Jakarta, ICMES. Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant mengakui Israel membayar “harga yang sangat tinggi” sejak dimulainya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober.
Satu tentara Lebanon gugur dan tiga lainnya terluka akibat pemboman Israel terhadap sebuah pusat militer di bagian selatan Lebanon, dan dengan demikian tentara itu menjadi martir pertama dari pihak militer Lebanon sejak terjadi eskalasi di perbatasan selatan.
Kementerian Pertahanan AS, Pentagon, menyatakan pihaknya sedang mengadakan diskusi untuk membentuk “gugus tugas maritim” internasional untuk menghadapi serangan pasukan Ansarullah (Houthi) Yaman terhadap kapal komersial di Laut Merah.
Berita Selengkapnya:
Menhan Israel Akui “Bayar Sangat Mahal” dalam Perang Gaza
Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant mengakui Israel membayar “harga yang sangat tinggi” sejak dimulainya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober.
Hal ini disampaikan dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Dewan Pertahanan Benny Gantz pada Selasa malam (5/12).
Mengenai dimulainya kembali pertempuran setelah gencatan senjata berakhir, Gallant berkata: “Sayangnya, perang juga mempunyai konsekuensi, dan harganya sangat mahal.”
Dia melanjutkan bahwa dia mengenal secara pribadi banyak tentara yang terbunuh di Gaza.
“Sebagai pemimpin atau sebagai anak buah… dan saya katakan kepada mereka dan kepada keluarga: Hanya ada satu cara untuk membenarkan pengorbanan tersebut, dan itu adalah dengan menyerang Hamas dan pengembalian orang-orang yang diculik,”ujarnya.
Tentara Israel di hari yang sama melalui tiga pernyataan mengumumkan terbunuhnya tujuh perwira dan tentara dalam pertempuran di Jalur Gaza, sehingga menambah jumlah korban tewas menjadi 408 sejak 7 Oktober lalu.
Galant menambahkan,“Setiap hari dan setiap malam, tentara, unit khusus, dan Shin Bet (Dinas Keamanan Umum) hadir di setiap tempat di mana mungkin orang-orang terculik berada.”
Menurut media Israel, masih ada 136 orang Israel yang ditawan oleh Hamas dan faksi Palestina lainnya, setelah pembebasan 84 anak kecil dan perempuan Israel, selain 24 warga negara asing selama beberapa hari gencatan senjata.
Menanggapi serangan harian Israel terhadap rakyat Palestina dan tempat-tempat suci mereka, Hamas pada 7 Oktober melancarkan serangan terhadap permukiman dan pangkalan militer di sekitar Gaza hingga menewaskan sekitar 1.200 orang Israel, melukai sekitar 5.431 orang, dan menawan sekitar 239 orang. Selama gencatan senjata kemanusiaan yang berlangsung 7 hari hingga 1 Desember, Hamas melakukan pertukaran puluhan tawanan dengan pihak Israel, yang menahan 7.800 orang Palestina di penjaranya.
Netanyahu dalam konferensi pers mengatakan ,“Sehari setelah Hamas, Gaza harus didemiliterisasi… dan hanya ada satu kekuatan yang dapat bertanggung jawab atas hal tersebut, yaitu tentara Israel. Saya tidak akan siap untuk pengaturan lainnya.”
Dia juga mengatakan, “Kami akan berjuang sampai kami mencapai semua tujuan kami: kembalinya para penculik kami, penumpasan Hamas, dan kepastian bahwa Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi kami.”
Di pihak lain, petinggi Hamas Osama Hamdan mengatakan, “Tujuan sebenarnya Netanyahu, tentaranya, dan pemerintahan terorisnya adalah pembasmian bangsa Palestina, menumpas perjuangan mereka, dan menyelesaikan konflik sesuai dengan apa yang dia yakini, dan ini tergolong mustahil.”
