Jakarta, ICMES. Puluhan warga Palestina gugur akibat serangan rudal dan artileri Rezim Zionis Israel yang menghantam sebuah sekolah di utara Jalur Gaza yang menampung para pengungsi.

Panglima Korps Garda Revolsui Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami menyatakan Rezim Zionis Israel “pasti akan runtuh” dan Amerika Serikat (AS) tidak dapat menyelamatkannya dengan memberikan pernapasan buatan.
Presiden Iran Ebrahim Raisi akan berkunjung ke Arab Saudi untuk berpartisipasi dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang berfokus pada upaya penghentian kebiadaban Israel terhadap orang Palestina di Jalur Gaza.
Berita Selengkapnya:
Serangan Israel ke Sekolah di Gaza Gugurkan Sedikitnya 50 Orang Palestina
Puluhan warga Palestina gugur akibat serangan rudal dan artileri Rezim Zionis Israel yang menghantam sebuah sekolah di utara Jalur Gaza yang menampung para pengungsi.
Kantor berita Palestina Shehab melaporkan sekitar 50 warga Palestina gugur akibat serangan rudal rezim Israel ke Sekolah al-Buraq di Gaza.
Direktur Rumah Sakit al-Shifa, tempat para korban dirawat, menyebutkan sekitar 50 orang gugur.
“Sekitar 50 orang syahid ditemukan di dalam sekolah al-Buraq… di lingkungan al-Nasr di Gaza setelah serangan rudal dan artileri yang menargetkan sekolah tersebut pagi ini,” kata Mohammad Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit al-Shifa, Jumat (10/11).
Hamas menyebut serangan Israel terhadap warga sipil sebagai “aib di hadapan kemanusiaan”, namun faksi pejuang itu juga menegaskan, “Rakyat kami tidak akan dikalahkan oleh tindakan kriminal dan fasis ini.”
Hamas menilai serangan Israel yang mengabaikan “semua hukum kemanusiaan internasional” dan didukung oleh pemerintah AS tidak akan mematahkan perlawanan rakyat Palestina.
Serangan brutal Israel di Gaza sejak 7 Oktober telah merenggut lebih dari 11.000 nyawa tak berdosa di wilayah yang terkepung tersebut.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memperingatkan bahwa sistem perawatan kesehatan di Gaza yang dilanda perang telah “mencapai titik yang tidak dapat kembali lagi” akibat gencarnya pemboman Israel.
“Kekurangan pasokan, persediaan yang terbatas dan semakin tidak aman, sistem layanan kesehatan di Gaza telah mencapai titik yang tidak dapat kembali lagi dan mempertaruhkan nyawa ribuan orang yang terluka, sakit, dan kehilangan tempat tinggal,” ungkap ICRC dalam sebuah pernyataan, Jumat.
Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas menyebut Jalur Gaza sebagai bagian “integral” dari Palestina dan menyatakan kesiapan PA untuk mengambil kendali atas wilayah yang diblokade setelah berakhirnya genosida Israel.
Abbas menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidatonya pada hari Jumat yang menandai peringatan 19 tahun meninggalnya pemimpin Palestina Yasser Arafat, yang memimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) hingga tahun 2004. (presstv)
Panglima IRGC: AS Tak Dapat Selamatkan Israel dari Keruntuhan
Panglima Korps Garda Revolsui Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami menyatakan Rezim Zionis Israel “pasti akan runtuh” dan Amerika Serikat (AS) tidak dapat menyelamatkannya dengan memberikan pernapasan buatan.
Dalam pidato pada sebuah upacara di ibu kota Iran, Teheran pada hari Jumat (10/11), Salami memuji serangan fajar Hamas terhadap pasukan Israel di wilayah pendudukan pada 7 Oktober, dan menilai “kapasitas pencegahan” Israel telah habis.
“Setidaknya 1.500 orang Palestina melancarkan serangan, dan selama serangan itu dan di garis depan (Israel), yang merupakan garis pertahanan terkuat di dunia, tidak ada satupun orang Palestina yang gugur dan tidak ada satupun tembakan yang dilepaskan, dan semua senjata ternonaktifkan meskipun semua pemukim bersenjata,” kata Salami.
