Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 14 April 2020

rouhanio dan nocolas maduroJakarta, ICMES. Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut imperialisme AS sebagai virus, yang bahkan “lebih berbahaya” bagi daripada virus corona novel (Covid-19) bagi masyarakat internasional.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan  menolak pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu yang diajukan terkait dengan insiden yang terjadi dalam penerapan lockdown..

Wabah virus corona (Covid-19) memicu insiden serangan terhadap warga Muslim di seluruh wilayah India, menyusul klaim kementerian kesehatan pemerintahan nasionalis Hindu Narendra Modi bahwa warga Muslim telah menyebabkan merebaknya virus mematikan ini.

Berita selengkapnya:

Rouhani: Imperialisme AS Lebih Berbahaya daripada Covid-19

Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut imperialisme AS sebagai virus, yang bahkan “lebih berbahaya” bagi daripada virus corona novel (Covid-19) bagi masyarakat internasional.

“Negara-negara yang merdeka dan mencari kebebasan semisal Iran dan Venezuela selalu mendapat tekanan akibat tuntutan dan intimidasi berlebihan para pejabat AS,” kata Rouhani dalam percakapann telepon dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Senin (13/4/2020).

“Iran dan Venezuela berhasil melawan virus AS yang agresif dan lama selama bertahun-tahun melalui solidaritas dan perluasan kerjasama,” lanjutnya.

Menyinggung perencanaan Iran serta tindakan dan pemenuhan kebutuhannya dalam perang melawan Covid-19, termasuk produksi alat uji diagnostik,  Rouhani memastikan kesediaan Teheran berbagi pengalaman kepada Caracas dalam perang melawan pandemi ini.

Rouhani menekankan pentingnya penguatan kerjasama bilateral lebih lanjut.

“Perluasan kerjasama dan hubungan antara kedua negara tentu akan melayani kepentingan bangsa Iran dan bangsa Venezuela,” ujarnya.

Di pihak lain, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan Teheran dan Caracas selalu bersatu dan berada di satu front yang sama dalam perlawanan terhadap imperialisme.

Maduro juga memuji prestasi Iran dalam perang  melawan Covid-19, dan mengatakan bahwa semua negara sekarang terlibat dalam perang besar ini.

Presiden Venezuela juga menyebutkan kesediaan negaranya menimba dan memanfaatkan pengalaman Iran dalam penanggulangan wabah yang melanda hampir semua negara dunia ini.

Pada kesempatan  lain sehari sebelumnya, Presiden Rouhani menyatakan bahwa meskipun Iran yang notabene negara terparah dilanda Covid-19 di Timur Tengah dikenai embargo berat oleh AS namun masih dapat bertindak lebih baik daripada negara-negara Eropa dalam memerangi wabah mematikan ini.  (presstv/alalam/fna)

Pandemi Covid-19, Presiden Turki Tolak Pengunduran Diri Menteri Dalam Negeri

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan  menolak pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu yang diajukan terkait dengan insiden yang terjadi dalam penerapan lockdown pada pekan lalu di banyak wilayah negara ini dalam upaya membendung penyebaran virus corona (Covid-19).

Direktorat Komunikasi Turki dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh Anadolu, Senin (13/4/2020). menyebutkan bahwa  Soylu “mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden, dan Presiden kita mengatakan kepadanya bahwa dia tidak menganggap permintaan itu cocok.”

“Pengunduran diri Menteri Dalam Negeri kami belum diterima. Dia akan melanjutkan tugasnya,” bunyi pernyataan itu.

Soylu sempat mengajukan pengunduran diri karena merasa gagal menahan laju pertumbuhan kasus Covid-19, dan merasa bertanggung jawab atas kekacauan yang timbul akibat penetapan lockdown secara dadakan tanpa peringatan jauh hari sebelumnya.

Lockdown di Turki diterapkan pada hari Jumat lalu dan dijadwalkan usai pada Ahad, sementara peringatan diumumkan di hari yang sama menjelang penerapan lockdown. Akibatnya, kekacauan melanda banyak tempat karena banyak warga terjebak aksi panic buying.

Soylu mengakui bahwa penerapan lockdown itu seharusnya bisa jauh lebih baik, dan meskipun penerapannya sudah disetujui oleh Erdogan, namun Soylu juga mengakui hal itu tidak menutupi kesalahannya.

