Jakarta, ICMES. Beredar kabar bahwa seorang jenderal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran ditangkap karena melakukan kegiatan mata-mata untuk kepentingan Israel, bersamaan dengan viralnya penggalan video martir besar Iran Jenderal Qasem Soleimani yang diisukan sebagai bocoran pertemuannya dengan para agen mata-mata Iran pada tahun 2018.

Pasukan relawan Irak Al-Hashd Al-Shaabi berhasil meringkus seorang pentolan kelompok teroris ISIS yang paling bertanggungjawab atas tragedi pembantaian di Kamp Speicher.
Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon bersumpah untuk terus berjuang ,menjalani suasana perang dan tak akan diam sebelum Rezim Zionis Israel musnah.
Kepolisian daerah ibu kota Sudan, Khartoum, mengumumkan bahwa sebanyak 96 polisi dan 129 tentara terluka akibat serangan kelompok-kelompok demonstran yang berkonvoi.
Berita Selengkapnya:
Iran Diterjang Heboh Dua Kabar Miring, Termasuk Ihwal Jenderal Soleimani, Ini Faktanya
Beredar kabar bahwa seorang jenderal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran ditangkap karena melakukan kegiatan mata-mata untuk kepentingan Israel, bersamaan dengan viralnya penggalan video martir besar Iran Jenderal Qasem Soleimani yang diisukan sebagai bocoran pertemuannya dengan para agen mata-mata Iran pada tahun 2018.
Kabar pertama yang disiarkan oleh sebuah surat kabar Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa Brigjen Ali Naseri dari IRGC telah ditahan atas dugaan melakukan kegiatan mata-mata untuk kepentingan dinas rahasia Israel, MOSSAD.
Ali Naseri lantas menepis keras kabar itu dan menyebutnya tak lebih dari hoax belaka. Dia mengatakan bahwa sampai sekarang masih menjalankan tugasnya seperti biasa di IRGC tanpa terkendala apapun.
“Rumor bahwa saya ditangkap dengan tuduhan melakukan kegiatan mata-mata disebar oleh pihak-pihak kontra revolusi Islam dan IRGC. Apa yang dipublikasi oleh media AS bahwa saya ditangkap karena dugaan spionase untuk kepentingan MOSSAD hanyalah rumor belaka,†ujar Naseri, Jumat (1/7).
Dia menambahkan, “Saya mendapat kehormatan terhubung dengan IRGC, dan mendapat kehormatan menjadi prajurit Pemimpin Besar (Ayatullah Sayid Ali Khamenei).â€
Bersamaan dengan kabar hoax itu, beredar pula video yang justru diisukan sebagai bocoran bukti bahwa Iran bermain mata dengan MOSSAD. Video itu memperlihatkan martir besar Iran Jenderal Qasem Soleimani ditemui oleh sejumlah orang di sebuah ruangan.
Penyebar video itu menyebutkan orang-orang itu adalah para agen MOSSAD. Namun demikian, AFP yang notabene kantor berita Barat, pihak yang cenderung memusuhi Iran, menepis rumor bahwa video itu adalah bocoran.
AFP melaporkan bahwa video itu adalah video biasa yang justru pernah disiarkan oleh berbagai lembaga pemberitaan Iran dan merupakan rekaman pertemuan Solemaini dengan produser Iran Nader Talibzadeh dan lain-lain.
Dalam video itu terlihat seorang pria bercambang putih menghampiri dan berjabat tangan dengan sejumlah orang yang duduk mengitari sebuah meja, termasuk Soleimani.
Salah satu netizen Arab yang tampak berasal dari kelompok anti pemerintah Suriah pemosting video itu di medsos memberi catatan; “Setelah Israel mengungkap rahasianya dengan Iran, inilah pertemuan Soleimani dengan para agen intelijen entitas Zionis. Video bocoran. Hidup Mu’awamah!†Mu’awamah plesetan dari ‘maqawamah’ yang berarti poros resistensi.
Video ini ditanggapi oleh ribuan netizen, terutama di Twitter. AFP lantas melaporkan bahwa banyak orang meragukan kebenaran anggapan bahwa video itu adalah bocoran, karena Soleimani terlihat berada di sebuah acara hajatan seseorang di mana beberapa orang lain juga duduk di meja-meja lain yang terpisah. AFP menyebutkan bahwa itu bukan video bocoran karena juga sudah pernah disiarkan oleh berbagai lembaga pemberitaan Iran.
Penulis Iran Hameed Daud Abadi sebelumnya juga pernah menuliskan bahwa pertemuan itu terjadi pada acara resepsi pernikahan putri Ehsan Mohammad-Hasani, kepala Owj Arts and Media Organization.
Seperti diketahui, Qasem Soleimani adalah jenderal tersohor dan legendaris Iran yang terbunuh oleh serangan udara AS di Baghdad, ibu kota Irak, bersama wakil ketua pasukan relawan Irak Abu Mahdi Al-Muhandis, pada 3 Januari 2020. Pembunuhan ini lantas dibalas Iran dengan menghujankan beberapa rudalnya ke Pangkalan Udara Ain Al-Assad yang ditempati oleh pasukan AS di Irak. (almayadeen/raialyoum)
Relawan Irak Ringkus Pentolan ISIS Pelaku Utama Pembantaian di Kamp Speicher
Pasukan relawan Irak Al-Hashd Al-Shaabi berhasil meringkus seorang pentolan kelompok teroris ISIS yang paling bertanggungjawab atas tragedi pembantaian di Kamp Speicher.