“Tentara pendudukan Israel telah menempatkan sistem pertahanan yang andal dan kuat di dekat Jalur Gaza namun mereka tidak menyadarinya; tidak ada yang memperhatikan, ”imbuhnya.
Panglima IRGC menilai misteri pergerakan diam-diam para pejuang Palestina melalui tembok, tanggul, dan hambatan informasi dan keamanan Israel tidak diketahui, dan rahasia kemenangan pada 7 Oktober bisa jadi akan terungkap di kemudian hari.
“Saat ini, kapasitas pencegahan rezim Zionis telah rusak,” ujarnya Salami.
Mengenai dukungan AS kepada Israel, dia mengatakan, “AS tidak bisa menyelamatkan rezim ini, tidak bisa memberikan pernapasan buatan. Rezim Zionis tidak memiliki akar dalam geografi politik wilayah ini dan pasti akan runtuh.”
Israel mengobarkan perang di Gaza pada tanggal 7 Oktober setelah para pejuang Palestina yang berbasis di Gaza melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa ke beberapa wilayah pendudukan sekitar Gaza sebagai tanggapan atas kejahatan intensif rezim Israel terhadap orang-orang Palestina.
Hamas dan jihad Islam menembakkan sekitar 5.000 rudal ke wilayah pendudukan, menewaskan sedikitnya 1.400 tentara dan pemukim Israel, serta menawan sekitar 250 orang Israel.
Sejak itu, Israel melancarkan pemboman tanpa henti di Jalur Gaza, dan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengumumkan pada hari Jumat bahwa 11.078 orang, termasuk 4.506 anak-anak, gugur, dan 27.490 lainnya menderita luka-luka.
Rezim Tel Aviv juga telah memblokir akses terhadap air, makanan, dan listrik di Gaza, sehingga wilayah pesisir tersebut mengalami krisis kemanusiaan.
Tel Aviv sejauh ini terus menentang seruan internasional untuk menerapkan gencatan senjata yang bertujuan untuk menyelamatkan warga sipil Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak. (presstv)
Presiden Iran Hadiri Sidang Darurat OKI di Saudi Mengenai Genosida Gaza
Presiden Iran Ebrahim Raisi akan berkunjung ke Arab Saudi untuk berpartisipasi dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang berfokus pada upaya penghentian kebiadaban Israel terhadap orang Palestina di Jalur Gaza.
Raisi akan meninggalkan Teheran menuju Riyadh pada hari ini, Sabtu (11/11).
KTT OKI itu juga akan membahas mekanisme pengiriman bantuan kemanusiaan kepada masyarakat tertindas di Gaza.
Sejak awal pemboman rezim terhadap masyarakat tak berdaya di Gaza pada tanggal 7 Oktober, Presiden Raisi telah mengadakan pembicaraan telepon dan pertemuan dengan para pemimpin negara-negara Muslim, menyerukan sidang darurat OKI untuk menekan Israel agar menghentikan genosida di Gaza.
Israel mengerahkan banyak mesin perangnya setelah faksi-faksi pejuang Palestina melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa ke wilayah pendudukan sebagai tanggapan atas kejahatan intensif rezim terhadap warga Palestina.
Menurut Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza, Israel telah membunuh lebih dari 11.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.500 anak-anak, sejak saat itu. Lebih dari 26.000 orang lainnya juga terluka.
Rezim Tel Aviv juga memblokir akses terhadap air, makanan, dan listrik di Gaza, sehingga menjerumuskan Jalur Gaza ke dalam krisis kemanusiaan.
Pada hari Senin, Pemimpin Besar Iran Ayatollah Sayid Ali Khamenei menyebut AS sebagai dalang serangan Israel di Gaza.
“Sejak hari-hari pertama serangan rezim Zionis, semua bukti dan indikasi menunjukkan keterlibatan langsung ASdalam menjalankan perang,” ujarnya.
Osama Hamdan, perwakilan senior dan anggota Biro Politik Hamas di Lebanon menyerukan kepada para peserta KTT OKI agar melakukan bertindak kongkret danmemboikot “entitas teroris Nazi”.
Hamdan mengatakan hubungan negara-negara Arab dengan Israel tak dapat diterima, dan mendesak mereka untuk menghentikan proses normalisasi.
Dia juga mendesak komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatannya terhadap Palestina. (presstv)