Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 18 April 2020

lab anti-corona di iranJakarta, ICMES. Para peneliti Iran berhasil mengidentifikasi sekuensing genom Covid-19 untuk pertama kalinya di negara ini.

Human Rights Watch (HRW) menuduh otoritas Arab Saudi melakukan pelanggaran dalam pengadilan massal terhadap orang-orang yang diduga sebagai anggota Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas.

Angkatan Bersenjata Yaman yang bersekutu dengan kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) menyatakan bahwa pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi telah melakukan lebih dari 200 serangan udara meskipun sudah mengumumkan gencatan senjata secara sepihak pada pekan lalu.

Berita selengkapnya:

Pertama Kali, Iran Identifikasi Data Sekuensing Genom Covid-19

Para peneliti Iran berhasil mengidentifikasi sekuensing genom Covid-19 untuk pertama kalinya di negara ini.

“Para peneliti Iran berhasil untuk pertama kalinya di negara ini menentukan urutan genom virus corona, mereka menentukan kode genetiknya,” kata Kepala Masyarakat Bioteknologi Iran Sirous Zeinali kepada Kantor Berita Iran, IRNA, Jumat (17/4/2020).

Dia menambahkan bahwa sekuensing ini menunjukkan bahwa Covid-19 sudah memiliki “mutasi genetik yang sangat terbatas” di Iran, dan berbagi sifat  di kawasan semisal Iran, AS dan Wuhan China di mana wabah global ini diketahui pertama kali muncul pada Desember 2019.

Sekuensing genom yang diambil dari pasien Iran telah dilakukan bekerja sama dengan Institut Pasteur Iran.

“Dengan menentukan sekuensing genom virus corona, diketahui bahwa dalam hal produksi vaksin atau perawatan apa pun untuk penyakit ini, dapat digunakan di seluruh dunia tanpa perbedaan apa pun. ”

Sembari menyebutkan bahwa hampir 4.000 sekuensing genom COVID-19 telah direkam sejauh ini di seluruh dunia, terutama di AS, Zeinali menekankan bahwa para peneliti Iran telah berhasil membuat pencapaian demikian meskipun negara ini dikenai sanksi oleh AS.

Di Ambang Tahap Pengendalian

Menteri Kesehatan Iran Saeed Namaki, Jumat, menyatakan bahwa negara republik Islam ini berada di ambang ketertahanan penyebaran wabah COVID-19 di sebagian besar provinsi.

Dia mengatakan bahwa Iran telah mampu mengendalikan wabah ini dengan menggunakan “model sukses”-nya sendiri meskipun kurang dukungan finansial dan material seperti yang dinikmati oleh negara-negara lain.

“Terlepas dari timbulnya sanksi dan perang ekonomi, tidak ada pasien yang ditinggalkan di belakang pintu rumah sakit dan tidak ada pasien yang kekurangan obat-obatan dan perawatan medis selama masa puncak virus ini di seluruh kota,” terangnya.

Menteri Kesehatan Iran menambahkan bahwa ketanggapan Iran terhadap pandemi ini dikembangkan berdasarkan model-model ilmiah dan pengalaman bertahun-tahun dalam “memberantas penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis, polio, campak, gondok dan tetanus”.

Namaki juga menyebutkan bahwa negaranya berusaha untuk secara bertahap membuka kembali bisnis sebagai bagian dari program “smart distancing” untuk mengurangi dampak ekonomi sanksi AS, dan langkah-langkah restriktif yang ditempuh untuk memperlambat penyebaran virus.

Secara total, sejauh ini di Iran terdapat 79.494 kasus infeksi Covid-19,  4.958 di antaranya meninggal, termasuk 89 dalam 24 jam terakhir, 54.064 pasien sembuh, dan tercatat 1.499 kasus baru infeksi dalam 24 jam terakhir. (presstv/fna)

HRW Kecam Perlakuan Otoritas Saudi Terhadap Para Terduga Anggota Hamas

Human Rights Watch (HRW) menuduh otoritas Arab Saudi melakukan pelanggaran dalam pengadilan massal terhadap orang-orang yang diduga sebagai anggota Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas.

Kelompok peduli HAM itu menyatakan prihatin atas pengadilan puluhan warga Palestina dan Yordania di Saudi, dan menyerukan kepada negara kerajaan ini agar “segera menjelaskan tuduhan spesifik dan bukti yang mendasarterhadap para terdakwa”.