“Alhashd Al-Shaabi telah mencokok pelaku utama Tragedi Speicher,†ungkap saluran berita Al-Mayadeen yang berbasis di Beirut, Lebanon, berdasarkan “informasi khususâ€, Jumat (1/7).
Menurut Al-Mayadeen, pentolan ISIS itu memiliki julukan Dargham Abu Haydar, “orang yang telah membantai ratusan pemuda di kamp militer Speicherâ€.
Pembantaian Camp Speicher di Tikrit, Irak utara, terjadi terjadi pada 12 Juni 2014 di mana kawanan teroris ISIS membantai para taruna tak bersenjata Irak yang jumlahnya diperkirakan antara 1.095 hingga 1.700 pemuda.
Saat itu ISIS juga secara brutal menyiksa tubuh beberapa korban serta memfilmkan dan mempublikasikan aksi penyiksaan dan pembantaian itu dengan tujuan menebar heboh dan ketakutan di tengah masyarakat Irak.
Pada 27 Juni 2021, pengadilan Irak mengeluarkan hukuman mati untuk sembilan orang terpidana yang terlibat dalam pembantaian Kamp Speicher.
Informasi yang diterima Al-Mayadeen menyebutkan bahwa Dargham Abu Haydar mengakui telah melakukan pembantaian di Kamp Speicher dan membentuk kelompok-kelompok yang terlibat dalam operasi pembantaian iniâ€, dan dia semula dilindungi oleh sebuah jaringan bersenjata ISIS sebelum diciduk oleh pasukan relawan Irak. (raialyoum)
Hizbullah Bersumpah tak akan Diam Sebelum Israel Musnah
Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon bersumpah untuk terus berjuang ,menjalani suasana perang dan tak akan diam sebelum Rezim Zionis Israel musnah.
Wakil Sekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menegaskan, “Kita tak boleh reda, karena ini adalah perang yang berkelanjutan melawan musuh, dan kita tak akan pernah berhenti berperang melawan Israel sampai rezim ini musnah.â€
Dalam pidato pada acara mengenang martir Hizbullah Jamal Samhadanah alias Abu Ataya, Jumat (1/7), dia menambahkan, “Kita sebagai kubu resistensi siap untuk sama-sama bekerja di satu kancah demi melenyapkan Israel.â€
Dia lantas mengingatkan, “Kepada siapapun yang hendak memilah-milah kubu resistensi Palestina, Lebanon dan lain-lain, kami tegaskan bahwa kami tak memiliki apapun kecuali satu resistensi, yaitu resistensi demi Al-Quds, dan semua gelanggang ini akan tetap bersatu.â€
Mengenai sengketa perbatasan Lebanon dengan Israel, Syeikh Naim Qassem mengatakan, “Kita harus bekerja secara kontinyu agar Israel frustasi menggambar perbatasannya. Kita sebagai penduduk pribumi dapat bertahan, bukan mereka yang dapat bertahan.â€
Dia menyebutkan bahwa spirit resistensi yang telah dipersembahkan oleh Syahid Abu Ataya adalah spirit kesiapan mati syahid demi mencapai kemenangan, dan bahwa apa yang dimiliki oleh kubu resistensi demi kemerdekaan akan terus dimiliki oleh generasi mendatang. (almayadeen)
Bentrok Sengit dengan Demonstran, Ratusan Aparat Keamanan Terluka
Kepolisian daerah ibu kota Sudan, Khartoum, mengumumkan bahwa sebanyak 96 polisi dan 129 tentara terluka akibat serangan kelompok-kelompok demonstran yang berkonvoi pada hari Jumat (1/7).
Dalam sebuah pernyataannya, polisi melaporkan, “Arak-arakan yang keluar memenuhi seruan yang diumumkan di media sosial, di mana pertemuan mereka dimulai sejak pukul sembilan pagi, menabrak barikade keamanan, menyerang pasukan di tempat-tempat yang memisahkan situs kedaulatan dan situs strategis.â€
Polisi Khartoum menambahkan, “ Pasukan keamanan bertindak dengan menggunakan gas air mata dan meriam air, sehingga para demonstran menghancurkan kendaraan water-jet, membakar pohon-pohon taman, dan sejumlah terduga ditangkap.â€
Polisi mengumumkan bahwa sejumlah orang di antara ratusan petugas keamanan yang terluka mengalami luka serius, dan bahwa ada informasi kematian enam orang.
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di kota Khartoum, sehari setelah sembilan orang tewas dalam demonstrasi protes terhadap para jenderal yang berkuasa di negara ini.
Masyarakat internasional mengutuk kekerasan di Sudan, yang diguncang gelombang protes yang terjadi hampir setiap pekan sejak kudeta 25 Oktober. Otoritas militer Sudan telah menghadapi gelombang itu dengan kekerasan, yang sejauh ini telah menewaskan 113 orang, termasuk 18 anak kecil. (rt/aljazeera)