Jakarta, ICMES: Kota suci Madinah al-Munawwarah belakangan ini ternodai oleh peristiwa tragis pembunuhan Zakaria, bocah usia 6 tahun, dengan cara digorok oleh seorang pria bengis berusia 40-an tahun pada Kamis malam 31 Januari 2019.
Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa rezim Amerika Serikat (AS) selalu bergantung pada agreasi terhadap orang lain sehingga mereka menjadi manifestasi kejahatan yang nyata.
Dua warga Palestina, termasuk seorang anak kecil, gugur syahid dan 17 lainnya terluka terkena tembakan pasukan Zionis Israel terhadap massa pengunjuk rasa damai Palestina di dekat pagar keamanan.
Otoritas Palestina mengaku telah menerima undangan namun tidak akan berpartisipasi dalam konferensi tentang Timur Tengah yang disponsori Amerika Serikat (AS) dan dijadwalkan akan diselenggarakan oleh Polandia minggu depan.
Berita selengkapnya:
Penggorokan Bocah Kecil Di Depan Ibunya Nodai Kesucian Madinah al-Munawwarah
Kota suci Madinah al-Munawwarah belakangan ini ternodai oleh peristiwa tragis pembunuhan Zakaria, bocah usia 6 tahun, oleh seorang pria bengis berusia 40-an tahun dengan cara yang sangat sadis pada Kamis malam 31 Januari 2019.
Pelaku adalah pria pengemudi mobil yang dicarter oleh wanita yang merupakan ibu korban untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad saw. Pria itu tiba-tiba beringas dan kalap hanya lantaran wanita itu bershalawat dengan menyebutkan nama keluarga Nabi Muhammad saw sebagaimana lazim diucapkan oleh warga Muslim Syiah.
Seperti dilaporkan al-Alam, Jumat (8/2/2019), sumber-sumber setempat menyebutkan bahwa ketika mulai menaiki mobil, wanita itu mengucapkan kalimat basmalah, lalu kalimat tawakkal kepada Allah, dan ucapan “Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad (Ya Allah, haturkan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.”
Mendengar kalimat itu, supir menoleh kepadanya dan bertanya, “Apakah kamu Syiah?” Wanita itu menjawab, “Ya.”
Tak lama kemudian, sopir itu itu menghentikan mobilnya di dekat sebuah kedai kopi, lalu merebut paksa Zakaria dari ibu yang berasal dari kota Ahsa’, Arab Saudi, yang mayoritas penduduknya bermazhab Syiah itu.
Sopir itu lalu menjatuhkan Zakaria ke tanah dan menggoroknya dari belakang leher dengan serpihan kaca yang dipecahnya saat itu. Dia melakukan kebiadaban itu di tempat terbuka, di hadapan ibunya, dan di depan mata banyak orang di sekitarnya sembari bertakbir.
Sang ibu menjerit-jerit histeris, namun tak seorangpun bertindak untuk menggagalkan kebrutalan itu hingga wanita itu akhirnya pingsan tak kuasa menyaksikan kebengisan terhadap anak yang sangat dicintainya.
Menurut cerita bibi korban, sang ibu sempat membopong Zakaria dalam keadaan berlumuran darah, dan kemudian pelaku mengikutinya dari arah belakang sembari bertanya, “Sudah mati belum?”
Banyak orang memandang kasus ini bermotif sektarian yang dilakukan oleh ekstremis intoleran Wahhabi, namun media dan otoritas Saudi tampak berusaha menutupi motif itu dengan membuat narasi bahwa pelakunya telah diperiksa dan diketahui sebagai penderita gangguan jiwa, suatu narasi yang sulit diterima oleh para pengamat karena pelakunya jelas-jelas berprofesi sebagai pengemudi serta mengantongi surat izin mengemudi.
Naifnya lagi, kejahatan ala teroris ISIS ini tak mendapat perhatian dari lembaga-lembaga peduli HAM, meski minimal sebatas kecaman, padahal kasus ini tak kalah keji dan dramatisnya dengan kasus pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. (alalam)
Ayatullah Khamenei: Kelangsungan Hidup Rezim AS Bergantung Kepada Agresi
Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa rezim Amerika Serikat (AS) selalu bergantung pada agreasi terhadap orang lain sehingga mereka menjadi manifestasi kejahatan yang nyata.
Dalam kata sambutan pada pertemuan dengan para petinggi Angkatan Udara Iran di Teheran, Jumat (8/2/2019), dia mengatakan bahwa ketika faktanya demikian maka AS sudah selayaknya diteriaki oleh bangsa Iran dengan slogan “mampus Amerika!” sehingga Washington tak perlu mempersoalkan slogan ini.
