Jakarta, ICMES: SAA berhasil merebut lingkungan al-Shiar, kawasan permukiman terbesar di Aleppo timur, dan pemerintah menolak upaya gencatan senjata.
Pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi membebaskan kawasan Tal Atbah Selatan yang semula menjadi markas utama kawanan teroris ISIS di selatan kota Tal Afar.
Media Mesir menganggap keikut sertaan Raja Salman Bin Abdulaziz dari Arab Saudi dalam tari pedang khas Arab sebagai cibiran terhadap Mesir.
Berita selengkapnya;
SAA Rebut Lingkungan Terbesar di Aleppo
Pasukan Arab Suriah (SAA) terus memukul mundur kawanan pemberontak dan teroris dalam perang di Aleppo timur. SAA dan kelompok-kelompok bersenjata pendukungnya, Selasa (6/12/2016), berhasil merebut lingkungan al-Shiar yang merupakan kawasan permukiman terbesar di Aleppo timur. Bersamaan dengan ini pemerintah Suriah menolak segala bentuk upaya gencatan senjata yang tidak menjamin keluarnya kawanan bersenjata dari Aleppo timur.
“Pasukan pemerintah Suriah dan sekutunya hari ini telah menguasai sepenuhnya lingkungan al-Shiar usai pertempuran sengit sekali melawan kawanan bersenjata oposisi yang akhirnya mundur ke lingkungan al-Kalasah dan al-Nirab, Aleppo timur, sebagaimana pasukan Suriah juga menguasai beberapa bagian lingkungan Qadi Askar di timur Benteng Aleppo,” ungkap sumber yang dekat dengan SAA kepada kantor berita Jerman, DPA.
Dia menambahkan, “Setelah tentara Suriah menguasai lingkungan al-Shiar, jalur bandara Aleppo menjadi sepenuhnya aman.”
Di medsos, halaman beberapa aktivis yang dekat kubu oposisi di Aleppo menyebutkan bahwa kawanan bersenjata mundur dari al-Shiar karena mendapat serangan udara sengit dari jet tempur Rusia dan helikopter pasukan pemerintah.
Kemlu Suriah merilis statemen berisikan penolakan terhadap segala upaya gencatan senjata di Aleppo timur yang tidak menjamin keluarnya semua kawanan k bersenjata dari kawasan ini.
“Suriah menegaskan tidak akan membiarkan warganya di Aleppo timur menjadi sandera kawanan teroris, dan segala upaya yang memungkinkan akan terus ditempuh untuk membebaskan mereka. Kami menolak segala upaya dari pihak manapun untuk gencatan senjata yang tidak menjamin keluarnya semua teroris dari Aleppo timur,” bunyi statemen itu. (mm/dpa/sana)
Kian Terjepit di Aleppo Timur, Kawanan Bersenjata Dikabarkan Ingin Kabur
Ruang gerak kawanan bersenjata di Aleppo timur semakin sempit. Mereka tampak terus melemah dan tak sanggup memberikan perlawanan hebat lagi terhadap tekanan pasukan pemerintah, Pasukan Arab Suriah (SAA) dan sekutunya.
Dalam beberapa hari terakhir selalu ada kawasan Aleppo timur yang jatuh ke tangan SAA sehingga berkembang dugaan bahwa SAA tak lama lagi akan menguasai seluruh kawasan ini.
Karena itu, Selasa (6/12/2016) tersiar kabar bahwa kubu oposisi Suriah meminta para wakilnya di Turki supaya berunding agar kawanan bersenjata bisa keluar dari Aleppo timur dengan bantuan PBB.
Sumber-sumber di Aleppo bahkan menyebutkan sudah ada 300 militan yang sudah kabur dari kawasan Maysalun bersama keluarga mereka.
Selain itu, beberapa militan di lingkungan Aghyur dan Bab al-Jadid telah menyerahkan diri kepada SAA yang juga telah meringkus beberapa anggota kelompok bersenjata Ahrar Suriah.
Dalam beberapa hari terakhir ini kawanan bersenjata memang menegaskan tidak akan beranjak dari Aleppo timur. Mereka bersumpah untuk terus melawan hingga titik darah penghabisan.
Namun demikian, ketika sekarang sudah terjepit di sebuah kawasan di Kota Lama Aleppo yang luasnya hanya sekira 7 km persegi mereka tampak berpikir lagi untuk membuktikan sumpah itu dan menyadari bahwa di depan mereka masih ada tiga pilihan; terbunuh, menyerah, dan keluar dengan selamat.
