Jakarta, ICMES. Beberapa media resmi Iran melaporkan bahwa negara republik Islam ini telah memamerkan peralatan militernya pada parade militer peringatan perang melawan Irak pada tahun 1980-an, termasuk drone berjarak jangkau “terjauh di dunia” serta rudal balistik dan hipersonik.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry di New York, AS, untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama bilateral.
Berita Selengkapnya:
Iran Pamerkan Drone Berjarak Jangkau “Terjauh di Dunia”
Beberapa media resmi Iran melaporkan bahwa negara republik Islam ini telah memamerkan peralatan militernya pada parade militer peringatan perang melawan Irak pada tahun 1980-an, termasuk drone berjarak jangkau “terjauh di dunia” serta rudal balistik dan hipersonik.
Laporan tersebut mengatakan bahwa drone tersebut “diluncurkan” dalam parade militer di komplek makam pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomaini, pada hari Jumat (22/9), dan beberapa drone yang diperlihatkan saat iitu adalah tipe-tipe Mohajer, Shahid, dan Arash.
Produk-produk militer terkini, termasuk berbagai rudal dan drone, biasa dipamerkan pada parade tahunan. Salah satu hal yang menarik dari parade hari Jumat di Teheran adalah penampakan dua rudal utama Iran, yaitu Fattah dan Paveh.
Fattah adalah roket berbahan bakar padat dua tahap berpemandu presisi dengan jangkauan 1.400 km dan kecepatan 13- 15 Mach. Kecepatan tersebut memungkinkan rudal itu bermanuver pada segala arah, baik masuk maupun keluar atmosfer Bumi, dan ini membuatnya kebal terhadap intersepsi semua sistem antimisil yang ada.
Paveh adalah rudal jelajah jarak jauh baru yang dapat menempuh jarak sejauh 1.650 kilometer.
Parade tersebut juga menampilkan “drone jarak terjauh di dunia” bersama dengan drone Mohajer, Shahed dan Arash.
Pada bulan lalu Iran mengaku telah memproduksi drone canggih, bernama Mohajer-10, dengan peningkatan jangkauan dan waktu penerbangan serta kemampuan membawa muatan lebih besar.
Saat itu dilaporkan bahwa jangkauan pesawat nirawak itu mencapai 2.000 kilometer, dapat terbang hingga 24 jam, dan muatannya bisa mencapai 300 kilogram, dua kali muatan yang dapat diangkut oleh drone Mohajer-6.
Amerika Serikat menuduh Iran memasok Rusia dengan drone Mohajer-6, di antara beberapa tipe drone militer lainnya, untuk perang terhadap Ukraina.
Pada hari Selasa, Washington memberlakukan lebih banyak sanksi terhadapt Iran, menghubungkan hal ini dengan klaim pengerahan drone yang “terus menerus dan disengaja” oleh Teheran yang berkontribusi untuk memberdayakan Rusia dan proksinya di Timur Tengah serta pihak-pihak yang mengganggu stabilitas lainnya.
Iran membantah memasok drone ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
Presiden Iran Ibrahim Raisi dalam parade militer di Teheran, Jumat, mengatakan, “Pasukan kami menjamin keamanan di kawasan dan Teluk… Kami dapat mengajari masyarakat di kawasan bahwa keteguhan adalah hal yang utama saat ini. Yang memaksa musuh mundur bukanlah ketundukan dan keragu-raguan, melainkan resistensi.”
Perang Iran-Irak pecah pada tanggal 22 September 1980, ketika pasukan Irak di bawah diktator mendiang Saddam Hussein berusaha menyerbu Iran. Konflik tersebut, yang berdampak buruk secara ekonomi dan menyebabkan sedikitnya setengah juta orang tewas, dan berakhir dengan jalan buntu pada bulan Agustus 1988. (presstv/raialyoum)
Menlu Iran dan Mesir Adakan Pertemuan di New York
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry di New York, AS, untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama bilateral.
Amir Abdollahian dan Shoukry mengadakan pertemuan di sela-sela sidang tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-78 pada hari Rabu (22/9).
Kementerian Luar Negeri Iran menyebut pembicaraan kedua pihak mengenai isu-isu yang menjadi kepentingan bersama sebagai hal yang positif dan bermanfaat.
Kedua diplomat itu menyoroti latar belakang peradaban dan sejarah kedua negara serta kesamaan budaya mereka, dan menekankan perlunya membuka landasan bagi pemenuhan kepentingan bersama melalui dialog terus-menerus antara pejabat Teheran dan Kairo.
Para menteri itu juga menekankan bahwa hubungan dan kolaborasi yang lebih kuat antara Iran dan Mesir akan memenuhi kepentingan kedua negara Muslim dan berimplikasi positif bagi kawasan.
Sebelumnya, Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi pada konferensi pers di akhir kunjungannya ke markas PBB di New York mengatakan bahwa pertemuan para menteri luar negeri Iran dan Mesir dapat membuka jalan bagi pemulihan hubungan.
“Republik Islam Iran tidak melihat adanya hambatan dalam menjalin hubungan dengan Mesir, dan masalah ini juga telah diumumkan ke pihak Mesir,” katanya.
Para pejabat Mesir baru-baru ini mengatakan kepada The National bahwa Mesir dan Iran diperkirakan akan bertukar duta besar dalam beberapa bulan ke depan, sebagai bagian dari proses yang dimediasi oleh Oman untuk menormalisasi hubungan antara kedua kekuatan regional tersebut.
Dua pejabat mengatakan bahwa pertemuan prinsip telah disepakati antara Presiden Mesir El Sisi dan Presiden Iran Raisi. Mereka menambahkan pertemuan itu kemungkinan akan berlangsung pada akhir tahun ini.
Iran dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik pada tahun 1980 setelah Kairo mengakui mantan Shah Iran dan mengakui Israel. Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah mengumumkan kesiapannya untuk memperbaiki hubungan dengan Mesir dengan menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai isu-isu tertentu. (presstv)