Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 14 Januari 2023

Jakarta, ICMES. Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrallah, bertemu dan berdiskusi dengan Menlu Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengenai perkembangan terkini dan situasi politik di Lebanon, Palestina, dan kawasan Timteng.

Iran menyambut baik kemungkinan pemulihan hubungan Suriah yang merupakan sekutu Iran dengan Turki yang merupakan pendukung utama kubu oposisi dan pemberontak Suriah sejak lebih dari satu dekade.

Ribuan orang di berbagai penjuru Iran turun ke jalanan pada hari Jumat (13/1) untuk mengutuk penghinaan majalah Prancis Charlie Hebdo terhadap umat Islam serta nilai-nilai agama dan nasional Iran.

Berita Selengkapnya:

Menlu Iran dan Sekjen Hizbullah Bertemu dan Bahas Perkembangan Situasi Politik Regional

Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrallah, bertemu dan berdiskusi dengan Menlu Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengenai perkembangan terkini dan situasi politik di Lebanon, Palestina, dan kawasan Timteng.

Hubungan Media Hizbullah menyatakan bahwa Sayid Nasrallah menerima kunjungan Abdollahian dan delegasi pendampingnya, Jumat (13/1), di hadapan duta besar Iran untuk Beirut, Mr. Mojtaba Amani.

Dalam pertemuan itu mereka meninjau perkembangan situasi politik regional, terutama kemungkinan dan ancaman yang muncul dari pembentukan pemerintahan ekstremis Rezim Zionis Israel, dan pendirian faksi-faksi pejuang Palestina  dan seluruh Poros Resistensi dalam menghadapi perkembangan dan peristiwa regional dan internasional. ‏

Sebelumnya di hari yang sama Abdollahian dalam jumpa pers bersama dengan sejawatnya dari Lebanon Abdullah Bou Habib, di Beirut, menyatakan kesiapan Teheran “menyediakan bahan bakar bagi Lebanon, serta membangun dan merehabilitasi pembangkit tenaga listrik, berdasarkan kesepakatan dengan pemerintah.”

Dalam konteks lain, Abdollahian menegaskan negaranya “jelas mendukung resistensi Lebanon dan Palestina dalam menghadapi agresi Israel.”

Hubungan Iran-Saudi

Menlu Iran juga menyatakan pihaknya mengharapkan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi, termasuk pembukaan kembali kedutaan besar kedua negara di Teheran dan Riyadh.

 â€œKami menyambut baik kembalinya hubungan normal antara Republik Islam Iran dan Kerajaan Arab Saudi, hingga pembukaan kantor perwakilan atau kedutaan besar di Teheran dan Riyadh dalam kerangka dialog yang harus dilanjutkan antara kedua negara,” ujarnya.

Mengenai pertemuannya dengan Menlu Saudi belum lama ini, Abdollahian mengatakan, “Ada kesepakatan Iran-Saudi pada KTT Bagdad (di Yordania) belum lama ini tentang dialog bersama, yang pada akhirnya akan mengarah pada normalisasi hubungan.”

Dia menyebutkan bahwa Iran dan Arab Saudi telah melakukan lima putaran penting dialog di Baghdad.

“Kami setuju dengan menteri luar negeri Saudi tentang kelanjutan pembicaraan ini, mengingat putaran pembicaraan yang berlangsung di Baghdad positif dan maju,” tuturnya.

Dia melanjutkan, “Pada langkah pertama, kami akan mengembalikan konsulat kedua negara di Jeddah dan Masjidil Haram untuk bekerja menyediakan layanan konsuler yang diperlukan bagi warga negara kedua negara, dan mereka yang ingin mengunjungi Makkah Al- Mukarramah, Al-Madinah Al-Munawwarah (di Saudi), serta Masyhad dan tempat-tempat suci lain di Iran.”

Dia juga mengatakan, “ Tapi kami percaya bahwa pihak Saudi tidak memiliki persiapan yang diperlukan untuk mengembalikan hubungan ke keadaan normal. Kami memiliki niat dan keinginan yang diperlukan untuk memulihkan hubungan dengan Arab Saudi.” (raialyoum/alalam)

Iran Sambut Baik Kemungkinan Normalisasi Hubungan Suriah-Turki

Iran menyambut baik kemungkinan pemulihan hubungan Suriah yang merupakan sekutu Iran dengan Turki yang merupakan pendukung utama kubu oposisi dan pemberontak Suriah sejak lebih dari satu dekade.

“Kami senang dengan dialog yang terjadi antara Suriah dan Turki, dan kami percaya bahwa itu akan mencerminkan secara positif antara kedua negara,” kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian, saat berkunjung ke Beirut, ibu kota Lebanon, Jumat (13/1).

