Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 23 November 2021

Jakarta, ICMES. Unjuk rasa akbar membanjiri berbagai kota dan daerah di Yaman dengan mengangkat slogan “AS di Balik Eskalasi Militer dan Ekonomi serta Kontinyuitas Agresi dan Blokade terhadap Yaman”.

Asisten Menteri Luar Negeri dan perunding senior Iran Ali Bagheri Kani memastikan negara republik Islam ini akan terus melanjutkan aktivitas pengembangan energi nuklirnya.

Beberapa media yang terkait dengan pihak-pihak yang memusuhi Suriah belakangan ini melaporkan bahwa Iran menarik pasukan dari Pangkalan Udara (Lanud) T-4 di Provinsi Homs, Suriah.

Berita Selengkapnya:

Demo Akbar Banjiri Kota-Kota Yaman, Bendera AS dan Israel Jadi Sasaran Amuk Massa

Unjuk rasa akbar membanjiri berbagai kota dan daerah di Yaman dengan mengangkat slogan “AS di Balik Eskalasi Militer dan Ekonomi serta Kontinyuitas Agresi dan Blokade terhadap Yaman”, Senin (22/11).

Lautan massa mewarnai jalanan Sanaa, ibu kota Yaman, serta kota-kota lain di provinsi-provinsi Taiz, Hijjah, Amran, Al-Baida, Raima, Ibb dan Sa’dah, untuk menandai kutukan mereka terhadap peran Amerika Serikat (AS) di balik meningkatnya tekanan dan serangan terhadap Yaman.

Di Sanaa, unjuk rasa itu menghasilkan deklarasi yang menegaskan beberapa pernyataan sebagai berikut;

“Ketundukan negara-negara agresor (Arab Saudi dan Uni Emirat Arab) kepada pemerintah AS dan kepasrahan mereka kepada keinginan-keinginan agresif akan sangat memberatkan mereka, dan akibatnya akan fatal bagi mereka.

“Tindakan negara-negara agresor mengandalkan dukungan terbuka AS adalah tindakan yang gagal. Tak ada capaian apapun yang terwujud untuk mereka selama tujuh tahun agresi sehingga tak akan pernah terwujud pula capaian apapun dalam eskalasi terbaru.

“Berlanjutnya blokade dan agresi tak akan pernah mendatangkan apapun bagi para agresor kecuali kerugian yang lebih besar…  Bangsa kami, Yaman, dalam tawakkalnya kepada Allah dan pertolongan-Nya, tak akan goyah dalam haknya membela diri, dan mereka akan terus menjalani perjuangan pembebasan nasional sampai para agresor enyah dari setiap jengkal tanah yang diduduki.”

Dalam video yang ditayang saluran Al-Masirah milik Ansarullah terlihat massa pengunjuk rasa meluapkan amarah mereka dengan mencabik-cabik dan membakar bendera AS dan Israel.

Sementara itu, anggota Dewan Tinggi Politik Yaman Mohammad Ali Al-Houthi dalam orasinya di depan massa pengungjuk rasa di Sanaa, menyebut AS sebagai “setan dan musuh yang akan tetap menjadi musuh bagi kita… AS adalah musuh kita dan musuh Palestina, AS-lah yang menyerang negara kita, dan nasib para agresor bayaran akan masuk tong sampah sejarah.”

Dia memastikan bahwa semua peluru, mortir, bom dan rudal yang digunakan oleh pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi terhadap Yaman adalah buatan AS, dan tak ada yang dapat membantah keterlibatan AS dalam invasi militer dan blokade terhadap Yaman.

Kementerian Pertahanan Yaman di Sanaa memastikan akan mendokumentasikan peran AS dalam agresi terhadap Yaman.

Kementerian ini menyinggung pengakuan-pengakuan para pejabat AS, termasuk anggota Kongres, yang mengkonfirmasi peran tersebut.

Sebelumnya, provinsi Hudaidah dilanda unjuk rasa akbar yang mengutuk eksekusi 10 tentara Yaman dan pasukan Ansarullah oleh pasukan koalisi.

Massa demonstran mengecam kebungkaman masyarakat internasional dan menegaskan bahwa kejahatan ini menyalahi piagam internasional.  (almayadeen/almasirah)

Jelang Perundigan Wina, Iran Pastikan akan Terus Mengembangkan Energi Nuklir

Asisten Menteri Luar Negeri dan perunding senior Iran Ali Bagheri Kani memastikan negara republik Islam ini akan terus melanjutkan aktivitas pengembangan energi nuklirnya dengan tanpa mengabaikan pasal-pasal perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

“Tak adalah faktor apapun yang mendorong Teheran untuk mundur dari kebijakannya selagi pihak lain tak konsisten kepada perjanjian ini,” ungkapnya, Senin (22/11).