“Pertama-tama, kami memberi tahu orang Amerika bahwa ‘mampus Amerika’ berarti kematian bagi Presiden AS Donald Trump, John Bolton (penasihat keamanan nasionalnya), dan Mike Pompeiro (menteri luar negerinya), yaitu, mampus para pemimpin Amerika, yaitu orang-orang yang aktif saat ini,” tegasnya, sebagaimana dilansir IRNA.
Ayatullah Khamenei melanjutkan, “Kedua, selama AS masih terlibat dalam praktik jahat dan tercela, ungkapan ‘mampus Amerika’ tidak akan jatuh dari mulut orang-orang Iran.”
Mengenai Eropa dia mengatakan, “Sedang terjadi pembicaraan tentang orang-orang Eropa dan proposal mereka. Saran saya adalah Anda (pemerintah Iran) tidak mempercayai mereka, sebagaimana kepada AS.”
Ayatullah Khamenei kemudian menyinggung kerusuhan Paris sembari menyoal, “Di jalan-jalan Paris, mereka menekan pengunjuk rasa dan membutakannya (dengan peluru karet dan gas air mata), dan kemudian mereka menuntut agar kita menghormati HAM? Apakah Anda (Eropa) benar-benar mengerti HAM?”
Dia melanjutkan, “Mereka tidak mengerti HAM, hari ini maupun kemarin atau dalam sejarah mereka.” (mm/raialyoum)
Dua Warga Palestina Gugur Diserang Pasukan Zionis Israel
Dua warga Palestina, termasuk seorang anak kecil, gugur syahid dan 17 lainnya terluka terkena tembakan pasukan Zionis Israel terhadap massa pengunjuk rasa damai Palestina di dekat pagar keamanan yang memisahkan Jalur Gaza timur dengan Israel, Jumat (9/2/2019).
Departemen Kesehatan Palestina dalam siaran pers singkatnya menyatakan bahwa Hamzah Mohammad Ashtiwa, 18 tahun, dan Hassan Iyad Shalabi, 14 tahun, gugur syahid diterjang peluru tajam tentara Israel di perbatasan timur Jalur Gaza.
Lembaga itu juga menyebutkan bahwa sebanyak 17 warga Palestina lainnya terluka ditembus peluru tajam yang ditembakkan oleh tentara Israel terhadap demonstran.
Pada hari itu, sebagaimana setiap hari Jumat sebelumnya sejak beberapa bulan lalu, warga Palestina kembali menggelar aksi damai yang dinamai “Masirat al-Awdah” atau “Great March of Riturn” (Pawai Akbar untuk Kepulangan).
Dalam aksi ini massa Palestina meneriakkan hak para pengungsi Palestina untuk kembali ke kampung halamannya, termasuk di wilayah Israel (Palestina pendudukan 1948). Selain itu, mereka juga menuntut diakhirinya blokade Israel terhadap kawasan Jalur Gaza.
Aksi itu kerap dihadapi Israel dengan tindakan represif hingga sejauh ini telah jatuh puluhan korban jiwa dan ribuan korban luka. (raialyoum)
Palestina Enggan Penuhi Undangan Konferensi Yang Disponsori AS Tentang Timteng
Otoritas Palestina mengaku telah menerima undangan namun tidak akan berpartisipasi dalam konferensi tentang Timur Tengah yang disponsori Amerika Serikat (AS) dan dijadwalkan akan diselenggarakan oleh Polandia minggu depan.
“Mengenai pernyataan bahwa kami telah diundang, kami dapat mengatakan bahwa hanya hari ini ada beberapa kontak dari pihak Polandia,” ungkap kepala perunding Palestina Saeb Erekat di halaman Twitter-nya, Jumat (8/2/2019).
Erekat yang juga menjabat sekjen Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menambahkan, “Posisi kami tetap jelas, yaitu kami tidak akan menghadiri konferensi ini dan menegaskan kembali bahwa kami tidak memberi mandat kepada siapa pun untuk berbicara atas nama Palestina.”
Senada dengan ini, Hussein al-Sheikh, pejabat senior Otoritas Palestina, di halaman Twitter-nya juga menolak undangan itu dengan menegaskan bahwa hanya PLO yang dapat berbicara atas nama rakyat Palestina.
Pernyataan dua petinggi Palestina ini mengemuka sehari setelah seorang pejabat AS mengatakan bahwa Palestina telah diundang ke konferensi Warsawa, yang oleh al-Sheikh dipandang lebih sebagai “sebuah diskusi” daripada “negosiasi.” (presstv)