yaman juga menyerang kapal Minerva Lisa di Laut Merah, karena kapal itu melanggar larangan masuk ke pelabuhan Israel yang diterapkan oleh Yaman.
Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan bahwa Angkatan Udara Yaman, melalui dua operasi kualitatif, menargetkan dua kapal perusak milik AS di Laut Merah, dan kedua operasi itu sukses.
Kepala pemerintahan sementara di Sanaa, Abdul Aziz bin Habtoor, dalam wawancara dengan Al-Mayadeen pada Ahad lalu memuji rakyat Palestina dengan menyebutkan bahwa mereka telah membuktikan kepahlawanan, kompetensi dan kehebatan, “yang tidak dapat dilakukan oleh siapa pun di dunia”.
Dia menegaskan bahwa Palestina harus “percaya bahwa dukungan di Yaman akan tetap bersama mereka dan berada di sisi mereka, sampai nafas terakhir.”
Ibnu Habtoor juga mengatakan bahwa rudal Yaman telah mencapai Laut Mediterania, dan bersumpah untuk “menjangkau rezim pendudukan Israel, karena tangan, rudal, dan senjata kami dapat menjangkau, demi mendukung rakyat Palestina.” (almayadeen)
Hamas: Tawanan Israel Bisa Jadi akan Kembali sebagai Mayat
Hamas memperingatkan Israel bahwa semakin lama Israel melakukan perang genosida terhadap Jalur Gaza, semakin besar kemungkinan tawanan rezim tersebut tewas akibat agresi tersebut.
“Semakin lama [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu dan para pendukungnya menunda melakukan hal ini (penghentian agresi)…, semakin banyak tawanan mereka yang akan kehilangan nyawa di tangan tentara mereka akibat pemboman oleh Zionis dan rudal Amerika,” kata Osama Hamdan, wakil Hamas di Lebanon, dalam konferensi pers di Beirut pada hari Senin (27/5).
“Penundaan yang terus-menerus dan serangan udara berarti bahwa sandera mereka mungkin tidak akan kembali, melainkan sebagai mayat, dan mungkin mereka tidak akan pernah kembali,” sambungnya.
Sekitar 250 orang ditawan pada 7 Oktober tahun lalu saat operasi pembalasan bersandi Badai Al-Aqsa dilancarkan oleh faksi-faksi pejuang resistensi Gaza.
Hamas membebaskan 105 tawanan selama gencatan senjata selama seminggu pada akhir November.
Sebelumnya pada bulan Mei, Khalil al-Hayya, wakil kepala Biro Politik Hamas, mengatakan pemboman rezim di Gaza telah menewaskan 70 persen tawanan Zionis.
Hamas mengkondisikan pembebasan tawanan lainnya dengan penghentian perang sepenuhnya, penarikan pasukan agresor, kesepakatan pertukaran tawanan yang layak, dan pengiriman pasokan kemanusiaan ke Gaza.
Belakangan ini Hamas menyetujui proposal gencatan senjata lainnya yang diajukan oleh mediator Mesir dan Qatar, namun Israel menolaknya.
Hamdan menegaskan, “Rezim penduduk Zionis tidak akan mendapatkan kembali orang-orang mereka yang ditawan oleh kelompok perlawanan kecuali sesuai dengan persyaratan yang telah disampaikan kepada mediator di Mesir dan Qatar melalui kesepakatan yang nyata dan serius.”
Lebih dari 36.000 warga Palestina, yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak, gugur dalam perang Israel yang dilancarkan setelah Badai Al-Aqsa.
Hamdan juga mengutuk Israel yang belum lama ini telah membunuh sedikitnya 50 warga Palestina dalam serangan udara terhadap zona aman yang ditetapkan bagi para pengungsi di kota Rafah di Gaza selatan.
“Klaim pendudukan mengenai kehadiran orang-orang bersenjata di lokasi pembantaian selama pelaksanaan (serangan udara) tidak tahu malu, dan salah,” lanjutnya.
Klaim tersebut “dibantah oleh gambar-gambar jenazah warga sipil yang gugur syahid, termasuk anak-anak dan perempuan. Selain itu, daerah itu terletak di sebelah barat Rafah dan jauh dari zona operasi rezim pendudukan dan fokusnya di Rafah serta bentrokan dengan perlawanan,” pungkasnya. (presstv)