Jakarta, ICMES. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sidang darurat majelis pada hari Jumat (10/5) mengeluarkan resolusi yang mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB supaya mempertimbangkan kembali permintaan Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB.
Kelompok resistensi Islam Hizbullah di Lebanon pada hari Jumat (10/5) mengumumkan pihaknya telah menggempur pangkalan Khirbet Maar dan posisi artilerinya dengan salvo roket Katyusha.
Surat kabar Maariv menyatakan para pejabat Mesir memberi tahu Direktur Intelijen AS, William Burns, bahwa AS harus memberikan tekanan serius terhadap Israel agar menghentikan operasi militernya di kota Rafah dan kembali ke perundingan serius, dan jika tidak maka Kairo “akan berupaya membatalkan Kesepakatan Camp David.”
Berita selengkapnya:
Majelis Umum PBB Rilis Resolusi Pemungutan Suara Status Negara Palestina
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sidang darurat majelis pada hari Jumat (10/5) mengeluarkan resolusi yang mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB supaya mempertimbangkan kembali permintaan Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB.
Sebanyak 143 negara mendukung peningkatan status Palestina di badan dunia tersebut, sementara sembilan negara menolak, dan 25 negara abstain.
Palestina saat ini merupakan negara pengamat non-anggota PBB, status yang diberikan kepadanya pada tahun 2012. Permohonan untuk menjadi anggota penuh PBB harus disetujui oleh DK PBB dan setidaknya dua pertiga anggota Majelis Umum.
AS, sekutu terbesar Israel, sejauh ini menghalangi upaya Palestina mendapat pengakuan sebagai anggota penuh PBB, dengan menggunakan hak veto terhadap resolusi-resolusi terkait.
Belakangan ini AS menggunakan hak veto dalam pemungutan suara yang diadakan mengenai masalah ini di DK PBB pada tanggal 18 April.
Namun AS tidak mempunyai kekuasaan di majelis tersebut.
Resolusi hari Jumat juga memberikan “hak dan keistimewaan” baru kepada Palestina, sehingga praktis mengakui Palestina memenuhi syarat untuk bergabung dengan PBB sebagai anggota penuh.
Pengesahan resolusi itu terjadi di tengah perang genosida rezim Israel sejak 7 Oktober 2023 di Jalur Gaza yang telah meningkatkan simpati dunia kepada Palestina dan memperkuat seruan internasional untuk pengakuan atas Negara Palestina.
Sedikitnya 34.904 warga Palestina, yang sebagian besarnya perempuan dan anak-anak, telah terbunuh sejauh ini dalam perang tersebut, yang dimulai setelah terjadi Badai al-Aqsa, sebuah operasi pembalasan yang dilakukan oleh faksi-faksi pejuang Palestina di Jalur Gaza.
Hamas menyambut baik resoludi Majelis Umum PBB tersebut dan menyebutnya sebagai penegasan atas kerja sama internaional yang meningkatkan hak dan keistimewaan Negara Palestina di PBB.
“Kami menganggap resolusi ini sebagai pengakuan atas perlunya bangsa Palestina mendapatkan hak sah mereka dan konfirmasi atas dukungan internasional terhadap bangsa kami, di tengah keinginan AS untuk mendukung genosida yang dilakukan terhadap mereka,” ungkap Hamas dalam sebuah pernyataannya, Jumat.
Hamas menambahkan, “Kami menyerukan kepada negara-negara merdeka di dunia untuk mengintensifkan upaya mereka dan memberikan segala cara untuk mendukung rakyat Palestina, yang mendambakan kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri.”
Pemerintah Iran melalui duta besarnya untuk PBB Amir Saeid Iravani juga menyambut baik resolusi tersebut.
“Pengakuan Palestina sebagai anggota penuh PBB adalah langkah awal dan momen penting dalam mengatasi ketidakadilan historis yang dialami rakyat Palestina,” kata Iravani dalam pidatonya di sidang Majelis Umum pada hari Jumat. (presstv)
Dihujani Roket Hizbullah, Daerah Kiryat Shmona di Israel Utara Jadi Lautan Api
Kelompok resistensi Islam Hizbullah di Lebanon pada hari Jumat (10/5) mengumumkan pihaknya telah menggempur pangkalan Khirbet Maar dan posisi artilerinya dengan salvo roket Katyusha.
