Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 4 November 2023

Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah dalam pidatonya menegaskan mendesak Rezim Zionis Israel untuk segera menghentikan agresinya terhadap warga Palestina di Gaza, dan memperingatkan bahwa semua opsi tersedia bagi Poros Resistensi terhadap Israel.

Gedung Putih mengumumkan pihaknya ingin meningkatkan dan memperluas konflik antara Israel dan Hamas ke Lebanon, namun pada saat yang sama Washintgon mengklaim belum saatnya untuk mencapai gencatan senjata yang komprehensif.

Media Israel melaporkan bahwa semua orang Israel di dinas keamanan, kabinet, dan Divisi Intelijen Militer duduk menonton dan menyimak dengan baik pidato pemimpin Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, yang disiarkan langsung oleh saluran Al-Manar milik Hizbullah.

Berita Selengkapnya:

Sayid Hassan Nasrallah: Poros Resistensi Siap Menghadapi Segala Kemungkinan

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah dalam pidatonya yang disiarkan di televisi pada hari Jumat (3/11) menegaskan mendesak Rezim Zionis Israel untuk segera menghentikan agresinya terhadap warga Palestina di Gaza, dan memperingatkan bahwa semua opsi tersedia bagi Poros Resistensi terhadap Israel.

Dalam pidato pertamanya sejak Israel menyerang Jalur Gaza pada 7 Oktober, pemimpin Hizbullah itu menjelaskan bahwa Operasi Badai Al-Aqsa dilakukan sepenuhnya oleh gerakan perlawanan Palestina.

“Operasi Besar Badai Al-Aqsa diputuskan dan dilaksanakan 100 persen orang Palestina. Kerahasiaan penuh inilah yang menjamin keberhasilan operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober,” tuturnya, sembari menyebutkan perahasiaan itu wajar sehingga pihaknya tidak terkejut dan heran.

Dia mengatakan bahwa pihak-pihak yang ingin mencegah perang regional harus segera menghentikan agresi Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Dia menyebutkan tidak tertutup kemungkinan pertempuran di front Lebanon akan berubah menjadi “perang yang luas.”

“Anda, orang Amerika, bisa menghentikan agresi terhadap Gaza karena itu adalah agresi Anda. Siapapun yang ingin mencegah perang regional, dan saya sedang berbicara dengan Amerika, harus segera menghentikan agresi di Gaza,” tegasnya.

“Anda, orang Amerika, tahu betul bahwa jika perang pecah di kawasan, armada Anda tidak akan ada gunanya, pertempuran dari udara juga tidak akan ada gunanya, dan pihak yang akan menanggung akibatnya adalah kepentingan Anda, tentara Anda, dan armada Anda,” sambungnya.

Menyikapi penempatan kapal perang AS di wilayah tersebut, Nasrallah memastikan bahwa semua elemen Poros Resistensi, termasuk Hizbullah, tidak gentar terhadapnya, dan sebaliknya, Hizbullah siap bertindak melawan armada Angkatan Laut AS di Laut Mediterania.

“Saya beritahu Anda dengan segala ketulusan, kami telah mempersiapkan dengan baik untuk armada Anda, yang dengannya Anda mengancam kami,” katanya.

Dia juga menyebutkan Hizbullah terjun ke medan laga melawan Israel pada tanggal 8 Oktober, sehari setelah gerakan perlawanan Palestina melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa.

Menurutnya, konfrontasi harian dengan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Lebanon sebagai sesuatu yang krusial dan belum pernah terjadi sejak tahun 1948, dan operasi Hizbullah melawan Israel sekarang juga merupakan sesuatu yang signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya, dan tak kurang dari  57 pejuang Hizbullah telah gugur dalam pertempuran tersebut.

Dia menyebut AS “sepenuhnya bertanggung jawab” atas agresi yang dilakukan rezim Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan  menilai Israel hanyalah alat.

“Amerika sepenuhnya bertanggung jawab atas perang yang sedang berlangsung di Gaza dan rakyatnya, dan Israel hanyalah alat eksekusi,” ungkapnya.

Sayid Nasrallah menilai apa yang terjadi di Gaza justru menunjukkan kedunguan dan ketidakberdayaan Israel karena yang dilakukan oleh pasukan Zionis adalah pembunuhan kaum perempuan dan anak-anak kecil, dan gagal mencapai targetnya, yaitu menumpas Hamas.

