Rangkuman Berita Utama Timteng Sabtu 1 April 2023

Jakarta, ICMES. Seorang penasihat militer dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran di Suriah gugur akibat serangan terbaru Rezim Zionis Israel di pinggiran kota Damaskus.

Kementerian Pertahanan AS, Pentagon, menyatakan bahwa enam tentara AS terluka dalam serangan pekan lalu di Suriah timur laut, yang oleh pejabat AS diklaim dilakukan oleh militan yang didukung Iran.

Kementerian Dalam Negeri Iran menyatakan negara ini tidak akan mengubah aturan hijab meski mendapat tekanan dari negara-negara musuhnya di Barat.

Berita Selengkapnya:

Satu Anggota IRGC Gugur Diserang Israel di Suriah, Iran Bersumpah Membalas

Seorang penasihat militer dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran di Suriah gugur akibat serangan terbaru Rezim Zionis Israel di pinggiran kota Damaskus pada dini hari Jumat (31/3).

Kantor Hubungan Masyarakat IRGC dalam sebuah pernyataan mengumumkan bahwa penasehat militer bernama Milad Heidari telah gugur syahid akibat serangan tersebut.

Pernyataan itu juga mengutuk kebungkaman badan-badan internasional atas kejahatan dan agresi berulang Israel dan pelanggarannya yang berkelanjutan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah sebuah negara merdeka yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

IRGC mengancam, “Rezim palsu dan kriminal Zionis Israel pasti akan mendapat balasan telak.”

Untuk kedua kalinya dalam 24 jam terakhir, pesawat tempur rezim Zionis Israel menyerang wilayah Suriah dan menargetkan posisi-posisi di Damaskus.

Sumber militer Suriah mengatakan kepada SANA bahwa agresi baru dilakukan oleh jet tempur Israel yang memasuki wilayah Suriah dari utara wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan pada dini hari Jumat pagi pukul 00:17 waktu Damaskus dan menargetkan sebuah fasilitas di pinggiran ibu kota Suriah ini.

Pihak Pertahanan Udara Suriah mengaku telah menghadapi agresi tersebut dengan mengatakan, “Pertahanan udara Suriah mencegat rudal dan menembak jatuh beberapa di antaranya.”

Agresi tersebut menyebabkan beberapa kerusakan material, kata media tanpa menyebutkan informasi apapun menganai korban.

Setidaknya tiga ledakan besar terdengar di Damaskus, menurut laporan Reuters yang mengutip keterangan para saksi.

Serangan udara Israel terjadi hanya sehari setelah rezim Zionis itu melakukan serangan rudal di daerah dekat Damaskus dari arah wilayah pendudukan tahun 1967, menimbulkan kerugian material dan melukai dua tentara Suriah.

Rezim Tel Aviv kerap memilih bungkam terkait serangannya di wilayah Suriah, yang dipandang Damaskus sebagai reaksi terhadap meningkatnya keberhasilan pemerintah Suriah dalam menghadapi terorisme.

Seminggu sebelumnya, serangan udara Israel menghantam bandara internasional di kota Aleppo, Suriah barat laut, menyebabkan beberapa “kerusakan material” dan membuatnya lumpuh.

Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk serangan Israel dan menyebutnya sebagai “kejahatan ganda”, karena menyasar bandara sipil dan jalur utama bantuan ke daerah-daerah yang dilanda gempa dahsyat yang melanda Suriah dan Turki pada Februari lalu. (mna/fna)

Pentagon:  Enam Tentara AS Alami Ceder Otak Akibat Serangan di Suriah

Kementerian Pertahanan AS, Pentagon, menyatakan bahwa enam tentara AS terluka dalam serangan pekan lalu di Suriah timur laut, yang oleh pejabat AS diklaim dilakukan oleh militan yang didukung Iran.

Juru bicara Pentagon, Brigjen Pat Ryder, dalam konferensi pers, Kamis (30/3), mengatakan keenamnya merupakan tambahan atas kematian seorang kontraktor AS dan melukai enam tentara serta kontraktor lainnya dalam dua serangan terpisah.

Ryder mengatakan empat anggota layanan AS di Hasakah dan dua di Green Village telah didiagnosis menderita cedera otak traumatis dan sedang dirawat di markas mereka. Evaluasi terus dilakukan terhadap personel di pangkalan-pangkalan militer.

Dia mengklaim bahwa delapan militan yangsemuanya terkait dengan IRGC tewas dalam serangan balasan AS yang menggunakan jet tempur.

