Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 14 Agustus 2021

kedubes AS di KabulJakarta, ICMES. Kedubes AS untuk Afghanistan di Kabul menginstruksikan kepada para stafnya untuk memusnah dokumen-dokumen sensitif, demikian dilaporkan CNN.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh menyatakan keprihatinan atas eskalasi kekerasan di Afghanistan, salah satu negara tetangga Iran.

Sebuah laporan baru dari Israel, tepatnya dari lembaga Alma Research and Education Center, mengklaim bahwa di sepanjang Libanon terdapat jaringan terowongan bawah tanah milik Hizbullah, yang digunakan oleh kelompok pejuang ini untuk pergerakan personil dan senjatanya.

Wasekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menyatakan bahwa kelompok pejuang ini tak bermaksud mengobarkan perang namun tak akan tinggal diam jika wilayah kedaulatan Libanon dilanggar oleh Rezim Zionis Israel.

Berita Selengkapnya:

Panik, Kedubes AS di Afghanistan Musnahkan Dokumen Sensitif

Kedubes AS untuk Afghanistan di Kabul menginstruksikan kepada para stafnya untuk memusnah dokumen-dokumen sensitif, demikian dilaporkan CNN, Jumat (13/8).

Bersamaan dengan ini, media Afghanistan melaporkan adanya kepulan asap dari dalam Kedubes Kanada di Kabul sehingga diduga kuat sebagai pertanda bahwa Kedubes ini juga melakukan pemusnahan dokumen penting sebelum para staf pergi meningggalkan Kedubes.

Sebuah sumber diplomatik mengatakan kepada CNN bahwa situasi di Afghanistan berkembang menjadi sebuah tantangan di mana rencana-rencana mengenai kehadiran AS di Afghanistan berubah tiap saat.

Jubir Kemhan AS Pentagon Jumat malam mengabarkan bahwa sebanyak 3000 tentara AS akan tiba di Kabul pada akhir pekan ini untuk membantu evakuasi para diplomat dan warga negara AS dari Afghanistan.

Sejak April lalu Taliban meningkatkan serangannya untuk mengalahkan pemerintah Afghanistan setelah pasukan asing mengakhiri pendudukannya selama 20 tahun atas negara ini. Beberapa sumber melaporkan bahwa Taliban sekarang sudah menguasai dua pertiga wilayah Afghanistan.

Al-Jazeera mengutip pernyataan Jubir Taliban yang mengklaim bahwa jatuhnya kota-kota besar ke tangan Taliban menunjukkan besarnya sambutan penduduk Afghanistan kepada Taliban. Dia juga mengatakan bahwa meski demikian Taliban tidak menutup pintu jalur politik.

Sebelumnya, utusan Khusus Presiden Rusia urusan Afghanistan Zamir Kabulov mengatakan bahwa Taliban berhasil merebut Kandahar bukan setelah berperang, melainkan karena kaburnya tentara Afghanistan yang telah dilatih oleh NATO dan AS.

Di sisi lain, surat kabar Washington Post melaporkan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden bersiap menghadapi kemungkinan Kabul jatuh ke tangan Taliban jauh lebih cepat dari yang dikhawatirkan sebelumnya. (fna)

Iran: Taliban Jamin Keselamatan Para Diplomat

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh menyatakan keprihatinan atas eskalasi kekerasan di Afghanistan, salah satu negara tetangga Iran.

Dalam sebuah pernyataan, Jumat (13/8), di tengah keprihatinan itu Khatibzadeh menyerukan perhatian kepada kondisi warga sipil yang terdampak perang.

Menyinggung dominasi Taliban atas kota Herat, dia menyatakan bahwa kelompok militan itu berkomitmen untuk menjamin keselamatan para diplomat dan fasilitas diplomatik.

Khatibzadeh menyebutkan pihaknya berkomunikasi dengan Konsulat Jenderal Iran di Herat, dan sedang menindaklanjuti kondisi kesehatan para diplomat yang berbasis di sana.

Ketika Taliban bergerak maju untuk menguasai kota-kota besar Afghanistan, kelompok itu mengaku telah menguasai provinsi Herat, Badghis, Ghor dan Helmand.

Dalam perkembangan terbaru, Taliban juga mengklaim berhasil merebut Kandahar, kota terbesar kedua di Afghanistan.

Mengutip saksi, Associated Press melaporkan bahwa Taliban telah merebut kantor gubernur dan bangunan lainnya.

Al-Jazeera melaporkan bahwa para saksi menolak disebutkan namanya secara terbuka karena pemerintah belum mengakui kekalahannya.

Juru bicara Taliban menyatakan pihaknya telah menaklukkan Kandahar dan mencapai Lapangan Syuhada di sana, sementara seorang penduduk kota mengkonfirmasi bahwa Taliban mengendalikan kota itu.

Kantor berita Reuters kemudian melaporkan bahwa seorang pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya menyatakan kota yang pernah menjadi benteng Taliban itu memang telah jatuh tapi pasukan pemerintah masih mengendalikan bandaranya.