Ketika lockdown 48 jam di 31 provinsi diumumkan pada Jumat malam bahwa akan dimulai pada tengah malam itu pula warga spontan berbondong-bondong ke banyak toko dan kedai roti untuk memborong kebutuhan pokok, dan terjadi kerumunan yang praktis mengabaikan aturan social distancing.

Pada Minggu lalu Turki melaporkan 97 kasus kematian baru akibat wabah ini sehingga jumlah total kematian menjadi 1.198 di tengah hampir 57.000 kasus yang terkonfirmasi. (anadolu/reuters)

 Wabah Corona Picu Serangan Anti-Muslim di India

Wabah virus corona (Covid-19) memicu insiden serangan terhadap warga Muslim di seluruh wilayah India, menyusul klaim kementerian kesehatan pemerintahan nasionalis Hindu Narendra Modi bahwa warga Muslim telah menyebabkan merebaknya virus mematikan ini.

Menurut surat kabar The New York Times (NYT), seorang pemuda Muslim yang membagikan makanan kepada warga miskin telah diserang dengan pentungan kriket.

“Para warga Muslim lain telah dipukuli, nyaris digantung, kehabisan lingkungan mereka, atau diserang di masjid, dicapsebagai penyebar virus,” lapor surat kabar AS itu, seperti dikutip Press TV, Senin (13/4/2020).

Kuil-kuil Sikh di Negara Bagian Punjab menyerukan kepada masyarakat untuk tidak membeli susu dari peternak sapi perah Muslim karena diduga terpapar Covid-19.

Menurut NYT,  serangan anti-minoritas Muslim meningkat setelah pemerintah mengklaim bahwa lebih dari sepertiga dari 8.000 kasus Covid-19 di Negeri Dewa itu terkait dengan Muslim.

“Ketakutan menatap kami, dari mana-mana,” keluh Mohammed Haider, yang mengelola sebuah kedai susu, salah satu dari sedikit bisnis yang dibiarkan tetap terbuka di tengah upaya pembatasan penyebaran Covid-19 di India.

“Orang-orang hanya perlu alasan kecil untuk mengalahkan kami atau untuk menghukum mati kami, karena korona,” lanjutnya.

Para pemimpin Muslim mengungkapkan keprihatinan mereka atas gelombang kebencian baru ini, dan menceritakan serangan gerombolan Hindu terhadap warga Muslim di lingkungan kelas pekerja di New Delhi, ibu kota India, yang merenggut nyawa puluhan orang di hadapan polisi pada Februari lalu.

“Pemerintah seharusnya tidak memainkan permainan menyalahkan… Jika Anda menyajikan kasus berdasarkan agama seseorang di briefing media Anda, ini menciptakan kesenjangan besar,” tutur Khalid Rasheed, ketua Islamic Center of India.

“Virus corona mungkin akan mati, tapi virus disharmoni komunal akan sulit untuk dibunuh ketika ini berakhir,” lanjutnya.

Beberapa politisi nasionalis Hindu dan pendukungnya telah memanfaatkan situasi ini, dengan bersemangat menumpuk sentimen anti-Muslim yang sudah terbangun dalam beberapa tahun terakhir di bawah pemerintahan Perdana Menteri Modi.

Rasheed menambahkan bahwa Kementerian Kesehatan India sudah mengkonfirmasi bahwa tindakan menyalahkan warga Muslim atas wabah ini didasari dengan “laporan palsu”, dan bahwa “ada kebutuhan mendesak untuk melawan prasangka demikian.”

Pemerintah Modi dituduh telah mendorong intoleransi agama dan berusaha mengubah India menjadi negara Hindu.

Parlemen India pada Desember lalu mengesahkan undang-undang kewarganegaraan baru, yang dinilai diskriminatif terhadap Muslim. Hukum ini memungkinkan pendatang dari Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan menjadi warga India kecuali jika mereka Muslim.

Keputusan parlemen itu lantas membangkitkan gelombang aksi protes warga Muslim yang kemudian dibalas dengan gelombang kekerasan yang menjatuhkan banyak korban jiwa, luka, dan materi warga Muslim. (presstv)