Serangan awal oleh militan dilancarkan pada 23 Maret dengan drone kamikaze kecil hingga memicu serangkaian pemboman balasan. Komandan tertinggi AS untuk Timur Tengah, Jenderal Erik Kurilla, segera memperingatkan bahwa AS siap melancarkan lebih banyak serangan jika diperlukan.

Serangan drone itu diikuti oleh dua serangan serentak terhadap pasukan AS pada 24 Maret. AS membalas dengan serangan di dua lokasi IRGC.

Kemudian datanglah serangan roket dari militan di pabrik gas Conoco yang ditempati oleh pasukan AS, menyebabkann satu tentara AS terluka.

Pada waktu yang hampir bersamaan, beberapa drone diluncurkan di Green Village, di provinsi Deir el-Zour tempat pasukan AS juga berpangkalan. Semua kecuali satu drone ditembak jatuh dan tidak ada korban AS di sana.

Laporan independen tentang jumlah orang yang terbunuh dan terluka dalam serangan AS bervariasi.

Kelompok aktivis Deir Ezzor 24, yang meliput berita di provinsi itu, mengatakan empat orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah pemantau perang dari pihak oposisi, mengklaim 11 pejuang yang didukung Iran gugur, termasuk enam di depot senjata di lingkungan Harabesh di kota Deir el-Zour dan lima di pos militer dekat kota Mayadeen dan Boukamal.

Gedung Putih Senin lalu menyatakan bahwa serangan para pejuang di Suriah itu tidak akan mendorong AS untuk menarik pasukan yang dikerahkannya ke Suriah sejak hampir delapan tahun lalu dengan dalih melawan sisa-sisa kelompok teroris ISIS.

Ini bukan pertama kalinya tentara AS di kawasan didiagnosis mengalami cedera otak akibat serangan.

Pada tahun 2020, lebih dari 100 tentara AS didiagnosis menderita cedera otak akibat serangan rudal Iran terhadap sebuah pangkalan yang ditempati oleh tentara AS di Irak.

Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk serangan AS pekan lalu, dan menyebut Washington berbohong tentang lokasi yang disasar. Suriah juga menegaskan komitmennya untuk “mengakhiri pendudukan AS dan memperluas otoritas negara Suriah atas semua wilayahnya.”

Kementerian Luar Negeri Iran menuduh pasukan AS menyasar tempat-tempat sipil. (ap/raialyoum/reuters)

Iran Tegaskan Tak akan Ubah Aturan Busana Muslimat

Kementerian Dalam Negeri Iran menyatakan negara ini tidak akan mengubah aturan hijab meski mendapat tekanan dari negara-negara musuhnya di Barat.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam (30/3), kementerian itu menyebut jilbab sebagai kebutuhan Islam yang “tidak perlu dipertanyakan” dan menekankan bahwa upaya untuk melestarikan dan menerapkannya di masyarakat akan terus berlanjut.

“Tidak ada penarikan yang telah dan akan dilakukan dari prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai tradisional. Hijab, sebagai kebutuhan agama yang tidak perlu dipertanyakan lagi, akan selalu menjadi salah satu prinsip praktis Republik Islam Iran,” bunyi pernyataan itu

Kementerian itu menyebutkan bahwa isu hijab telah menjadi salah satu front “perang kognitif” musuh terhadap bangsa Iran, namun plot gagalnya dan tak dapat “mengeringkan keinginan” kaum perempuan Iran untuk mempertahankan identitas mereka sebagai Muslimat.

Kementerian itu menjelaskan, “Proyek agen mata-mata yang direncanakan” dan dipimpin dari luar negeri dalam upaya terbaru mereka berusaha “menyembunyikan tujuan jahat mereka di bawah slogan demagogis ‘kebebasan hidup wanita’, namun kewaspadaan rakyat Iran, terutama wanita dan anak perempuan, telah membuktikan  bahwa musuh menderita salah perhitungan ihwal kedalaman keyakinan rakyat kepada agama mereka.”

Kementerian Dalam Negeri Iran menyinggung gelombang kerusuhan yang didukung Barat di pelbagai penjuru Iran pada September 2022 pasca kematian seorang wanita Kurdi Iran Mahsa Amini (22 tahun) di sebuah rumah sakit di Teheran, tiga hari setelah dia pingsan di sebuah kantor polisi di Iran.

“Dalam kerusuhan tahun lalu, musuh mencoba menggunakan hijab untuk mempolarisasi masyarakat, menciptakan perpecahan sosial yang mendalam, dan memisahkan rakyat dari pemerintah,” ungkap kementerian itu. (mm/presstv)