Dalam sebuah laporan yang dirilis Jumat (17/4/2020) LSM yang berbasis di New York, AS, itu mengutip keterangan kerabat para tahanan itu bahwa orang-orang yang ditangkap selama dua tahun terakhir tersebut telah dilecehkan di penjara Saudi.

Saudi bulan lalu memulai persidangan 68 warga Palestina dan Yordania dengan tuduhan bahwa mereka menjalin hubungan dengan “organisasi teroris”  tak dikenal, yang diduga sebagai Hamas.

Menurut HRW, para tersangka itu belum dihadapkan dengan “tuduhan atau bukti spesifik”.

“Rekor panjang jejak pengadilan tak fair Arab Saudi menimbulkan momok bahwa warga Yordania dan Palestina akan dipenjara dengan tuduhan serius dan menghadapi hukuman berat, meskipun beberapa orang telah diduga melakukan pelanggaran serius,” ungkap Wakil Direktur HRW Divisi Timur Tengah Michael Page.

“Pada saat Covid-19 mendatangkan bahaya akut bagi tahanan, Arab Saudi harus mempertimbangkan alternatif penahanan, terutama bagi mereka yang berada dalam penahanan praperadilan,” lanjutnya.

Tuduhan Tak Masuk Akal

Beberapa sumber mengatakan kepada Middle East Eye bahwa tuduhan terhadap terdakwa berkisar dari yang aneh sampai yang tidak dapat dipertahankan.

Satu orang, misalnya, dituduh lantaran memiliki botol minyak zaitun Palestina. Ada pula orang yang dituduh karena mengirim domba ke orang-orang di Gaza untuk kurban Idul Adha, atau lantaran menyimpan buku sejarah Palestina karya penulis Kuwait Tareq al-Suwaidan.

Tawaran Ansarullah Yaman

Kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman, yang terlibat perang melawan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, bulan lalu menawarkan pembebasan lima tahanan Saudi dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina dan Yordania tersebut.

Hamas menyambut baik usulan Houthi itu tapi tampaknya tidak mendapat respon dari Riyadh.

Hamas telah berulang kali mengecam persidangan massal itu dan menyebutnya “tidak adil”.

“Orang-orang Palestina yang ditangkap oleh polisi keamanan negara Saudi tidak melakukan kejahatan selain mendapat kehormatan mempertahankan Quds dan Masjid al-Aqsa,” ungkap Hamas dalam sebuah pernyataannya pada Maret lalu.  (mee)

Saudi Lakukan 230 Serangan Udara di Yaman Meski Sudah Umumkan Gencatan Senjata

Angkatan Bersenjata Yaman yang bersekutu dengan kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) menyatakan bahwa pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi telah melakukan lebih dari 200 serangan udara meskipun sudah mengumumkan gencatan senjata secara sepihak pada pekan lalu.

Juru Bicara Angkatan Bersenjata Yaman Brigjen Yahya Saree di halaman Twitter resminya pada Kamis lalu (16/4/2020) menyatakan bahwa koalisi pimpinan Saudi telah melakukan lebih dari 32 serangan dan upaya infiltrasi sejak 9 April, dan bahwa operasi dilakukan di provinsi al-Jawf di utara Yaman, provinsi Ma’rib dan provinsi al-Bayda di tengah, dan provinsi Ta’iz di selatan.

Saree lebih lanjut mencatat bahwa koalisi pimpinan Saudi sejak Kamis lalu telah melakukan 230 serangan udara di provinsi Sana’a, Amran, Ma’rib, Bayda, Sa’ada dan Hudaydah.

Dia menyebutkan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman akan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk membela negara dan bangsa Yaman, dan melawan agresi koalisi tersebut.

Pada Kamis lalu beberapa warga sipil, termasuk wanita, menderita luka-luka akibat serangan jet tempur koalisi yang menyasar sebuah bangunan tempat tinggal di daerah al-Qati di distrik al-Marawi’ah di provinsi Hudaydah.

Pada Minggu lalu  juru bicara u Ansarullah Mohammed Abdul-Salam menyatakan penolakan kerasnya terhadap  gencatan senjata koalisi pimpinan Saudi, dengan alasan bahwa deklarasi gencatan senjata itu dimaksudkan Saudi hanya untuk mengelabui khalayak dunia. (fna)