Jakarta, ICMES: Sekjen Hizbullah Lebanon Sayyid Hassan Nasrallah mengutuk serangan teroris di Srilanka, menepis kabar bahwa pada musim panas mendatang akan pecah perang antara Lebanon dan Israel, dan memastikan bahwa para thaghut dunia tidak dapat memaksakan ambisinya terhadap Palestina.
Pemimpin Besar Iran Grand Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menegaskan keharusan penguatan hubungan antara Iran dan Pakistan, terutama ketika kelompok-kelompok teroris yang didukung oleh musuh-musuh bersama Iran dan Pakistan berusaha menyulut ketegangan dalam hubungan kedua negara.
Pemimpin kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman, Abdul Malik al-Houthi, mengingatkan bahwa pasukannya dapat menggempur sasaran-sasaran vital di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) yang memimpin agresi terhadap Yaman.
Iran mengaku siap menghadapi segala keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri pengecualian bagi pembeli minyak Iran, sementara pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menegaskan lagi ancamannya untuk menutup jalur strategis Selat Hormuz.
Berita selengkapnya:
Nasrallah Kutuk Bom Srilanka Dan Tepis Kabar Akan Segera Pecah Perang Lebanon-Israel
Sekjen Hizbullah Lebanon Sayyid Hassan Nasrallah mengutuk serangan teroris di Srilanka, menepis kabar bahwa pada musim panas mendatang akan pecah perang antara Lebanon dan Israel, dan memastikan bahwa para thaghut dunia tidak dapat memaksakan ambisinya terhadap Palestina.
Dalam acara Nisfu Syakban dan peringatan Milad Imam Mahdi yang dinantikan oleh kaum Muslim Syiah, Senin (22/4/2019), Sayyid Nasrallah menyebut serangkaian peledakan bom di beberapa masjid dan hotel yang menewaskan ratusan orang dan melukai beberapa lainnya di Srilanka sebagai kejahatan mengerikan yang sama sekali tak ada kaitannya dengan kemanusiaan. Dia menyerukan pemberantasan terorisme secara total dengan semua akar dan kekuatan yang berada di balik fenomena keji ini.
Mengenai Palestina, dia menegaskan, “Semua thaghut dunia tidak akan dapat memaksakan kehendak mereka terhadap bangsa Palestina selagi bangsa ini masih bersiteguh pada harapannya. Titik tolak mendasar dalam perjuangan ialah konsisten kepada harapan, menolak menyerah, dan yakin kepada kemampuan diri bangsa-bangsa kita.”
Dia juga menyebut Arab Saudi dan Uni Emirat Arab berperan nyata dalam penggodokan prakarsa Deal of the Century yang dicanangkan Amerika Serikat (AS) untuk menyelesaikan berkas perkara Palestina-Israel dalam bentuk yang menguntungkan Israel dan mengabaikan hak bangsa Palestina.
Mengenai isu yang dihembuskan surat kabar Kuwait bahwa akan segera pecah perang antara Lebanon dan Israel, Sekjen Hizbullah menyebutnya “salah dalam isi dan buruk dalam penjadwalan”, dan menepis kabar mengenai pernyataannya tentang itu dalam rapat umum maupun khusus.
“Saya sama sekali tidak pernah mengatakan apa yang disebutkan oleh salah satu surat kabar Kuwait mengenai perang melawan Israel dan kemungkinan kesyahidan sebagian pemimpin… Saya memandang kecil kemungkinan Israel melancarkan perang terhadap Lebanon. Sudah bukan waktunya lagi Israel menentukan jalannya perang lewat angkasa,” papar Nasrallah.
Tokoh beserban hitam sebagai tanda keturunan Rasulullah saw ini memandang Israel sebagai musuh yang berwatak makar sehingga segala kemungkinan akan selalu ada dan tak dapat mengandalkan analisis tertentu.
“Apa yang terjadi (sekarang) adalah bagian dari kampanye sistematis dan terkoordinasi terhadap kami, dan contoh untuk ini banyak,” imbuhnya.
Mengenai Suriah dia mengatakan, “Kerjasama di lapangan antarsekutu di Suriah masih seperti semula, dan karena itu harus waspada terhadap apa yang dikata dan ditulis (di media).”
Pernyataan ini merupakan bantahannya terhadap rumor yang beredar belakangan ini di media bahwa telah terjadi kontak senjata antara pasukan Iran dan pasukan Rusia di Suriah hingga jatuh beberapa korban tewas dan luka di kedua belah pihak.
Dalam pidato ini, Sayyid Nasrallah juga menyinggung tekanan AS terhadap Iran, Palestina, Yaman, dan lain-lain sembari menyebut AS tak mengakui lembaga-lembaga internasional sehingga patut menjadi musuh nomor wahid oleh umat Islam. (raialyoum)
Ayatullah Khamenei Tegaskan Keharusan Penguatan Hubungan Iran-Pakistan
Pemimpin Besar Iran Grand Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menegaskan keharusan penguatan hubungan antara Iran dan Pakistan, terutama ketika kelompok-kelompok teroris yang didukung oleh musuh-musuh bersama Iran dan Pakistan berusaha menyulut ketegangan dalam hubungan kedua negara.