Mengenai negara musuh bebuyutan Iran, Bagheri Kani menjelaskan, “Tak ada pilihan bagi AS kecuali menerima realitas baru, dan bahwa kembali kepada perjanjian nuklir menuntut kehendak politik AS dan Eropa.”

Dia menyoal untuk apa Eropa terlibat dalam perundingan nuklir dengan Iran jika mereka masih tidak bisa mengambil sikap independen dari AS.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh meminta Badan Tenaga Atom Internasioanl (IAEA) mempertahankan karakter teknisnya dan tidak tunduk kepada segala tekanan politik.

Mengenai perundingan nuklir Iran dengan sejumlah negara terkemuka dunia di Wina, Swiss, yang dijadwalkan menjelang akhir bulan ini Khatibzadeh menekankan bahwa perundingan ini harus berfokus pada pencabutan blokade AS terhadap Iran.

Dia menyebutkan ihwal dialog antara Iran dan negara-negara jirannya dengan mengatakan bahwa dialog ini harus terbatas pada tema-tema regional, sedangkan perundingan Wina adalah dialog yang semata dilakukan oleh pihak-pihak terkait. (alalam)

Iran Tarik Pasukan dari Pangkalan Udara T-4 Suriah, Benarkah?

Beberapa media yang terkait dengan pihak-pihak yang memusuhi Suriah belakangan ini melaporkan bahwa Iran menarik pasukan dari Pangkalan Udara (Lanud) T-4 di Provinsi Homs, Suriah.

Lanud T-4 di pinggiran timur Homs tercatat sebagai salah satu pangkalan militer Suriah yang paling penting, dan terletak di sekitar 50 km timur kota Homs dan sekitar 60 km dari kota Palmyra (Tadmur) di bagian tengah Suriah.

Lokasi geografisnya sedemikian penting dan sangat menunjang operasi pemberantasan terorisme selama periode perang yang melanda negara ini sejak tahun 2011, Lanud T-4 menjadi titik fokus dan pangkalan utama bagi pasukan Suriah dan sekutunya.

Lantas benarkah kabar bahwa Iran menarik atau merelokasi pasukan dari pangkalan yang kerap menjadi target serangan Israel, termasuk dengan bantuan AS, tersebut?

Narasumber yang mengetahui hal itu membantah laporan beberapa media bahwa Lanud T-4 telah ditinggalkan termasuk oleh pasukan Iran.

“Tentara Suriah atau bahkan sekutunya, tak melakukan pengubahan apapun, baik mengenai jumlah pasukan maupun konsentrasinya di lanud ini atau sekitarnya,” ungkap narasumber itu kepada saluran Al-Alam yang berbasis di Iran, Senin (22/11).

Mengenai sebab beredarnya laporan dari media yang memusuhi Suriah tersebut sumber itu mengatakan, “Ini karena Lanud T-4 merupakan tali simpul di penggiran timur Homs dan kawasan Badiah, terutama Tadmur serta merupakan titik pemantau terpenting bagi tentara Suriah dan sekutunya di mana informasi militer bersinggungan. Lanud dan sistem pertahanan udara di sana juga memungkinkan pematauan udara Badiah Suriah hingga kawasan Al-Tanf dan kawasan sekitar Deir Ezzor.”

Sumber anonim itu juga menyebutkan, “Mekanisme koordinasi antara tentara Suriah serta pasukan sekutu Iran dan Rusia di Tadmur menyulit pengubahan atau penarikan pasukan di sana, karena penarikan ini akan menciptakan kevakuman yang dinantikan oleh pasukan AS di pangkalan Al-Tanf dan sel-sel ISIS yang ditempatkan di sekitarnya, yang membantu mereka melancarkan serangan di Badiah Suriah atau timur Homs.”

Narasumber lain, pakar militer Suriah Brigjen Purn. Haitham Hassoun, mengatakan bahwa Lanud T-4 kerap mendapat serangan dari kawanan teroris ISIS pada tahun 2015-2016 agar lanud ini lepas dari peran sentralnya dari penumpasan terorisme, dan Israel juga berulang kali menyerang lanud T-4 dan kawasan sekitarnya.

Karena itu, lanjutnya, laporan ihwal penarikan pasukan Iran dari sana adalah “berita hoax” yang sengaja disebarkan sebagai “pendahuluan perang urat saraf” yang terjadi akibat tekanan dan agresi berulang kali Israel yang menyasar lanud tersebut.

Hassoun memastikan laporan hoax itu merupakan persembahan untuk menunjang mental Israel sekaligus bagian dari upaya AS untuk mendongkrak nyali kawanan teroris yang tersebar di kawasan Badiah Suriah setelah terkena gempuran berulang kali di kawasan yang membentang dari penggiran timur Homs hingga kawasan sekitar Deir Ezzor. (alalam)