Sekitar satu setengah jam setelah serangan tersebut, dan ketika tentara Zionis Israel berkumpul di pangkalan tersebut untuk mengatasi kerusakan, pasukan Hizbullah kembali menggempur lokasi tersebut untuk kedua kalinya dengan puluhan roket Katyusha.
Hizbullah juga melepaskan salvo roket ke daerah permukiman Zionis Kiryat Shmona dan barak Yifthah dengan senjata roket dan artileri.
Hizbullah menyatakan kedua operasi tersebut merupakan balasan atas serangan Israel terhadap desa-desa dan rumah-rumah penduduk di selatan serta serangan terhadap kota Tayr Harfa hingga menjatuhkan dua orang gugur dari kalangan pejuang.
Sebelum itu, pasukan Hizbullah merudal situs Al-Samaqa di daerah pendudukan perbukitan Kfar Shuba Lebanon. Mereka juga menggempur dan menghancurkan perangkat spionase dan pemantauan yang baru dikembangkan di situs Miskav Am.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa serangan Hizbullah menyebabkan beberapa kebakaran serta merusak puluhan rumah dan kendaraan di daerah Kiryat Shmona. 10 tim penyelamat dan pemadam kebakaran sedang berusaha memadamkan api, termasuk dua kebakaran besar.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah dan tentara Israel terlibat konfrontasi sengit yang melintasi Garis Biru hingga menyebabkan ratusan orang terbunuh dan terluka.
Hizbullah mengaku beraksi demi membela rakyat dan pejuang di Jalur Gaza yang diperangi habis-habisan oleh Israel sejak 7 Oktober hingga mengakibatkan korban gugur dan cedera lebih dari 113.000 warga Palestina, yang sebagian besarnya adalah anak-anak dan kaum perempuan, serta menyebabkan sekira 10.000 orang hilang di tengah derita kelaparan dan kehancuran besar-besaran. (almayadeen/raialyoum)
Mesir Dilaporkan Ancam Batalkan Perjanjian Camp David Jika Israel Terus Beraksi di Rafah
Surat kabar Maariv menyatakan para pejabat Mesir memberi tahu Direktur Intelijen AS, William Burns, bahwa AS harus memberikan tekanan serius terhadap Israel agar menghentikan operasi militernya di kota Rafah dan kembali ke perundingan serius, dan jika tidak maka Kairo “akan berupaya membatalkan Kesepakatan Camp David.”
Surat kabar Israel itu menjelaskan bahwa ada peningkatan nada di media Mesir yang menuntut pembatalan perjanjian tersebut, dan hal ini lantas mendorong para pejabat senior Israel untuk menghubungi para sejawat mereka di Mesir guna mengetahui sifat, ukuran dan ruang lingkup tuntutan tersebut.
Maariv juga menyebutkan bahwa untuk pertama kalinya sejak dimulainya perang di Gaza, Mesir memperkuat langkah-langkah keamanan di daerah penyeberangan Rafah dari sisi Mesir sembari meminta para pengemudi truk bantuan agar meninggalkan kawasan itu sehingga dapat diartikan bahwa ada kekuatiran akan memburuknya keamanan di kawasan perbatasan tersebut.
Beberapa hari yang lalu, Mesir memperingatkan bahaya operasi militer Israel di kota Rafah, di bagian selatan Jalur Gaza, sebagai bagian dari agresi pasukan pendudukan terhadap Jalur Gaza, yang telah berlangsung selama sekira tujuh bulan.
Kementerian Luar Negeri Mesir menyebut operasi militer di Rafah sebagai “tindakan eskalasi,” dan menyerukan kepada Israel agar menghindari eskalasi “pada saat yang sangat sensitif ini” selama negosiasi gencatan senjata.
Khalayak internasional terus mengutuk operasi militer Israel di Rafah, di tengah peringatan akan dampak berbahaya terhadap lebih dari satu juta warga Palestina yang oleh pasukan pendudukan dipaksa mengungsi ke wilayah selatan Jalur Gaza. (raialyoum)