Jakarta, ICMES. Sejumlah warga Palestina gugur dan beberapa lainnya terluka, termasuk anak-anak kecil dan kaum wanita akibat serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Kota Gaza
Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansar Allah Yaman mengumumkan pihaknya telah menyerang dua kapal di Laut Merah dengan drone dan rudal.
Surat kabar Haaretz memberikan komentar kritis dan tajam mengenai apa yang terjadi dalam apa yang disebut Parade Bendera Israel, dengan mengutip apa yang dikatakan oleh pemikir, penulis, dan kritikus sosial Israel, Yeshayahu Leibowitz.
Berita selengkapnya:
Israel Terus Membantai Kaum Wanita dan Anak Kecil, Para Pejuang Rilis Video Aksi Perlawanan Hebatnya
Sejumlah warga Palestina gugur dan beberapa lainnya terluka, termasuk anak-anak kecil dan kaum wanita akibat serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Kota Gaza pada hari Jumat (7/6).
Tanpa menyebutkan angka, sumber-sumber Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza menyatakan pihaknya telah menerima sejumlah korban gugur dan luka akibat pemboman oleh pesawat perang Israel di rumah keluarga Muhanna dekat di lingkungan Sheikh Radwan.
Mereka juga menyebutkan bahwa para korban tewas dan terluka antara lain adalah anak-anak dan perempuan.
Saksi mata mengatakan bahwa tim medis, personel pertahanan sipil, dan sejumlah warga biasa masih mencari korban yang hilang di antara puing-puing rumah yang menjadi sasaran dan lokasi sekitar yang rusak parah.
Serangan udara Israel itu terjadi bersamaan dengan diumumkannya keputusan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, yang memasukkan tentara Israel ke dalam daftar hitam pembantai anak-anak.
Sejak 7 Oktober 2023, perang Israel di Gaza telah menjatuhkan korban gugur dan luka lebih dari 120.000 warga Palestina, yang sebagian besarnya adalah anak-anak dan wanita, serta korban hilang sebanyak hampir 10.000 orang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa puluhan orang.
Israel melanjutkan perang ini, dan mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang penghentian perang terhadap Gaza, dan memerintahkan Pengadilan untuk penghentian serangan terhadap Rafah, dan pengambilan tindakan segera untuk mencegah “genosida” dan untuk “membenahi situasi kemanusiaan” di Gaza.
Sementara itu, sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, memublikasi rekaman video pertempuran terbarunya melawan pasukan pendudukanZionis yang menembus wilayah timur kota Deir al-Balah di bagian tengah Jalur Gaza.
Video itu memperlihatkan para pejuang Al-Qassam menghantam sejumlah tank militer dan buldoser yang menembus kawasan pertanian di timur kota dengan peluru Al-Yassin 105 , dan baku tembak melawan tentara pendudukan dengan senjata ringan.
Terlihat pula dalam rekaman itu salah seorang pejuang Qassam berteriak, “Demi Allah, PUBG,” mengacu pada game terkenal “PUBG,” sebagai ekspresi kendali dan kemampuan untuk menyerang kendaraan militer pasukan pendudukan. (raialyoum/alaraby)
Pasukan Yaman Serang Dua Kapal di Laut Merah
Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansar Allah Yaman mengumumkan pihaknya telah menyerang dua kapal di Laut Merah dengan drone dan rudal.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman Brigjen Yahya Sarie dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pada hari Jumat (7/6) menegaskan “Angkatan laut, angkatan udara, dan pasukan rudal angkatan bersenjata Yaman melancarkan dua operasi gabungan di Laut Merah terhadap dua kapal milik perusahaan yang melanggar larangan masuk ke pelabuhan Palestina pendudukan, yaitu kapal Elbella dan kapal Genoa.”
Saree tidak merinci tanggal pelaksanaan kedua operasi tersebut.
Maritim Mediterania Timur, yang mengoperasikan kapal kontainer berbendera Malta Elbella menolak mengomentari pernyataan tersebut.
Di pihak lain, Komando Pusat AS (CENTCOM) di hari yang sama menyatakan bahwa pasukan Ansarullah Yaman telah meluncurkan empat rudal balistik anti-kapal di Laut Merah dalam 24 jam terakhir. CENTCOM mengklaim tidak ada korban jiwa atau kerusakan akibat serangan itu.