Sebelumnya, warga dan jurnalis lokal melaporkan bahwa Herat, kota terbesar ketiga di negara itu, telah jatuh ke tangan Taliban. Ghazni, sekitar 130 km (80 mil) barat daya Kabul, ibukota Afghanistan, juga jatuh pada hari Kamis lalu.

Taliban telah mengambil alih setidaknya 11 dari 34 ibu kota provinsi Afghanistan selama seminggu terakhir. Jika konfirmasi laporan mengenai Kandahar tersebut terkonfirmasi maka kota ini akan menjadi yang ke-12. (mna)

Israel Klaim Hizbullah Punya Jaringan Terowongan Bawah Tanah di Sepanjang Libanon

Sebuah laporan baru dari Israel, tepatnya dari lembaga Alma Research and Education Center, mengklaim bahwa di sepanjang Libanon terdapat jaringan terowongan bawah tanah milik Hizbullah, yang digunakan oleh kelompok pejuang ini untuk pergerakan personil dan senjatanya.

Laporan itu menyebutkan bahwa Hizbullah memulai proyek pengadaan terowongan pasca perang kedua Libanon tahun 2006 dengan bantuan orang-orang Iran dan Korut, dan proyek itu jauh lebih besar daripada proyek terowongan Hamas di Jalur Gaza.

Menurut laporan tersebut, yang dimuat di surat kabar Israel Jerussalem Post, Jumat (13/8), jaringan terowongan bawah tanah itu semestinya menghubungkan kawasan Beirut dengan markas Hizbullah dan kawasan Bekaa yang digunakan Hizbullah sebagai basis operasi logistiknya di Libanon selatan.

Terowongan itu juga cukup besar dan memungkinkan sepeda motor atau bahkan kendaraan roda empat dan kendaraan kecil lainnya untuk melewatinya serta memungkinkan mereka untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan “tujuan memperkuat posisi pertahanan atau melakukan serangan di tempat yang aman dan terlindungi, dan dengan cara yang tidak terlihat.”

Mirip dengan proyek Hamas, terowongan Hizbullah itu berisi ruang komando dan kendali bawah tanah, gudang senjata dan logistik, klinik lapangan, dan koridor-koridor yang didedikasikan untuk meluncurkan segala jenis rudal permukaan-ke-permukaan, anti-tank dan anti-pesawat.

Leporan itu menjelaskan bahwa terowongan tersebut mirip dengan terowongan di Korut, dan juga digunakan untuk pemboman artileri melalui celah-celah yang dapat dibuka-tutup serta tersamarkan dan tidak dapat dideteksi dari atas tanah.

Laporan itu juga mengklaim bahwa terowongan itu tidak sampai menyeberang perbatasan Libanon ke wilayah Israel (Palestina pendudukan 1948).

Pada tahun 2018 tentara Israel melancarkan operasi militer pencarian dan penghancuran terowongan-terowongan Hizbullah yang diduga menyeberang ke wilayah Israel utara. (raialyoum)

Hizbullah Nyatakan Tak Mungkin Jadikan Penduduk sebagai Tameng

Wasekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menyatakan bahwa kelompok pejuang ini tak bermaksud mengobarkan perang namun tak akan tinggal diam jika wilayah kedaulatan Libanon dilanggar oleh Rezim Zionis Israel.

Dalam pernyataan Jumat kemarin (13/8) menjelang peringatan kemenangan Hizbullah melawan Israel dalam perang 33 hari pada tahun 2006, Syeikh Naim menyebutkan bahwa respon Hizbullah pekan lalu terhadap serangan Israel ke Libanon merupakan tindakan yang sudah diperhitungkan dengan sangat matang, dan Hizbullah tak mungkin menjadikan penduduk sebagai tameng demi hasrat politik.

“Hizbullah bertindak dengan sangat cermat, semua orang menyaksikan realitas ini. Sia-sia fitnah yang dicari oleh sebagian orang,” ujarnya ketika menyinggung adanya upaya sebagian orang untuk membangkitkan penolakan penduduk Druze di desa Shoya terhadap Hizbullah.

Dia menjelaskan, “Usai operasi gagah berani dan langka Hizbullah (terhadap pasukan Israel) di sebuah kawasan terbuka dan tak berpenduduk, keadaan semestinya kembali normal. Para mujahidin Hizbullah di desa Shoya diprotes oleh sekelompok penduduk ketika dalam perjalanan pulang, dan wajar ketika truk-truk yang mengangkut para mujahidin melintasi daerah-daerah pedesaan.”

Wasekjen Hizbullah menambahkan, “Operasi resistensi terlampau besar untuk memperhatikan atau membesar-besarkan persoalan-persoalan parsial. Resistensi terlampau besar untuk membesarkan sebuah peristiwa kecil yang dibangkitkan oleh segelintir orang.”

Mengenai para penentang Hizbullah di Libanon dia mengatakan bahwa mereka terdiri dari dua kelompok; satu memiliki pandangan politik dan menyatakan bahwa Hizbullah tak berhak karena tidak mewakili semua orang Libanon; dan yang lain adalah orang-orang yang siang malam memang berusaha melincinkan proyek AS dan Israel di Libanon. (tasnim)

Â