Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 18 September 2021

Jakarta, ICMES.  Israel merisaukan masuknya minyak Iran ke Lebanon dan telah melontarkan berbagai pernyataan miring tentang ini serta mengaitkannya dengan masalah keamanan.

Surat kabar kabar AS New York Times mencatat Hizbullah menang dalam persaingan dengan AS terkait pengiriman minyak Iran ke Lebanon yang diprakarsa oleh Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah.

Sumber-sumber Saudi menyatakan bahwa fasilitas vital di bagian selatan negara ini menjadi sasaran operasi militer berskala besar.

Eli Sharvit, seorang komandan yang belum lama ini pensiun dari Angkatan Laut (AL) Israel, menyatakan bahwa kekuatan militer faksi-faksi pejuang Palestina.

Berita Selengkapnya:

Takut Dibalas Telak, Israel Tak Berani Serang Konvoi Minyak Iran di Lebanon

Israel merisaukan masuknya minyak Iran ke Lebanon dan telah melontarkan berbagai pernyataan miring tentang ini serta mengaitkannya dengan masalah keamanan. Meski demikian, rezim Zionis itu tak berani menyerang konvoi truk tanki yang mengangkut minyak Iran dari Pelabuhan Baniyas, Suriah, ke Lebanon.

Tentang ini, seorang petinggi militer Israel, Jumat (17/9), menyatakan bahwa tindakan terhadap konvoi tersebut akan memancing ketegangan yang tak perlu sehingga tak seorangpun di Tel Aviv mendukungnya.

Hanya saja, sebagaimana dikutip Times of Israel, petinggi militer yang meminta namanya tak disebutkan itu dalam wawancara dengan saluran 12 mengklaim bahwa tindakan langsung terhadap ekonomi Lebanon tak dilakukan oleh Tel Aviv demi menghindari kecaman dari publik Lebanon dan masyarakat internasional.

Senada dengan ini, Eli Sharvit, seorang komandan Israel yang baru saja pensiun dari Angkatan Laut Israel dalam wawancara dengan AP mengaku mendukung kebijakan tersebut.

“Israel sama sekali tak berkeinginan mencegat konvoi bahan bakar yang dikirim ke Lebanon,” ujarnya.

Media Lebanon pada dini hari Kamis lalu melaporkan bahwa konvoi truk tanki pengangkut minyak Iran telah tiba di Lebanon, negara yang sejak satu setengah tahun lalu mengalami krisis ekonomi parah, termasuk di sektor bahan bakar, akibat sanksi AS.

Sementara itu, reporter saluran berita Al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon melaporkan bahwa menyusul kapal tanker minyak pertama Iran, kapal tanker kedua yang mengangkut bahan bakar minyak Iran untuk Lebanon telah memasuki perbatasan Suriah dan sedang bergerak menuju perbatasan Lebanon. (fna)

Soal Pengiriman Minyak Iran ke Lebanon, New York Times: Hizbullah Cundangi AS

Surat kabar kabar AS New York Times (NYT) mencatat Hizbullah menang dalam persaingan dengan AS terkait pengiriman minyak Iran ke Lebanon yang diprakarsa oleh Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah.

NYT menyebutkan bahwa ketika Lebanon sedang menderita salah satu keterpurukan ekonomi terburuk dalam sejarah konteporernya, Hizbullah dapat menampilkan dirinya sebagai kekuatan penyelamat nasional, dan menempuh langkah besar yang mengalahkan pemerintah Lebanon dan negara-negara Barat pendukungnya.

“Ketika konvoi truk tanki bahan bakar itu masuk ke Lebanon, para pendukung Hizbullah berbaris di dua sisi jalanan, mengibarkan bendera Hizbullah, menyanyikan lagu-lagu perjuangan, membagi-bagikan kue dan menerangi angkasa,” tulis NYT, seperti dikutip Fars, Jumat.

Menurut NYT, pengiriman minyak Iran itu memperlihatkan parahnya krisis di Lebanon dan ketidak mampuan pemerintah Beirut mengatasinya.

Terkait dengan reaksi AS, NYT menyebutkan, “Pembelian minyak dari Iran itu melanggar sanksi AS, tapi tak jelas apakah AS akan bertindak dalam masalah ini. Selain itu, AS menganggap Hizbullah sebagai kelompok teroris, dan praktis menjatuhkan sanksi padanya. Meski kelompok ini merupakan bagian dari pemerintah Lebanon, namun tampak bertindak secara independen.”

Surat kabar ini menambahkan bahwa Kedubes AS enggan berkomentar tentang itu, namun Dubes AS untuk Lebanon Dorothy Chia kepada Al-Arabiya beberapa waktu lalu mengatakan, “Saya tak berpikir bahwa ketika seseorang dapat memenuhi kebutuhan bakar di rumah sakit maka akan ada orang lain yang mengangkat pedang terhadapnya.”