Pernyataan ini dia sampaikan dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan yang sedang berkunjung ke Teheran bersama rombongan delegasi yang menyertainya, Senin (22/4/2019)
“Kelompok-kelompok teroris, yang menanamkan rasa tidak aman di sepanjang perbatasan, disuplai dana dan senjata oleh musuh, dan tujuan yang dicari melalui tindakan-tindakan anti-keamanan di sepanjang perbatasan Iran dengan Pakistan antara lain ialah mencemari hubungan kedua negara,” ungkap Ayatullah Khamenei.
Dia menyebutkan bahwa besarnya manfaat hubungan Teheran-Islamabad bagi kedua negara, “tetapi hubungan ini memiliki musuh yang serius, sehingga terlepas dari kemauan musuh itu, kerja sama dan kontak (antara Iran dan Pakistan) harus diperkuat di berbagai sektor.”
Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Presiden Iran Hassan Rouhani itu Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menjelaskan perundingannya di Teheran dengan mengatakan, “Banyak masalah diselesaikan melalui perundingan ini, dan para menteri Pakistan mengadakan pembicaraan baik dengan rekan-rekan Iran mereka.”
Khan juga memastikan bahwa ada tangan tertentu yang bekerja untuk mencegah kedekatan hubungan Teheran-Islamabad.
Dia mengatakan, “Kami berusaha agar hubungan antara kedua negara menjadi lebih kuat dari sebelumnya, dan kami akan menjaga hubungan terus-menerus dengan pemerintah Republik Islam Iran.” (presstv)
Pemimpin Ansarullah Ingatkan Kehebatan Rudalnya Untuk Ganyang Saudi Dan UEA
Pemimpin kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman, Abdul Malik al-Houthi, mengingatkan bahwa pasukannya dapat menggempur sasaran-sasaran vital di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) yang memimpin agresi terhadap Yaman.
Al-Houthi menegaskan pasukan Yaman siap melanjutkan pertempuran “di garis depan” dalam perang yang sudah berlangsung lebih dari empat tahun.
“Semua orang harus terus menjaga front dengan dana dan senjata, dan memperkuatnya dengan para ksatria dan mujahidin,” serunya dalam sebuah wawancara televisi di Al-Masirah, Senin (22/4/2019).
Dia menyatakan bahwa pasukannya memiliki kemampuan mencapai “sasaran strategis, vital, sensitif, dan berdampak besar yang dapat digempur jika terjadi eskalasi di Hodeydah.”
“Rudal kami mampu mencapai Riyadh dan luar Riyadh hingga Dubai dan Abu Dhabi, serta target-target vital dan sensitif,” tegasnya.
Ansarullah telah berulangkali menggempur Arab Saudi dan ibu kota Riyadh dengan rudal balistik, dan mengaku juga telah melancarkan serangan dengan pesawat nirawak ke bandara Abu Dhabi dan Dubai selama konflik berlangsung.
Di pihak lain, Arab Saudi mengaku dapat mencegat semua rudal Ansarullah sembari menyatakan adanya orang yang tewas akibat serpihan peluru, sementara UEA membantah telah mendapat serangan nirawak.
Perang di Yaman telah berkobar sejak 2014 antara pejuang Ansarullah yang didukung Iran di satu pihak dan pasukan pro-presiden tersingkir Abd Rabbuh Mansour Hadi di pihak lain yang didukung oleh aliansi militer pimpinan Saudi sejak 2015. (raialyoum)
Iran Tegaskan Siap Ladeni Segala Keputusan AS
Iran mengaku siap menghadapi segala keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri pengecualian bagi pembeli minyak Iran, sementara pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menegaskan lagi ancamannya untuk menutup jalur strategis Selat Hormuz.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi dalam sebuah statemennya yang dirilis Senin (22/4/2019) menyatakan negaranya telah mengadakan pembicaraan intensif soal ini dengan semua pihak terkait, baik secara internal maupun eksternal.
“Hasil pertimbangan ini akan dikemukakan nanti kepada para pemimpin politik, yang akan mengumumkan keputusannya dalam waktu singkat,” ungkap Mousavi.
Pemerintah Iran telah berulang kali mengancam akan menarik diri dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015 jika AS jadi memperketat sanksi minyak terhadap Iran. AS tahun lalu keluar dari perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara terkemuka dunia itu, dan kemudian memberlakukan kembali sanksi anti-Iran.
Kantor berita Tasnim milik Iran mengutip pernyataan sumber informasi di Kementerian Perminyakan Iran bahwa AS tidak akan pernah bisa menihilkan ekspor minyak Iran.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan keputusan AS untuk tidak memperpanjang pengecualian dari sanksi atas pembelian minyak Iran. (raialyoum)