Jakarta, ICMES. Seorang pria pelaku aksi pembakaran kitab suci Al-Quran di depan masjid terbesar di ibu kota Swedia, Stockholm, mengaku masih akan melakukan aksi serupa dalam jangka waktu sepuluh hari ke depan, meskipun sudah terdapat kecaman luas.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi menyatakan umat Islam di dunia tidak akan pernah mengabaikan tindakan penistaan ​​terhadap kitab suci Al-Quran, yang terjadi belakangan ini di Swedia.
Kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman mengancam akan mengobarkan perang terbuka, jika keadaan tenang yang berlaku di Yaman berakhir.
Berita Selengkapnya:
Penista Al-Quran di Swedia Ancam akan Berulah Lagi
Seorang pria pelaku aksi pembakaran kitab suci Al-Quran di depan masjid terbesar di ibu kota Swedia, Stockholm, mengaku masih akan melakukan aksi serupa dalam jangka waktu sepuluh hari ke depan, meskipun sudah terdapat kecaman luas.
Kepada surat kabar Swedia Expressen pria asal Irak bernama Silwan Momika itu mengatakan, “Dalam sepuluh hari, saya akan membakar bendera Irak dan Al-Quran di depan kedutaan Irak di Stockholm.â€
Dia mengaku menyadari dampak dari apa yang telah dia lakukan dan telah menerima “ribuan ancaman pembunuhan.â€
Sejumlah massa demonstran telah menyerbu kedutaan besar Swedia di Baghdad dan bertahan di dalam selama belasan menit pada hari Kamis lalu, untuk memprotes penistaan tersebut, yang juga dikutuk oleh berbagai negara Arab dan Islam.
Koresponden kantor berita AFP melaporkan bahwa aksi Momika dimulai dengan menginjak Al Quran, dan lalu nekat menaruh daging babi di atas kitab suci umat Islam ini.
Dia juga membakar beberapa halaman Al Quran hingga kemudian mencampakkan kitab suci umat Islam itu. Dalam aksi itu dia melambaikan dua bendera Swedia saat lagu kebangsaan diputar dengan sistem pengeras suara.
Aksi konyo itu tak pelak segera membangkit reaksi kutukan dari berbagai negara Islam.
Pada tanggal 12 Juni 2023, pengadilan di Swedia membatalkan larangan pembakaran Al Quran. Pengadilan menyebut bahwa polisi tak mempunyai dasar hukum untuk melarang dua aksi protes yang melibatkan pembakaran Al Quran. (raialyoum)
Presiden Iran: Umat Islam Tak akan Pernah Abaikan Penistaan Al-Quran
Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi menyatakan umat Islam di dunia tidak akan pernah mengabaikan tindakan penistaan ​​terhadap kitab suci Al-Quran, yang terjadi belakangan ini di Swedia.
Dalam pidato pada momen sholat Jumat di kota Rafsanjan, di provinsi tenggara Kerman, Jumat (30/6), Raisi mengatakan “kitab ilahi yang paling berharga” telah diremehkan dalam beberapa hari terakhir di negara Barat yang mengklaim membela kebebasan berekspresi.
Dia mengatakan aksi demikian tidak hanya mengecewakan dua miliar Muslim tetapi juga para pengikut semua agama samawi.
“Penghinaan terhadap Al-Quran kita tercinta adalah penghinaan terhadap semua agama ilahi, kemanusiaan dan semua nilai ilahi, yang tidak akan ditoleransi oleh masyarakat Islam,” tegas Presiden Raisi.
Dilaporkan bahwa pada Rabu lalu dua pria yang berdiri di luar masjid di Stockholm, di ibu kota Swedia telah membakar naskah kitab suci Al-Quran. Aksi dilakukan ketika umat Islam sedang menyambut Idul Adha.
Sayid Raisi mengatakan bahwa para pemuda harus menyadari bagaimana mereka yang mengaku memperjuangkan kebebasan berekspresi secara arogan melakukan tindakan penistaan terhadap kesucian umat Islam.
“Mereka berbohong dan tidak mendukung kebebasan berekspresi dan berpendapat. Mereka menentang kebebasan dan berusaha memaksakan despotisme mereka dalam bentuk kebebasan berekspresi pada kemanusiaan,†ujarnya.
