Jakarta, ICMES. Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menerima kapal-kapal serang baru yang dipersenjatai dengan rudal berpemandu laser dan pertahanan udara.

Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei saat ditemui oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko dan rombongan yang menyertainya di Teheran, Senin (13/3), menyatakan negara-negara yang dikenai sanksi oleh AS dan sekutunya perlu bergandeng tangan mematahkan senjata sanksi itu dengan membentuk kelompok bersama.
China berencana menjadi tuan rumah pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dihadiri oleh pejabat senior dari Iran dan enam tetangga Arabnya dari Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
Berita Selengkapnya:
IRGC Terima Kapal-Kapal Peluncur Rudal Berpemandu Laser dan Pertahanan Udara
Pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menerima kapal-kapal serang baru yang dipersenjatai dengan rudal berpemandu laser dan pertahanan udara.
Kantor berita Fars News milik Iran, Senin (13/3), melaporkan bahwa dalam upacara yang diadakan pada hari Kamis pekan lalu, kapal-kapal baru berkecepatan tinggi telah bergabung dengan Angkatan Laut (AL) IRGC, dan kapal-kapal itu memiliki desain yang berbeda dari kapal sebelumnya, dan dilengkapi dengan rudal berpemandu laser, bukan roket.
Selain itu, juga telah diluncurkan kapal-kapal cepat IRGC generasi baru yang dilengkapi dengan rudal jelajah anti-kapal dengan jangkauan 180 km.
Dalam upacara tersebut, untuk pertama kalinya, kapal berkecepatan tinggi Zolfaghar dengan kemampuan menembakkan rudal pertahanan udara ‘Nawab’ bergabung dengan AL IRGC. Karena itu, IRGC menjadi pemilik pertama kapal berkecepatan tinggi dengan kemampuan membawa rudal pertahanan udara di dunia.
Senin lalu pekan lalu tentara Iran mengumumkan “ujicoba sukses rudal balistik dengan jangkauan 1.500 kilometer dan mampu menghancurkan target angkatan laut yang bergerak,†menurut kantor berita Sputnik milik Rusia.
Dikutip Tasnim milik Iran, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Mohammad Bagheri mengatakan, “Iran telah mencapai produksi rudal balistik yang mampu menghancurkan unit-unit marinir bergerak pada jarak 1.500 kilometer.â€
Bagheri menambahkan, “Dengan memproduksi rudal jenis ini, Iran telah menjadi satu di antara tiga negara yang memiliki sains untuk memproduksi rudal ini. Dengan memiliki rudal jenis ini, keamanan yang besar akan tercipta di laut sekitar kita pada jarak lebih dari seribu kilometer.”
Dia juga menjelaskan, “Rudal balistik ini menyasar target yang bergerak dari luar angkasa dengan kecepatan 8 Mach dan jangkauan 1.500 km, yang membuat kapal induk asing dan armada agresor tidak aman.”
Pasukan Pertahanan Udara Iran belum lama ini melakukan manuver besar dengan sandi “Pembela Langit Wilayat 1401” di sebagian besar wilayah negara ini. (fna/raialyoum)
Ayatullah Khamenei: Negara-Negara yang Disaksi AS Perlu Bergandeng Tangan
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei saat ditemui oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko dan rombongan yang menyertainya di Teheran, Senin (13/3), menyatakan negara-negara yang dikenai sanksi oleh AS dan sekutunya perlu bergandeng tangan mematahkan senjata sanksi itu dengan membentuk kelompok bersama.
Sembari menilai potensi kerjasama kedua negara jauh melampaui level saat ini, Ayatullah Khaemenei mengatakan, “Level hubungan harus ditingkatkan secara signifikan dengan menggunakan semangat dan kemauan yang ada di kedua belah pihak untuk mengimplementasikan kesepakatan.â€
Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi itu, Ayatullah Khamenei menyinggung banyaknya kesamaan antara Iran dan Belarus, termasuk keberadaan kedua negara di bawah sanksi dan intimidasi AS dan beberapa negara Barat.
“Negara-negara yang terkena sanksi oleh Amerika Serikat harus bekerjasama dan membentuk kelompok bersama untuk menghancurkan senjata sanksi. Dan kami percaya itu bisa dilakukan,†ujarnya.
AS menerapkan sanksi terhadap Iran sejak awal kemenangan revolusi Islam Iran, dan dalam 12 tahun terakhir, AS memberlakukan sanksi terberatnya terhadap negara republik Islam tersebut.