Menlu Iran menyatakan demikian setelah sehari sebelumnya Presiden Suriah, Bashar al-Assad, mengatakan bahwa pemulihan hubungan yang ditengahi Rusia dengan Turki harus bertujuan mengakhiri pendudukan Turki atas wilayah barat laut Suriah, yang menjadi sarang pemberontak Suriah.

Dia juga mengatakan bahwa Turki harus menghentikan dukungan untuk terorisme di Suriah.

Al-Assad menyatakan demikian dalam sebuah pertemuan di Damaskus dengan utusan presiden Rusia untuk Suriah, Alexander Lavrentiev, menyusul pertemuan antara menteri pertahanan Turki dan Suriah di Moskow pada 28 Desember.

Moskow mendukung pemulihan hubungan antara Damaskus dan Ankara. Tujuannya adalah untuk mengadakan pertemuan antara menteri luar negeri kedua negara dan akhirnya presiden.

Dikutip kantor berita negara Suriah SANA, Lavrentiev mengatakan Moskow memandang pertemuan para menteri pertahanan “secara positif” dan berharap untuk mengembangkan pembicaraan “sampai ke tingkat menteri luar negeri”.

Pemulihan hubungan, kata al-Assad, “harus dikoordinasikan antara Suriah dan Rusia terlebih dahulu agar  membuahkan hasil nyata yang dicari oleh Suriah”.

Pernyataan itu merupakan komentar pertama al-Assad secara terbuka tentang pertemuan tingkat menteri kedua negara setelah bermusuhan selama lebih dari satu dekade.

Turki telah menjadi pendukung utama oposisi terhadap al-Assad sejak dimulainya perang saudara 12 tahun lalu dan telah mengirim pasukannya sendiri ke sebagian besar Suriah utara.

Namun pada akhir Desember, menteri pertahanan Turki dan Suriah mengadakan negosiasi penting di Moskow  yang menjadi pertemuan pertama sejak 2011.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada hari Kamis bahwa dia dapat bertemu dengan mitranya dari Suriah, Faisal Mekdad, pada awal Februari.

“Belum ada tanggal yang jelas, tapi kami akan mengadakan pertemuan segi tiga ini sesegera mungkin, mungkin pada awal Februari,” kata Cavusoglu kepada wartawan Turki saat berkunjung ke Rwanda tentang pertemuan yang juga akan melibatkan Rusia. (aljazeera)

Ribuan Orang di Iran Gelar Demo Anti-Majalah Prancis Charlie Hebdo

Ribuan orang di berbagai penjuru Iran turun ke jalanan pada hari Jumat (13/1) untuk mengutuk penghinaan majalah Prancis Charlie Hebdo terhadap umat Islam serta nilai-nilai agama dan nasional Iran.

Massa mengadakan unjuk rasa usai menunaikan shalat Jumat di kota-kota besar, termasuk ibu kota Teheran.

Para pengunjuk rasa menyuarakan dukungan mereka kepada  Pemimpin Besar Iran Saydd Ali Khamenei dan meneriakkan slogan-slogan kutukan atas permusuhan negara-negara Barat  terhadap Iran dan Islam.

Aksi unjuk rasa itu digelar setelah Charlie Hebdo dalam edisi khususnya beberapa waktu lalu memuat karikatur yang menghina Ayatullah Khamenei. Majalah sayap kanan Prancis yang kontroversial itu pada awal Desember mengumumkan kompetisi pembuatan karikatur tersebut.

Para pengunjuk rasa Iran mengeluarkan komunike yang menegaskan bahwa “tindakan kurang ajar” majalah Prancis itu membuktikan “dendam musuh terhadap Islam” dan “frustasi” media Prancis terkait kesia-siaan dukungan Barat kepada gelombang kerusuhan yang sempat melanda Iran beberapa waktu lalu pasca kematian wanita Kurdi Iran Mahsa Amini, 22 tahun.

Demonstran mendesak Kemlu Iran menggunakan semua saluran hukum yang tersedia untuk memaksa para pelaku dan pendukung penistaan itu menyampaikan permintaan maaf.

Aksi nasional itu terjadi setelah sejumlah demonstrasi damai juga diadakan dalam beberapa hari terakhir di depan kedutaan Prancis di Teheran.

Kemlu Iran memanggil Duta Besar Prancis Nicolas Roche pada 4 Januari, dan menyerahkan nota protes resmi kepadanya.

Jubir Kemlu Iran Nasser Kanaani saat itu menegaskan, “Republik Islam Iran sama sekali tidak membiarkan penghinaan terhadap kesucian, dan nilai-nilai Islam, agama, dan nasionalnya.” (presstv)