Rangkuman Berita Utama Timteng Selasa 10 Mei 2022

Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan bahwa pihak-pihak di Lebanon yang menuntut supaya kelompok-kelompok resistensi anti-Israel meletakkan senjata adalah orang-orang yang mengabaikan keadaan yang terjadi di bagian selatan negara ini sejak kaum Zionis mendirikan negara Israel di tanah pendudukan Palestina.

Bersamaan dengan adanya pengumuman latihan militer Israel bersandi “Chariots of Fire”, para komandan pusat komando gabungan faksi-faksi pejuang Palestina di Jalur Gaza mengumumkan status siaga dan kesiapan semua sayap dan organisasi militer.

Kementerian Luar Negeri Iran mengungkap kondisi putaran baru dialog negara ini dengan Arab Saudi di Baghdad, ibu kota Irak.

Berita Selengkapnya:

Berpidato Sepak Terjang AS dalam Menyokong Israel, Sekjen Hizbullah Sebut-sebut Nama Indonesia

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan bahwa pihak-pihak di Lebanon yang menuntut supaya kelompok-kelompok resistensi anti-Israel meletakkan senjata adalah orang-orang yang mengabaikan keadaan yang terjadi di bagian selatan negara ini sejak kaum Zionis mendirikan negara Israel di tanah pendudukan Palestina.

Dalam pidato pada acara Festival Pemilu Besar yang diselenggarakan Hizbullah di kota Tyre dan Nabatieh, Senin (9/5), Sayid Nasrallah menambahkan bahwa pihak-pihak tersebut mengabaikan dan menutup mata di depan semua prestasi nasional terbesar dalam sejarah Lebanon yang dicapai oleh kubu resistensi berupa pembebasan semua tanah Lebanon dari pendudukan pasukan Zionis Israel.

“Hanya kubu resistensi dengan faksinyalah yang telah membebaskan semua tanah pendudukan Lebanon dan membebaskan para tahanan dengan terhormat,” ungkapnya.

Dia menegaskan, “Dengan pembebasan Lebanon, kubu resistensi telah menghancurkan imej kebesaran Israel, yang ternyata tak sanggup bertahan di Lebanon. Israel adalah yang terlemah di antara negara-negara yang mengitarinya, bagaimana dapat menduduki Suriah dan Mesir? Kubu resistensi telah mengembalikan kepada Lebanon dan negara-negara kawasan rasa percaya diri dan keyakinan akan kemampuan untuk melakukan pembebasan. Semua ini dibuat dengan darah, dan kubu resistensi menangani urusan yang bahkan lebih penting daripada pembebasan, yaitu melindungi seluruh Lebanon dari ketamakan dan agresi Israel. Kubu inilah yang membuat perimbangan deterensi di depan musuh, menciptakan keamanan bagi penduduk desa-desa terluar dengan semua golongan mereka. Jika orang-orang berlepas tangan dari resistensi dan kubu ini meletakkan senjatanya sebagaimana dituntut lantas siapa yang akan melindungi orang-orang itu?”

Sekjen Hizbullah menambahkan, “Mereka yang menuntut perlucutan senjata kubu resistensi ketika ditanya alternatifnya tidak memberi Anda alternatif. Mereka tak punya apa-apa kecuali (mengatakan) serahkan senjata kalian kepada negara, sementara kami memberikan strategi pertahanan sepanjang tahun.Di meja dialogpun kubu resistensi telah mengajukan strategi pertahanan, dan ketika Ketua (parlemen Lebanon, Nabih) Berri meminta pihak lain untuk menanggapi, mereka malah menuntut pencabutan sidang dan sejak itu tidak merespon. Demikian pula ketika Presiden Michel Aoun mengundang ke meja dialog yang antara lain mengagendakan strategi pertahanan, pihak yang menuntut perlucutan senjata itu malah memboikot dialog. Kami siap berdebat tentang strategi pertahanan nasional, sebab kami adalah kalangan yang terbiasa berargumentasi, orang yang lari (dari dialog) pastilah berada dalam posisi lemah.”

Sayid Nasrallah juga menyebutkan nama Indonesia ketika membicarakan sepak terjang Amerika Serikat  (AS) dalam mendukung Israel.

Dia mengatakan, “AS mengirim delegasi menterinya ke Indonesia, padahal mana Indonesia dan mana Palestina, supaya Indonesia mengakui Israel, lantas bagaimana dengan Lebanon? Mereka akan meminta kalian mengakui Israel secara resmi di pemerintah dan parlemen Lebanon, bahkan bukan sekedar mengakui, melainkan juga menormalisasi hubungan dengan Israel, menerima imigrasi orang-orang Palestina di Lebanon. Kalian para penyeru perlucutan senjata resistensi, apakah kalian mendukung imigrasi orang-orang Palestina di Lebanon? Kami menghendaki orang-orang Palestina pulang ke tanah air mereka dan mendapatkan hak-hak mereka secara terhormat.”