Pasukan Yaman kubu Ansarullah, yang menguasai wilayah-wilayah utama di Yaman, telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal Israel atau yang terkait dengan Israel yang berlayar di lepas pantai negara itu sejak November 2023 sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.
Serangan tersebut memaksa perusahaan pelayaran yang terkait dengan Israel mengubah arah kapal mereka dan mengambil rute yang lebih panjang dan mahal di sekitar Afrika bagian selatan.
Serangan tersebut juga menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya perang antara Israel dan para pejuang Gaza serta destabilisasi Timur Tengah. (raialyoum/alaraby)
Media Israel: Hitungan Mundur untuk Kehancuran Israel Dimulai
Surat kabar Haaretz memberikan komentar kritis dan tajam mengenai apa yang terjadi dalam apa yang disebut Parade Bendera Israel, dengan mengutip apa yang dikatakan oleh pemikir, penulis, dan kritikus sosial Israel, Yeshayahu Leibowitz (1903-1994).
Menurut laporan Rai Al-Youm, Haaretz menyebut tahapan yang sedang dialami Israel sekarang sebagai sesuatu yang brutal.
“Tidak mungkin untuk melihat gambaran yang terdokumentasi tentang para demonstran yang bengis dan kejam selama parade supremasi Yahudi Israel (Parade Bendera) di Jalan-jalan di Yerusalem (Al-Quds) dua hari lalu tanpa mendengar peringatan Prof. Yehoshua Levovich yang bergema di latar belakang,” tulis Haaretz dalam editorialnya yang terbit pada hari Jumat (7/6).
Menurut laporan Haaretz, Levovich sebelumnya mengatakan, “Kebanggaan dan euforia nasional setelah Perang Enam Hari (pada tahun 1967) bersifat sementara, dan akan membawa kita dari kecenderungan nasionalis yang meningkat ke nasionalisme ekstrem tahap terakhir, dan tahap ketiga adalah tahap brutal, sementara tahap akhir adalah tamatnya riwayat Zionisme.”
Surat kabar itu menyebut Leibowitz sebagai orang yang berpandangan jauh ke depan.
Haaretz melukiskan apa yang terjadi dalam parade itu dengan menyatakan, “Semangat umum adalah semangat balas dendam. Simbol yang menonjol di kaus para peserta adalah tinju Kahanist. Nyanyian populernya adalah lagu yang sangat penuh dendam, bersama dengan slogan-slogan ‘Mampus orang Arab dan biarkan desa mereka terbakar.’”
Haaretz menyebutkan bahwa orang paling populer adalah Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, dan suasana umumnya “menakutkan,” dan korespondennya, Nir Hasson, diserang oleh sekelompok pemuda yang menjatuhkannya ke tanah dan menendangnya.
Menurut Haaretz, “para perusuh” tidak hanya menyerang reporter, melainkan juga mengancam, menghina, mendorong, dan menyerang orang-orang Palestina yang lewat, dan setiap orang yang mereka kenali sebagai jurnalis atau orang mencoba memotret mereka.
Surat kabar ini menambahkan bahwa “para perusuh” itu menyerang jurnalis karena jumlah warga Palestina yang hendak dijadikan korban tidak mencukupi, sebab warga Palestina menutup pintu rumah mereka.”
Haaretz mengulangi alasan tidak adanya gerakan Palestina di kota Al-Quds, “karena mereka mengetahui bahwa ketika orang-orang Yahudi merayakan Hari Yerusalem, lebih baik mengosongkan lapangan agar orang-orang yang bersuka ria itu tidak menyerang mereka”.
Haaretz menilai “kebrutalan” tidak lagi terbatas pada kelompok pinggiran, permukiman, atau pos terdepan, namun telah menyusup ke jajaran tentara Israel, Knesset, pemerintah, dan menteri serta perwakilan, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, Menteri Transportasi Miri Regev, Ben Gvir, dan lain-lain.
Haaretz menutup editorialnya dengan sebuah peringatan: “Jika komunitas Israel tidak berupaya mengembalikan kaum ekstremis ke dalam masyarakat yang terpinggirkan, melenyapkan Kahanisme, dan menghapus epidemi pendudukan yang jahat dari tubuh negara, maka hal tersebut hanyalah masalah waktu saja sampai Israel benar-benar runtuh.”
“Hitungan mundur telah dimulai,” pungkas Haaretz. (raialyoum)