Jakarta, ICMES. Zainab Nasrallah, putri Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrallah, berbicara tentang peran perempuan Lebanon dalam melawan pendudukan Rezim Zionis Israel.

Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyebut negara-negara Barat sebagai “klub teroris dunia”, dan mengatakan bahwa klub ini membenci Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) adalah karena IRGC merupakan “entitas anti-terorisme terbesar di dunia”.
Komando Pusat Militer AS (CENTCOM) menyatakan bahwa serangan pesawat nirawak (UAV/drone) telah menghantam pangkalan koalisi pimpinan AS di Suriah selatan.
Kejaksaan Arab Saudi menyerukan hukuman mati terhadap da’i terkenal Syeikh Awad Al-Qarni yang dituduh menggunakan media sosial untuk “membangkitkan perselisihan” di tengah Kerajaan Saudi, yang telah menindak para kritikus.
Berita Selengkapnya:
Putri Sayid Nasrallah: Perempuan Lebanon Berperan Besar dalam Perlawanan terhadap Israel
Zainab Nasrallah, putri Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrallah, berbicara tentang peran perempuan Lebanon dalam melawan pendudukan Rezim Zionis Israel.
“Perempuan menghadapi ketidakadilan, dan selama terjadi pendudukan terhadap negara kami, perempuan Lebanon memainkan peran penting ini, termasuk mendidik anak-anak (yang menjadi calon) pejuang resistensi, dan peran utama dalam hal ini terpikul di pundak perempuan,” ujarnya dalam pidato pada akhir Konferensi Perempuan Berpengaruh yang dihadiri oleh para intelektual perempuan di Teheran, ibu kota Iran, Jumat (20/1)
Dia menjelaskan, “Wanita di Lebanon memiliki pengaruh terbesar dalam membesarkan anak-anak. Mereka membesarkan anak-anak yang menjadi pejuang dan mempersembahkan anak-anak mereka untuk resistensi. Mereka sabar dan melawan bahkan ketika menerima jenazah anak-anak mereka. Wanita Lebanon bahkan tidak puas dengan mempersembahkan satu martir, melainkan menghadirkan lebih dari satu putra ke front resistensi, dan inilah satu-satunya poin yang memperkuat perlawanan Lebanon.”
Zainab Nasrallah juga menegaskan, “Perlawanan yang sama yang menyebabkan musuh dan pasukan pendudukan mundur, dan semangat ini ada di antara para wanita Suriah, Bahrain, Yaman, dan semua negara garis depan resistensi yang menjadi sasaran pendudukan dan agresi. Mereka memiliki model-model perempuan pejuang, dan resistensi telah mencapai kemajuan berkat model-model ini.” (irna)
Kemlu Iran: Barat Klub Teroris Dunia, IRGC Organisasi Anti-Teror Terbesar di Dunia
Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyebut negara-negara Barat sebagai “klub teroris dunia”, dan mengatakan bahwa klub ini membenci Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) adalah karena IRGC merupakan “entitas anti-terorisme terbesar di dunia”.
“Rezim apartheid Israel adalah entitas teroris terorganisir terbesar di dunia, rezim Inggris adalah pendirinya dan rezim Amerika Serikat (AS) adalah pendukung terbesarnya,” cuit Kanaani di Twitter, Jumat (20/1), dalam menanggapi tindakan Parlemen Eropa mencantumkan IRGC dalam daftar hitam organisasi teroris.
Kanaani menyebutkan bahwa alasan kegusaran “Global Club of Terrorists” terhadap IRGC jelas.
“Itu karena IRGC adalah organisasi anti-terorisme terbesar di dunia,” ungkapnya.
Kamis lalu Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi yang menyerukan terorisasi IRGC. Resolusi tersebut telah dikirim ke Dewan Eropa untuk diputuskan.
Para pejabat Iran telah memperingatkan dampak tindakan UE tersebut.
Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengutuk tindakan itu dan menilai UE bertindak demikian karena “putus asa” setelah gagal menghantam bangsa Iran dengan gelombang kerusuhan.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dalam percakapan telepon dengan kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell, menyebut langkah Parlemen Eropa itu sebagai “tembakan di kaki Uni Eropa”.
Dia juga memastikan bahwa Parlemen Iran akan memberikan tanggapan yang “sah dan kuat” terhadap tindakan tersebut. (fna)
Serangan Drone Terjang Pangkalan Militer AS di Suriah
Komando Pusat Militer AS (CENTCOM) menyatakan bahwa serangan pesawat nirawak (UAV/drone) telah menghantam pangkalan koalisi pimpinan AS di Suriah selatan.
“Tiga drone serang satu arah menyerang garnisun al-Tanf di Suriah,” ungkap CENTCOM dalam pernyataannya pada hari Jumat (20/1).
CENTCOM mengklaim dua drone berhasil ditembak jatuh oleh koalisi, dan satu lainnya mengenai komplek Al-Tanf dan melukai dua militan yang bersekutu dengan AS di Suriah.
“Serangan semacam ini tidak dapat diterima. Mereka menempatkan pasukan kami dan mitra kami dalam risiko dan membahayakan perang melawan ISIL (ISIS),” kata juru bicara CENTCOM Joe Buccino, tanpa menyebutkan siapa yang melakukannya.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pasukan yang didukung Iran dikerahkan di dekat al-Tanf, sebuah garnisun gurun di jalan raya Baghdad-Damaskus yang strategis, dekat segi perbatasan Suriah, Irak dan Yordania.
Sel-sel tidur kelompok teroris ISIS juga aktif di daerah tersebut.
Koalisi yang dipimpin AS mendirikan pangkalan pada tahun 2016 untuk melatih militan Suriah dengan dalih perang melawan ISIS.
Sekitar 900 tentara AS tetap berada di al-Tanf dan pangkalan lainnya di timur laut yang dikuasai milisi Kurdi sebagai bagian dari sepak terjang AS di Suriah dengan kedok perang melawan sisa-sisa ISIS.
AS sebelumnya telah melakukan serangan yang menargetkan fasilitas infrastruktur yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Serangan itu dilakukan AS dengan dalih membalas serangan terhadap Al-Tanf yang diduga dilancarkan oleh para pejuang yang didukung Iran.
Pemerintah Suriah terus-menerus menyatakan penentangannya terhadap keberadaan pasukan AS di Suriah, dan menuntut penarikan pasukan AS. (aljazeera/raialyoum)
Kejaksaan Saudi Serukan Hukuman Mati terhadap Da’i Kondang Awad Al-Qarni
Kejaksaan Arab Saudi menyerukan hukuman mati terhadap da’i terkenal Syeikh Awad Al-Qarni yang dituduh menggunakan media sosial untuk “membangkitkan perselisihan” di tengah Kerajaan Saudi, yang telah menindak para pengkritik, menurut dokumen pengadilan yang dilihat oleh AFP dan dikutip Rai Alyoum (Kamis 19/1).
Awad Al-Qarni adalah satu dari sekian banyak tokoh agama, intelektual, dan politik yang ditangkap pada 2017 sebagai bagian dari kampanye luas Kerajaan Saudi untuk membungkam suara lawan di tengah kebangkitan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Kejaksaan Saudi menuntut agar dia dijatuhi hukuman mati dengan hukuman diskresi, terutama karena menggunakan akun Twitternya untuk “menyebarkan pemikiran dan kecenderungannya yang sesat,” menurut dakwaan yang dikirim kepada AFP oleh putra Awad Al-Qarni, Naser Al-Qarni, yang tinggal di Inggris, di mana dia meminta suaka.
Akun Twitter Awad Al-Qarni memiliki hampir dua juta pengikut, dan dia juga dituduh mendukung Ikhwanul Muslimin dan mengkritik otoritas Saudi. (raialyoum)