Konvoi truk tanki pengangkut minyak Iran masuk ke Lebanon tanpa diperiksa diperbatasan. Tentang ini, seorang komandan purnawirawan Lebanon mengatakan, “Negara sedang mengalami krisis parah, dan pemerintah tak akan peduli apakah truk-truk itu masuk secara legal atau ilegal. Kami sedang berada dalam kondisi darurat.”

NYT juga menyebutkan bahwa krisis bahan bakar di Lebanon memperlihatkan persaingan antara Hizbullah dan AS ihwal siapa yang lebih cepat meredakan penderitaan rakyat Lebanon, dan setidaknya kali ini Hizbullah yang menyalahkan AS dalam krisis ini adalah pihak yang memenangi persaingan. (fna)

Pasukan Lancarkan Serangan Besar ke Wilayah Saudi

Sumber-sumber Saudi menyatakan bahwa fasilitas vital di bagian selatan negara ini menjadi sasaran operasi militer berskala besar, Jumat (18/9).

Beberapa jam sebelumnya, Juru Bicara Angkatan Bersenjata Yaman yang bersekutu dengan gerakan Ansarullah (Houthi), Brigjen Yahya Saree, mengumumkan pihaknya telah melancarkan salah satu operasi militer terbesar pasukan Yaman di wilayah Saudi.

Al-Mayadeen melaporkan suara beberapa ledakan skala besar yang mengguncang bagian Jizan dan beberapa daerah lain di selatan Arab Saudi.

Sementara itu, koalisi pimpinan Saud mengaku telah mencegat dan menghancurkan pesawat nirawak yang dilesatkan dari Yaman menuju Bandara Abha.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud bersumbar bahwa Riyadh tidak akan membiarkan Houthi menggunakan warga Yaman sebagai “sandera” , dan bahwa Saudi berhak membela diri dan akan merespon serangan.

Seperti diketahui, Yaman dilanda perang antara pasukan loyalis presiden pelarian Abd Rabbuh Mansour Hadi dan pasukan gerakan Ansarullah, yang menguasai Sanaa dan beberapa provinsi sejak 2014.

Sejak Maret 2015, koalisi militer Arab, yang dipimpin oleh Arab Saudi, melancarkan invasi militer ke Yaman dengan dalih membela pemerintahan Mansour Hadi melawan Ansarullah yang didukung oleh Iran.

Perang ini menjatuhkan banyak korban jiwa dan luka serta menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di mana 80 persen penduduk Yaman membutuhkan bantuan, sementara semua sektor negara ini nyaris hancur total, termasuk sektor kesehatan di tengah pandemi Covid-19. (mm/mna)

Israel Sebut Kekuatan Hamas Membengkak Pasca Perang “Pedang Quds”

Eli Sharvit, seorang komandan yang belum lama ini pensiun dari Angkatan Laut (AL) Israel, menyatakan bahwa kekuatan militer faksi-faksi pejuang Palestina, terutama Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), membengkak pasca perang “Pedang Quds” pada bulan Mei lalu.

Dikutip kantor berita Sama milik Palestina, Sharvit mengatakan, “Sejak perang pada Mei lalu, kekuatan Hamas kembali meningkat dengan sangat pesat.”

Dia mengklaim bahwa sejak perang tahun 2014 AL Israel beranggapan bahwa mereka dapat mengatasi militan Palestina, namun perang ini mengubah anggapan ini.

Dalam perang 2014 militan Palestina memperlihatkan kemampuannya yang prima dalam konfrontasi darat, laut dan udara melawan Israel, sementara Israel dalam perang yang berlangsung selama 51 hari tersebut gagal meraih tujuannya.

Ya’akov Peri, mantan kepada badan keamanan Israel Shin Bet, mengatakan, “Perang ini sama sekali tak memiliki  pendekatan militer, dan apa yang kita perlukan sekarang ialah menuju opsi solusi politik.”

Sharvit menyinggung peristiwa penyusupan empat pejuang Palestina ke kawasan pantai Zikim di selatan Israel (Palestina pendudukan 1948) dan menyebutnya sebagai pelajaran bagi Israel, terutama AL-nya.

Sharvit kemudian menyinggung kelompok pejuang Hizbullah Lebanon dengan menyebutnya memiliki puluhan atau bahkan ratusan rudal khusus untuk menyerang AL Israel.

Di bagian akhir dia mengatakan bahwa jika terjadi perang Israel dengan Hizbullah dan Gaza maka Tel Aviv mau tidak mau akan menghentikan aktivitas di pelabuhan Haifa dan Ashdod demi menghindari serangan. (fna)