Mengenai latihan perang yang dilakukan militer Israel, Sayid Nasrallah menegaskan, “Kami katakan kepada musuh (Israel); kami tak akan ragu menanggapi kesalahan apapun terhadap Lebanon. Kami tak takut kepada manuver militer dan keberadaan kalian. Kamilah yang sejak 20 tahun silam menegaskan bahwa kalian lebih lemah dari sarang laba-laba, dan sebagaimana saya katakan pada Hari Quds mengenai manuver militer Israel, sekarangpun saya umumkan bahwa pada pukul 7 sekarang kami telah meminta kepada semua instansi resistensi di Lebanon untuk menyiagakan senjata, para kader dan pemimpin pada tingkat tertentu dan menambahnya bersamaan dengan pergerakan waktu agar benar-benar siap. “ (alalam/almanar)

Israel dan Kubu Resistensi Palestina Sama-Sama Bersiaga, Perang Segera Pecah lagi?

Bersamaan dengan adanya pengumuman latihan militer Israel bersandi “Chariots of Fire”, para komandan pusat komando gabungan faksi-faksi pejuang Palestina di Jalur Gaza mengumumkan status siaga dan kesiapan semua sayap dan organisasi militer.

Pusat komando gabungan itu dalam sebuah pernyataannya pada hari Senin (9/5) menegaskan bahwa mereka terus memantau gerik-gerik Israel untuk mengantisipasi kemungkinan rezim Zionis ini melakukan “tindakan bodoh”.

Ditujukan kepada semua orang Palestina, pusat komando itu menegaskan bahwa faksi-faksi itu akan tetap menjadi pelindung bagi bangsa Palestina dan bagi perjuangan menuntut keadilan bagi Palestina.

Sebelumnya di hari yang sama, Sekjen Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrallah dalam pidatonya mengaku telah meminta para pejuang Hizbullah dan lain-lain di Lebanon agar bersiaga di perbatasan Lebanon untuk mengantisipasi segala bentuk agresi Israel.

Pada hari itu pula tentara Israel memulai latihan militer berskala luas darat, laut dan udara serta siber dengan sandi “Chariots of Fire” yang akan berlangsung selama empat minggu berturut-turut. Tentara Israel menyatakan bahwa latihan itu bersifat istimewa dengan tujuan meningkatkan kesiapan dan memeriksa kesiapan mereka menghadapi perang sengit dan berjangka panjang.

Latihan tersebut mencakup pasukan reguler dan cadangan dari semua komando dan senjata serta berbagai departemen, dengan partisipasi pasukan tempur dan unit profesional dari semua unit tentara.

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Mayjen Aviv Kochavi menentukan beberapa pencapaian yang diperlukan untuk manuver tersebut, termasuk peningkatan sistem operasional dan kesiapan perang, serta penerapan “konsep kerja untuk kemenangan”, dengan penekanan pada operasi cepat dan sambaran, serta manuver pertahanan dan pertempuran multi-senjata.

Latihan perang ini digelar bersamaan dengan eskalasi yang terjadi di berbagai wilayah pendudukan Palestina serta isyarat Israel untuk melakukan operasi pembunuhan di Gaza dan serbuan ke Kamp Jenin, Tepi Barat. (raialyoum)

Iran Ungkap Kondisi Putaran Baru Dialog Teheran-Riyadh dan Kutuk Serangan Teror di Mesir

Kementerian Luar Negeri Iran mengungkap kondisi putaran baru dialog negara ini dengan Arab Saudi di Baghdad, ibu kota Irak.

Dalam jumpa pers mingguan, Senin (9/5), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, “Tak ada perkembangan baru dalam hubungan dan negosiasi dengan Saudi…. Ada kesepakatan-kesepakatan yang kami berhadap dapat diterapkan.”

Dia juga mengatakan, “Beberapa isu yang diangkat bersama Saudi ialah isu-isu regional, terutama isu Yaman. Meskipun ada isu-isu yang diperselisihkan oleh kedua pihak, kami mengangkat isu-isu ini.”

Menyinggung serangan teror yang ymenewaskan sedikitnya 11 tentara, satu diantaranya perwira di Semenanjung Sinai, Mesir, Khatibzadeh mengatakan bahwa terorisme yang didukung asing telah menyebar di negara-negara Muslim, dan bahwa memerangi “fenomena jahat” ini membutuhkan “kerja sama yang erat” negara-negara regional.

“Melawan fenomena jahat terorisme, yang sayangnya telah menyebar di negara-negara Muslim dengan dukungan pihak luar, membutuhkan kerja sama yang erat dari negara-negara di kawasan,” ujarnya.

Dalam serangan teroris pada  Sabtu lalu, gerilyawan bersenjata melurug sebuah pos pemeriksaan di Semenanjung Sinai Mesir dengan kendaraan bermuatan bahan peledak sambil menembakkan senjata berat yang dipasang di truk flatbed.

ISIS mengaku bertanggungjawab atas serangan tersebut, yang tercatat sebagai salah satu serangan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Sinai utara di mana pasukan keamanan Mesir memerangi gerilyawan yang terkait dengan kelompok takfiri.

Kelompok Velayat Sinai yang berafiliasi dengan ISIS selama ini mengaku bertanggung jawab atas sebagian besar serangan.

Pada Februari 2018, tentara Mesir melancarkan operasi kontra-terorisme skala penuh setelah serangan teror menerjang  sebuah masjid di Sinai Utara dan merenggut nyawa lebih dari 300 orang.

Sejak itu, lebih dari 840 tersangka militan telah tewas di wilayah tersebut, menurut angka militer, dan lebih dari 60 pasukan pemerintah juga terbunuh. (alalam/presstv)