Di bagian akhir pidatonya dia memastikan bahwa meskipun sekarang banyak orang telah gugur sebagai syuhada, namun dalam waktu dekat kemenangan akan dicapai oleh orang-orang Palestina di Gaza. (almayadeen)

Pasca Pidato Sayid Nasrallah, AS Nyatakan Tak Ingin Perluas Perang Gaza ke Lebanon

Gedung Putih mengumumkan pihaknya ingin meningkatkan dan memperluas konflik antara Israel dan Hamas ke Lebanon, namun pada saat yang sama Washintgon mengklaim belum saatnya untuk mencapai gencatan senjata yang komprehensif.

Usai pidato Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah, Gedung Putih  pada hari Jumat (3/11) menyatakan bahwa  “AS tidak ingin konflik meluas hingga ke Lebanon,” dan “mendukung periode gencatan senjata sementara di Gaza.”

Dengan menyatakan demikian, AS  mengaku ingin mencapai gencatan senjata, namun di sisi lain tetap mendukung kontinyuitas serangan Israel terhadap Jalur Gaza, dan tetap enggan menyerukan gencatan senjata.

Sebelumnya di hari yang sama, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengunjungi Tel Aviv untuk ketiga kalinya sejak dimulainya agresi Israel di Gaza yang telah memasuki hari ke-28.

Di hadapan wartawan usaipertemuan  dengan Presiden Israel Isaac Herzog, Blinken menegaskan dukungan negaranya kepada  Israel , pada saat Israel terus melanjutkan serangannya dari darat, udara dan laut terhadap Jalur Gaza  dengan dalih “tidak terulangnya peristiwa 7 Oktober”.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, dalam pidatonya menegaskan, “Washington sepenuhnya bertanggung jawab atas perang yang sedang berlangsung di Gaza, sementara Israel adalah alatnya. AS-lah yang mencegah penghentian agresi terhadap Jalur Gaza  dan menolak keputusan apa pun untuk menghentikannya.” (almayadeen)

Media Israel: Semua Orang Israel Duduk Nonton Pidato Pemimpin Hizbullah

Media Israel melaporkan bahwa semua orang Israel di dinas keamanan, kabinet, dan Divisi Intelijen Militer duduk menonton dan menyimak dengan baik pidato pemimpin Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, yang disiarkan langsung oleh saluran Al-Manar milik Hizbullah pada hari Jumat (3/11).

Seorang presenter Channel 13 Israel mengatakan, “Israel tidak tahu apa yang direncanakan Nasrallah, dan kami tidak dapat mengandalkan badan intelijen kami, terutama setelah kegagalan intelijen pada 7 Oktober lalu, dan karena informasi (intelijen) tidak selalu akurat.”

Dia menekankan bahwa pidato Sayid Nasrallah “menempatkan Israel dalam keadaan siap, dan mungkin merupakan upaya untuk menghipnotis kita”.

Michal Zohar, seorang analis politik di surat kabar Israel Haaretz, mengatakan, “Adalah fakta bahwa seluruh orang Israel duduk di depan televisi hari ini, Jumat, untuk mendengarkan pidato Nasrallah. Ini sendiri merupakan suatu kemenangan (bagi Hizbullah) dan dimensi penting dalam perang psikologis.”

Zohar menambahkan bahwa pidato Netanyahu bersamaan dengan pidato Nasrallah diperlukan, dan “tujuannya ialah supaya kita bicara bukan hanya  tentang Nasrallah, melainkan juga tentang Netanyahu”.

Media Israel menilai bahwa kebijakan Hizbullah ialah bertindak secara matang dan melakukan eskalasi secara gradual namun siap melakukan segala sesuatu untuk mencegah jatuhnya Hamas.

Dalam pidato Sekretaris Jenderal Hizbullah, media Israel mengatakan bahwa ketakutan sebenarnya dalam lembaga keamanan Israel ialah kemungkinan “Nasrallah akan melakukan operasi tertentu.”

Media Israel juga menyorot pernyataan Sayid Nasrallah bahwa Badai Al-Aqsa telah berubah menjadi konfrontasi multi-front dan bahwa menumpas Hamas adalah tujuan yang tak bisa dicapai oleh Israel. (almayadeen)