Jakarta, ICMES. Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menyatakan bahwa negara Zionis ini tak memiliki kemampuan untuk menghancurkan ataupun merusak instalasi-instalasi nuklir Iran.

Seorang pakar dari Pusat Studi Keamanan Nasional Israel menyebut kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon sebagai kelompok bersenjata yang kekuatannya bahkan melampaui banyak negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Anggota Dewan Tinggi Politik Yaman Mohammad Ali Al-Houthi, Senin (10/1), menyatakan bahwa pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi terjebak dalam suatu dilema yang membuat mereka berusaha melakukan pembenaran atasnya menjelang sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang rencananya akan digelar pada akhir bulan ini.
Sedikitnya sembilan anak tewas dan empat lainnya menderita luka terkena ledakan di Afghanistan timur dekat perbatasan dengan Pakistan, kata pejabat setempat.
Berita Selengkapnya:
Mantan PM Israel: Israel Tak Sanggup Menyerang Nuklir Iran
Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menyatakan bahwa negara Zionis ini tak memiliki kemampuan untuk menghancurkan ataupun merusak instalasi-instalasi nuklir Iran.
Dalam wawancara dengan saluran 12 TV Israel, Senin (10/1), Olmert mengatakan, “Klaim bahwa kita sanggup menyerang Iran adalah omong kosong dan tidak pada tempatnya.â€
Olmert menegaskan bahwa gagasan serangan terhadap nuklir Iran akan menjadi “omong kosong” murni.
“Arogansi yang tidak perlu justru menunjukkan kelemahan, bukan kekuatan,†imbuhnya.
Pernyataan terbaru Olmert ini merupakan refleksi atas pernyataan dia sebelumnya dalam sebuah opini yang diterbitkan di surat kabar Haaretz bahwa Israel tidak memiliki kemampuan militer konvensional yang memungkinkan untuk menyerang dan secara permanen menghilangkan fasilitas nuklir Iran seperti yang terjadi di Irak pada tahun 1981 dan Suriah pada tahun 2007.
Israel belakangan ini semakin gencar mengkampanyekan aksi militer terhadap Iran disertai tuduhan lama bahwa Teheran berusaha untuk memperoleh kemampuan militer non-konvensional.
Di pihak lain, Iran berulang kali meremehkan ancaman Israel tersebut sembari menjanjikan balasan sengit dan mematikan jika Israel nekat menyerang Iran. (tasnim)
Pakar Israel Sebut Hizbullah Lebih Kuat daripada Sebagian Negara NATO
Seorang pakar dari Pusat Studi Keamanan Nasional Israel menyebut kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon sebagai kelompok bersenjata yang kekuatannya bahkan melampaui banyak negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Penilaian itu dinyatakan di tengah maraknya polemik di Israel seputar wacana pendudukan atas Jalur Gaza manakala banyak pakar militer Israel menilai negara Zionis ini belum siap melancarkan operasi militer darat untuk menumpas Hamas dan faksi-faksi pejuang Palestina lainnya.
Mereka menilai operasi darat akan gagal dengan resiko jatuhnya banyak korban tewas dan luka di pihak pasukan Zionis, sebagaimana resiko jika terjadi konfrontasi militer dengan Hizbullah.
Pusat Studi Keamanan Nasional Israel lantas merilis artikel salah satu pakarnya, Ron Tira, yang secara terbuka menentang operasi darat Israel. Dia menyatakan bahwa pengambilan keputusan untuk dimulainya operasi militer harus bertujuan merealisasikan sebuah tujuan jangka panjang, yang pada gilirannya akan berperan dalam realisasi tujuan strategis dari perang.
Tira menyebutkan bahwa strategi yang diputuskan Israel dalam “perang di antara peperangan†terhadap Hizbullah telah gagal mencegah laju pertumbuhan arsenal Hizbullah, karena faktanya sekarang ialah daya destruktif militer Hizbullah justru terus meningkat pesat.
Sembari mengutip keterangan para petinggi di Tel Aviv, Tira menjelaskan bahwa meski segala upaya telah dilakukan oleh Israel, tapi Hizbullah “sekarang menjadi sebuah kekuatan militer yang sangat berbahaya. Kekuatan ini bahkan lebih besar daripada kekuatan banyak negara anggota NATO. Setiap hari kekuatan militer Hizbullah bertambah dan mencakup rudal presisi, drone kamikaze, dan rudal dari darat ke udaraâ€.