Dia juga menegaskan, “Setelah 60 hari perang, Netanyahu dan tentaranya tidak dapat menggambarkan kemenangan politik atau militer. Ini adalah mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan baginya atau bagi tentara ini. Seberapa lama pun perang akan berlangsung, kami telah membuat persiapan untuknya.” (raialyoum)
Satu Tentara Lebanon Gugur Terkena Serangan Israel
Satu tentara Lebanon gugur dan tiga lainnya terluka akibat pemboman Israel terhadap sebuah pusat militer di bagian selatan Lebanon pada hari Selasa (5/12), dan dengan demikian tentara itu menjadi martir pertama dari pihak militer Lebanon sejak terjadi eskalasi di perbatasan selatan.
Tentara Lebanon melaporkan bahwa sebuah pusat militer yang berafiliasi dengannya di daerah Nabi Aweida-Al-Adisa telah dibom oleh Israel hingga satu tentara gugur dan tiga terluka.
Pada Selasa malam, pemboman Israel terhadap sebuah peternakan unggas mengakibatkan kematian seorang pekerja asal Suriah.
Wilayah perbatasan di Lebanon selatan diwarnai eskalasi militer antara Israel dan Hizbullah sejak Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, yang dibalas dengan pemboman secara membabi buta dan operasi darat di Jalur Gaza.
Hizbullah setiap hari melancarkan serangan terhadap sasaran-sasaran militer Israel di dekat perbatasan, demi mendukung para pejuang Gaza. Israel menanggapinya dengan mengebom daerah perbatasan, dan menyerang apa yang mereka sebut sebagai pergerakan pejuang Hizbullah dan infrastrukturnya di dekat perbatasan.
Pada hari Selasa, Israel menyatakan telah melancarkan pemboman dan serangan udara ke berbagai wilayah di Lebanon selatan, sementara Hizbullah mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan terhadap situs dan tentara Israel.
Hizbullah tidak memiliki kehadiran militer yang terlihat jelas di wilayah perbatasan Lebanon, namun mereka telah membangun tempat-tempat persembunyian dan terowongan di mana para anggotanya bergerak, dan beberapa di antaranya bahkan menerobos perbatasan. (raialyoum)
AS Upayakan Pembentukan Koalisi Militer untuk Hadapi Pasukan Yaman
Kementerian Pertahanan AS, Pentagon, menyatakan pihaknya sedang mengadakan diskusi untuk membentuk “gugus tugas maritim” internasional untuk menghadapi serangan pasukan Ansarullah (Houthi) Yaman terhadap kapal komersial di Laut Merah.
Juru bicara Pentagon Patrick Ryder saat menyatakan hal tersebut dalam konferensi pers, Selasa (5/12), mengatakan, “AS sedang mengadakan pembicaraan dengan mitra dan sekutunya mengenai pembentukan satuan tugas angkatan laut untuk menghadapi serangan Houthi di Laut Merah, dan penting untuk ditekankan bahwa serangan Houthi terhadap kapal komersial di perairan internasional merupakan masalah internasional. ”
Ryder menyebutkan bahwa kerangka kerja untuk gugus tugas terkait telah ditetapkan, dan rinciannya akan diumumkan kemudian. Menurutnya, kekuatan ini akan menjadi aliansi yang mencakup 38 negara yang bersedia melakukannya.
Pada Ahad lalu pasukan Yaman mengumumkan pihak telah menyerang dua kapal Israel di Selat Bab al-Mandab di Laut Merah, Yaman barat, dengan rudal maritim dan drone.
Pada tanggal 19 November, pasukan Yaman mengumumkan penyitaan kapal kargo Galaxy Leader , milik seorang pengusaha Israel, di Laut Merah, dan menyeretnya ke pantai Yaman, sebagai aksi solidaritas dengan para pejuang Palestina di Jalur Gaza.
Pasukan Yaman melalui jubirnya, Brigjen Yahya Saree, berulang kali bersumpah untuk menyerang kapal-kapal yang dimiliki atau dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan Israel. (raialyoum)