Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 16 September 2023

Jakarta, ICMES. Korps Garda Revolusi Islam Iran menyita dua kapal tanker minyak berbendera asing yang diduga menyelundupkan lebih dari 1,5 juta liter bahan bakar di Teluk Persia.

Menteri Keamanan Iran, Ismail Al-Khatib, menyatakan pukulan negaranya terhadap Israel melebihi pukulan rezim Zionis ini terhadap Iran dalam perang terselubung antara keduanya pada tahun lalu.

Ketua Dewan Eksekutif kelompok pejuang Hizbullah Lebanon, Sayid Hashem Safieddine, memastikan kekuatan militer gerakan resistensi Islam di Lebanon ini ditujukan untuk menghadapi pendudukan Israel dan plot AS di kawasan Timur Tengah.

Berita Selengkapnya:

Lagi, AL IRGC Iran Sita Dua Kapal Tanker Asing

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menyita dua kapal tanker minyak berbendera asing yang diduga menyelundupkan lebih dari 1,5 juta liter bahan bakar di Teluk Persia.

Kapal tanker berbendera Panama dan Tanzania itu ditahan oleh Angkatan Laut IRGC, kata media Iran mengutip pernyataan Laksamana Mohammad-Sharif Shirali, wakil komandan Zona Angkatan Laut Ketiga Angkatan Laut IRGC.

Dia mengatakan 37 awak kapal di kedua kapal itu diserahkan kepada otoritas kehakiman untuk menjalani prosedur hukum yang diperlukan.

Pejabat itu mengatakan bahwa Angkatan Laut IRGC yang ditempatkan di Pelabuhan Mahshahr di provinsi Khuzestan selatan selama dua hari terakhir telah memantau dengan cermat dua kapal minyak asing tersebut dan akhirnya menangkap mereka atas perintah pengadilan.

Pasukan angkatan laut Iran dalam beberapa tahun terakhir  telah beberapa kali menyita kapal berbendera asing di Teluk Persia atas dugaan penyelundupan bahan bakar atau pelanggaran peraturan maritim.

Pada bulan Juli, sebuah kapal tanker minyak berbendera Bahama, Richmond Voyager, disita setelah diduga bertabrakan dengan kapal Iran di Laut Oman di provinsi Hormozgan selatan.

Setelah kejadian tersebut, Angkatan Laut AS mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya mengirim kapal perusak berpeluru kendali USS McFaul sebagai tanggapan atas panggilan darurat dari kapal tanker berbendera Bahama setelah pihak berwenang Iran meminta kapal tanker tersebut berhenti dan melepaskan tembakan ke arahnya.

Insiden ini terjadi kurang dari dua bulan setelah IRGC menyita sebuah kapal tanker berbendera Panama di Selat Hormuz, dan menyebutnya sebagai “pelanggar.”

Sebelumnya, sebuah kapal tanker berbendera Pulau Marsekal ditahan oleh tentara Iran dan diarahkan ke perairan pesisir Iran di Laut Oman, setelah berpapasan dengan kapal Iran.

Insiden-insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS setelah Pentagon mengumumkan pengerahan kapal perang amfibi dan kelompok ekspedisi Marinir ke Teluk Persia untuk mengamankan jalur pelayarannya.

Bulan lalu, di tengah ketegangan, Angkatan Laut IRGC merilis rekaman pertemuan antara speedboat mereka dan kapal induk AS di Selat Hormuz.

Hal ini terjadi tepat setahun setelah IRGC menarik kapal nirawak AS di Teluk Persia, dengan mengatakan hal itu dilakukan untuk “memastikan keamanan jalur pelayaran.” (mna/anadolu)

Iran Nyatakan Serangannya Melampaui Serangan Israel dalam Perang Terselubung

Menteri Keamanan Iran, Ismail Al-Khatib, menyatakan pukulan negaranya terhadap Israel melebihi pukulan rezim Zionis ini terhadap Iran dalam perang terselubung antara keduanya pada tahun lalu.

Dilaporkan Tasnim, Jumat (15/9), Al-Khatib dalam sebuah wawancara televisi menjelaskan bahwa serangan itu tak terduga oleh Israel, dan dilakukan oleh kubu resistensi yang didukung Iran justru dengan memanfaatkan dan merekrut orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel (Palestina pendudukan 1948).

Al-Khatib juga mengatakan, “Mendukung kubu resistensi adalah tugas semua organisasi dan juga negara di kawasan, karena kehadiran entitas menjijikkan ini (Israel) di kawasan menimbulkan bahaya bagi semua negara dan menyebabkan destabilisasi keamanan.”