Ayatullah Khamenei mengatakan, “Sanksi tersebut menyadarkan Iran akan kemampuan dan kekuatan internal, dan sementara itu, sanksi meletakkan dasar bagi banyak kemajuan bagi Iran. Negara kami mampu mencapai kemajuan luar biasa di berbagai bidang, termasuk sains dan teknologi, medis dan biologi, ruang angkasa, nuklir, dan nanoteknologi.”
Dia menambahkan, “Jika negara-negara yang telah disanksi oleh AS memanfaatkan sepenuhnya potensi masing-masing, itu akan sangat bermanfaat bagi semua pihak… Kesepakatan dan kata-kata tidak boleh disimpulkan dalam pertemuan, tetapi harus dilaksanakan dengan tindak lanjut khusus dan waktu tertentu.â€
Ayatullah Khamenei juga menyebutkan bahwa dunia saat ini membutuhkan spiritualitas.
“Spiritualitas dapat menjadi kekuatan pendorong bagi bangsa-bangsa,†ujarnya.
Di pihak lain, Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengaku puas atas pertemuan dengan Pemimpin Besar Iran, dan mengatakan, “Saya datang ke Iran untuk memastikan bahwa saya bertekad untuk membuka babak baru dalam hubungan antara kedua negara.â€
Dia menambahkan, “Dengan kerjasama dan kemauan Presiden Iran, semua kesepakatan akan dilaksanakan dengan tindak lanjut dan waktu khusus.â€
Dia juga memuji pengalaman Iran dalam menghadapi sanksi, dan kemajuan yang dicapai negara ini meski dihantam embargo.
“Republik Islam Iran telah mencapai pengalaman dan kemajuan yang luar biasa selama periode sanksi, dan kami percaya bahwa jika ketentuan sanksi digunakan dengan benar, ini bisa menjadi peluang untuk kemajuan. Tujuan dari perjalanan saya ke Iran adalah untuk mengenal pencapaian yang dibuat oleh Iran,†ungkap Lukashenko.
Dia lantas membuat kesimpulan dengan mengatakan, “Situasi internasional yang sulit saat ini telah mengungkapkan teman sejati dan palsu kepada kami, dan kami bertekad untuk terlibat dalam kerjasama khusus dengan teman sejati.” (alalam/fna)
China Dilaporkan akan Adakan Pertemuan Puncak Iran-GCC
China berencana menjadi tuan rumah pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dihadiri oleh pejabat senior dari Iran dan enam tetangga Arabnya dari Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
Hal itu dilaporkan oleh surat kabar AS Wall Street Journal, Ahad (12/3), berdasarkan keterangan narasumber anonim yang mengetahui rencana tersebut.
Dilaporkan bahwapertemuan puncak itu akan berlangsung di Beijing akhir tahun ini, setelah Iran dan Arab Saudi menyelesaikan proses pemulihan hubungan diplomatik. .
Presiden China Xi Jinping berada di Arab Saudi pada bulan Desember tahun lalu di mana dia dilaporkan mengadakan pertemuan puncak dengan para pemimpin GCC.
Ketika Xi secara resmi menerima Presiden Iran Ebrahim Raisi di Beijing bulan lalu, dia mencoba menahan dampak dari pernyataan bersama yang telah dia tandatangani dengan para pemimpin Arab yang mempertanyakan kepemilikan Iran atas tiga pulau yang disengketakan dan pengaruh regional Teheran serta program nuklir dan militer.
Raisi dilaporkan menyambut baik proposal tersebut, tapi pemerintahannya mengejar hubungan ekonomi yang lebih kuat dengan Beijing sambil mengharapkan China memainkan peran lebih besar dalam pembicaraan yang menemui jalan buntu mengenai pemulihan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan kekuatan dunia, yang secara sepihak ditinggalkan AS pada tahun 2018.
Jika China berhasil membuat negara-negara GCC dan Iran berada dalam satu ruang untuk berdialog, maka ini akan menandakan kemenangan diplomatik lain setelah Beijing menjadi tuan rumah pembicaraan minggu lalu yang menghasilkan kesepakatan mengejutkan untuk mengakhiri keretakan hubungan yang telah berlangsung tujuh tahun antara Teheran dan Riyadh.
Iran dan Saudi telah sepakat bahwa menteri luar negeri kedua negara akan bertemu dalam waktu dua bulan untuk membuka kembali misi diplomatik dan bahwa pernyataan trilateral yang mereka tanda tangani dengan China mengikat mereka untuk mengimplementasikan dua perjanjian kerjasama yang telah mereka tanda tangani lebih dari dua dekade sebelumnya. (aljazeera)