Dalam kajian-kajian terbaru Pusat Studi Keamanan Nasional Israel, yang merupakan lembaga think tank terpenting di Israel, sama sekali tidak disinggung ihwal konfrontasi militer total di front utara dan selatan, yakni dengan Hizbullah dari Lebanon dan faksi-faksi pejuang Palestina dari Jalur Gaza. (raialyoum)
Tokoh Ansarullah Yaman Ungkap Motif Video Hoax Saudi Ihwal Pelabuhan Hudaydah
Anggota Dewan Tinggi Politik Yaman Mohammad Ali Al-Houthi, Senin (10/1), menyatakan bahwa pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi terjebak dalam suatu dilema yang membuat mereka berusaha melakukan pembenaran atasnya menjelang sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang rencananya akan digelar pada akhir bulan ini.
Hal itu diungkap Al-Houthi terkait dengan motif pasukan koalisi mencomot penggalan video lawas buatan Amerika Serikat (AS) sebagai video yang mereka sebut rekaman tempat penyimpanan rudal balistik Ansarullah di Pelabuhan Hudaydah.
Ali Al-Houthi di halaman Twitter-nya turut berkomentar ihwal aksi konyol pasukan koalisi tersebut dengan menyatakan bahwa pasukan ini sedang berusaha mencari pembenaran atas serangan ke Pelabuhan Hudaydah karena khawatir mendapat kecaman internasional dalam sidang mendatang Dewan Keamanan PBB.
Dia menambahkan bahwa pasukan koalisi menyiarkan video hoax itu merupakan upaya “menghancurkan penghancurâ€, mengacu pada upaya koalisi untuk membom Pelabuhan Hudaydah yang sebenarnya sudah berulangkali diserang agar tak dapat difungsikan.
Seperti pernah diberitakan, pasukan koalisi pimpinan Saudi tak segan-segan bertindak konyol dengan menayangkan penggalan video dari sebuah film “dokumenter†Amerika Serikat (AS) berjudul “Severe Clear†yang dirilis pada tahun 2010. Saat menayangkan video itu, Jubir koalisi Brigjen Turki Al-Maliki menyebut tempat yang terlihat dalam video itu sebagai “bengkel untuk menampung rudal-rudal balistik di Pelabuhan Hudaydah.â€
Al-Maliki menayangkan video itu dalam jumpa pers terkait dengan upaya koalisi untuk merebut kembali kapal berkargo militer yang disita oleh pasukan Yaman kubu Sanaa sejak beberapa hari sebelumnya. Kapal itu dicegat dan digelandang oleh pasukan Yaman ketika melintas di perairan regional Yaman di dekat Pelabuhan Hudaydah. (alalam)
Tragis, Sembilan Anak di Aghanistan Tewas Terkena Ledakan Peluru Mortir
Afghanistan kembali diguncang peristiwa tragis yang menjatuhkan korban warga sipil tak berdosa. Sedikitnya sembilan anak tewas dan empat lainnya menderita luka terkena ledakan di Afghanistan timur dekat perbatasan dengan Pakistan, kata pejabat setempat.
Ledakan itu terjadi pada hari Senin Senin (10/1) ketika sebuah gerobak penjual makanan menghantam sebuah peluru mortir tua yang belum meledak di desa Baiganan, distrik Lalopar, menurut sebuah pernyataan dari kantor gubernur provinsi Nangarhar.
Disebutkan bahwa anak-anak yang terluka dilarikan ke rumah sakit regional di ibu kota provinsi Jalalabad untuk mendapat perawatan.
Belum keterangan lebih lanjut mengenai tragedi tersebut.
Afghanistan adalah salah satu negara yang paling rawan ranjau darat dan persenjataan lainnya yang ditinggalkan oleh konflik yang melanda negara ini selama beberapa dekade, dan korban yang jatuh sering kali anak kecil ketika ada ranjau atau bom meledak.
Kelompok teroris ISIS Khorasan (ISKP /ISIS-K) mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan berdarah di Afghanistan sejak Taliban mengambil alih negara itu pada pertengahan Agustus 2020, termasuk di Nangarhar, salah satu kawasan yang paling sering menjadi target.
ISIS telah beroperasi di Afghanistan sejak tahun 2014, dan melancarkan serangan-serangan brutal dengan korban yang sebagian besar di antaranya adalah Muslim Syiah. (aljazeera)