Dia kemudian menuturkan, “Pukulan besar Iran terhadap Israel  melampaui pukulan Israel terhadap Iran yang dilakukan dengan cara menunggangi aksi kerusuhan yang terjadi di Teheran pada tahun lalu dan dengan mengandalkan dunia maya dan media namun pada akhirnya tidak membuahkan  hasil apapun.”

Pada pertengahan September 2022, Iran dilanda gelombang protes menyusul kematian perempuan muda bersuku Kurdi, Mahsa Amini, di kantor polisi, di mana dia ditahan oleh apa yang disebut “polisi moral” karena “mengenakan jilbab secara tidak pantas.”

Pihak polisi menyatakan Amini menderita penyakit kesehatan yang menyebabkan kematiannya, ketika dia sedang menunggu bersama orang lain di kantor polisi moral tempat dia dipindahkan, namun pihak keluarga Amini mengatakan bahwa dia tidak menderita masalah kesehatan, dan menuduh polisi telah menyiksanya.

Beberapa rekaman video CCTV yang disiarkan oleh otoritas Iran jelas-jelas menunjukkan bahwa Amini terjatuh ketika tampak dalam kondisi bugar di tengah banyak orang di orang ruang antre, dan kemudian segera dilarikan ke rumah sakit tempat dia dua hari kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.

Alhasil, peristiwa itu kemudian memicu gelombang protes selama beberapa waktu. Iran menyatakan bahwa Israel dan negara-negara Barat pendudukungnya berada di balik gelombang protes yang melanda berbagai wilayah Iran.

Otoritas Iran menangkap sejumlah warga negara asing dengan tuduhan terlibat dalam provokasi dan aksi pengacauan keamanan selama terjadi gelombang protes. (tasnim)

Hizbullah Mengaku Didirikan untuk Berkonfrontasi dengan Israel

Ketua Dewan Eksekutif kelompok pejuang Hizbullah Lebanon, Sayid Hashem Safieddine, memastikan kekuatan militer gerakan resistensi Islam di Lebanon ini ditujukan untuk menghadapi pendudukan Israel dan plot AS di kawasan Timur Tengah.

Petinggi Hizbullah tersebut menegaskan hal itu dalam pidato  di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon, pada peringatan hari wafatnya Nabi Muhammad (saw) dan kesyahidan dua orang cucu dan keturunan beliau, Imam Hassan dan Imam Reza (saw), Jumat (15/9).

Dia menekankan bahwa kekuatan Hizbullah bukan untuk berkonfrontasi dengan elemen bangsa Lebanon sendiri.

“Gerakan perlawanan rakyat sedang merencanakan dan bersiap untuk menghadapi barbarisme dan penindasan Israel serta membebaskan tanah dan tempat suci yang diduduki…. Kekuatan resistensi diarahkan terhadap musuh Zionis dan plot AS di kawasan,” tandasnya.

Pejabat Hizbullah itu juga mengingatkan pentingnya mengadakan “dialog nasional” untuk memilih presiden baru, dan menambahkan bahwa eskalasi politik di negara ini tidak akan membawa hasil positif.

Pada pertemuan di Beirut awal bulan ini, para pemimpin senior gerakan perlawanan Palestina dan Lebanon menegaskan tekad mereka untuk memberikan reaksi terpadu terhadap kebijakan agresif Israel.

Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrallah, wakil kepala biro politik Hamas Saleh al-Arouri, dan Sekjen gerakan Jihad Islam Palestina Ziad al-Nakhaleh menegaskan kembali sikap semua elemen kekuatan Poros Resistensi untuk melawan okupasi dan arogansi rezim Zionis Israel.

Para pemimpin senior kubu resistensi Lebanon dan Palestina itu juga menjelaskan ancaman yang ditimbulkan oleh Israel belakangan ini.

Lebih dari 200 orang Palestina terbunuh tahun ini di wilayah pendudukan Tepi Barat dan wilayah Jalur Gaza yang terblokade. Mayoritas korban jiwa tercatat di Tepi Barat.

Angka tersebut menjadikan tahun 2023 sebagai tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak PBB mulai mencatat jumlah korban jiwa pada tahun 2005.

Sebelumnya, tahun 2022 merupakan tahun paling mematikan di mana 150 warga Palestina gugur, 33 di antaranya adalah anak di bawah umur, menurut PBB. (presstv)