Karena itu, berbagai akun milik kubu oposisi Suriah di medsos mengabarkan adanya keputusan kolektif kelompok-kelompok bersenjata untuk keluar dari Aleppo timur. (mm/farsnews)
Relawan Irak Kuasai Markas Besar ISIS di Selatan Tal Afar
Pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, Selasa (6/12/2016), berhasil membebaskan kawasan Tal Atbah Selatan yang semula menjadi markas utama kawanan teroris ISIS di selatan kota Tal Afar, provinsi Nineveh, Irak utara.
Dalam statemennya mereka menyatakan bahwa berhasil membebaskan kawasan di barat kota Mosul itu setelah menjalani pertempuran sengit melawan para kombatan ISIS.
Jumat lalu al-Hashd al-Shaabi mengumumkan dimulainya tahap kelima operasi pembebasan kawasan yang berada di sebelah barat Mosul. Tahap itu ditandai dengan pergerakan mereka menuju kawasan strategis Tal Atbah yang menjadi markas utama ISIS di Tal Afar.
“Pada tahap kelima operasi pembebasan Mosul, desa-desa dan daerah-daerah selatan dan barat Tal Afar akan bebas,” ungkap al-Hashd al-Shaabi dalam pengumuman itu.
Sementara itu, tentara Irak Selasa pagi berhasil membebaskan Rumah Sakit al-Salam di bagian barat Mosul dari pendudukan teroris ISIS. (mm/sputnik)
Goyang Raja Salman di Qatar Bikin Panas di Mesir
Keikut sertaan Raja Salman Bin Abdulaziz dari Arab Saudi dalam ‘ardah’, tari pedang khas Arab, membuat hubungan Saudi dengan Mesir tampak semakin tak nyaman. Media Mesir menganggap tarian Salman itu sengaja dilakukan untuk mencibir Mesir.
Tiba di Qatar Senin lalu (5/12/2016), Salman disambut langsung oleh Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad al-Thani. Sambutan ini dimeriahkan dengan tari ardah.
Ketika ratusan orang berjubah putih dan berbaris di lapangan bersama-sama melantunkan kasidah sembari bergoyang dan menggerak-gerakkan pedang di iringi riuh tabuh rebana, Raja Salman yang terlihat bugar tiba-tiba mengundang perhatian dengan melambai-lambaikan tangan kanannya.
Tak lama kemudian, seperti terlihat dalam penggalan-penggalan video yang diunggah di situs berbagi video Youtube, dia bangkit dari kursi sehingga Sheikh Tamim yang duduk di sebelahnya dan orang-orang lain di sekitarnya ikut bangkit.
Dalam keadaan berdiri itu dia bergoyang sembari melambai-lambaikan tangan kanan, kemudian meraih tongkat dari tangan kiri serta mengangkat dan menggerak-gerakkannya ke atas, sementara Syeikh Tamim hanya tersenyum.
Pemandangan ini rupanya menimbulkan panas di Mesir, negara yang hubungannya dengan Qatar memburuk sejak Presiden Mesir Mohamed Morsi dikudeta oleh militer pada tahun 2013. Beberapa surat kabar Mesir menyebut aksi Raja Salman itu tak ubahnya dengan cibiran untuk Mesir.
Koran al-Dostor dalam laporannya yang berjudul “Rahasia di Balik Tingkah Raja Salman” mengingatkan bahwa Salman berkunjung ke Uni Emirat Arab setelah enggan menemui Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Abu Dhabi, dan selanjutnya, setelah TV al-Jazeera yang berbasis di Qatar menayangkan film dokumenter yang menyudutkan tentara Mesir, Salman juga berkunjung ke Qatar.
Koran al-Wafd memuat artikel karya Mohammad Amin, analis Mesir yang dekat dengan el-Sisi. Artikel ini menyebutkan bahwa permainan antara Kairo dan Riyadh kini sudah terbuka.
“Jika Raja Arab Saudi bermaksud membangkitkan sentimen negara-negara Arab terhadap Mesir maka kami katakan kepadanya bahwa Mesir sama sekali tidak butuh, dan tidak akan mundur dari pendiriannya,” tulis Amin.
Sedangkan surat kabar al-Mosawir menyatakan Salman lebih baik membatasi ambisinya di wilayah Saudi sendiri dan jangan sampai melangkahi martabat dan kemerdekaan Mesir. (mm/farsnews)