Presiden Iran mengatakan Al-Quran adalah manifestasi kebebasan yang mengajarkan kemanusiaan tetapi mereka yang menghina kesucian justru menentang kebebasan berekspresi.
Sementara itu, sejumlah penduduk dan mahasiswa Iran menggelar unjuk rasa protes anti penistaan Al-Quran di depan kedutaan Swedia di Teheran pada hari Jumat. Para pengunjuk rasa membawa plakat-plakat dan meneriakkan slogan-slogan menentang para pendukung gerakan tersebut dan menyerukan penghormatan terhadap kesucian agama-agama samawi.
Para demonstran menyerukan kalangan yang selama ini mengaku peduli HAMdi dunia untuk bereaksi terhadap tindakan keji di Swedia tersebut dan mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk mengungkapkan kemarahan atas penodaan tersebut.
Di hari yang sama, juru bicara Parlemen Iran Mohammad Baqer Qalibaf mengecam pemerintah dan polisi Swedia karena, menurutnya, telah mempersiapkan alasan untuk tindakan keji terhadap Al-Quran tersebut.
Qalibaf di akun Twitternya memastikan bahwa umat Muslim di dunia menanggapi dengan tepat aksi konyol tersebut.
“Saya mengutuk keras ketidakhormatan dan sikap kurang ajar pemerintah dan polisi Swedia dalam mempersiapkan alasan untuk menghina Al-Quran dengan kedok kebebasan berekspresi dan bertindak,” cuitnya. (pt)
Ansarullah Yaman Ancam Kobarkan Perang Terbuka
Kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman mengancam akan mengobarkan perang terbuka, jika keadaan tenang yang berlaku di Yaman berakhir.
Dilaporkan oleh saluran TV Al-Masirah milik Ansarullah, Menteri Pertahanan di pemerintahan kelompok tersebut, Muhammad Al-Atifi, Jumat (30/6), memperingatkan, “Negara-negara koalisi (yang dipimpin oleh Arab Saudi) yang melakukan gencatan senjata semau mereka tidak akan tetap berlaku, dan angkatan bersenjata Yaman akan memiliki langkah terukur yang akan memulihkan keseimbangan di kawasan.”
Al-Atifi dalam kunjungannya ke sejumlah front di provinsi Taiz dan Lahj, di barat daya Yaman, menegaskan bahwa “solusinya tidak ada di tangan koalisi, melainkan mereka dipaksa untuk mendapatkan solusinya di tangan mereka.â€
Yaman telah mengalami keadaan tenang selama lebih dari setahun, di tengah upaya internasional yang berkelanjutan yang bertujuan menghidupkan kembali proses perdamaian di negara yang dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan Ansarullah sejak 2014 tersebut.
Ditujukan kepada negara-negara koalisi, Al-Atifi memperingatkan, “Anda menginginkan perdamaian, Anda akan beristirahat, dan jika Anda menginginkan perang, kami akan mengubahnya menjadi perang terbuka.”
Dia berkesimpulan dengan mengatakan, “Yaman akan tetap bersatu, dan pilihan nasional kita adalah masalah yang tidak menerima manuver atau perdagangan.”
Dua hari lalu, Menteri Pertahanan di pemerintahan Sanaa menegaskan bahwa pasukan Sanaa tidak akan mundur dari pembebasan Yaman, dan tidak ada satu pun penyerang yang akan tersisa di wilayah Yaman.
Kepala Dewan Politik Tinggi di Yaman, Mahdi Al-Mashat, menegaskan bahwa pemimpin, tentara dan rakyat Yaman tidak akan menyerahkan kedaulatan penuhnya, di darat, laut dan udara, dan tidak akan berkompromi soal ini.
Beberapa hari lalu, pasukan pendukung Kementerian Pertahanan Yaman di Sanaa melakukan manuver militer di provinsi Jawf dengan mengangkat slogan “Jika Anda kembali, kami akan kembali” .
Manuver itu dilakukan di area yang luas di lingkungan pegunungan dan dataran. Manuver dimulai dengan penyisiran artileri dan misil, intervensi helikopter dan drone, dengan penerbangan dan pemboman target, dan diakhiri dengan penguasaan target yang direncanakan. (raialyoum)