Jakarta, ICMES. Pemerintahan sementara Yaman di Ibu Kota Sanaa mengaku telah menerima ancaman AS yang disampaikan melalui Kesultanan Oman untuk membuka pertempuran dan “menggerakkan front-front di Yaman”, sebagai tanggapan atas sikap kelompok tersebut terhadap Israel.
Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon mengumumkan pihaknya telah menggempur konsentrasi tentara pendudukan Israel di situs Hadab Aita Israel, di perbatasan Lebanon-Palestina. Bersamaan dengan ini, Hizbullah memamerkan “Pasukan Ridwan” andalannya untuk melawan Israel.
Brigade Hizbullah Irak mengumumkan penangguhan operasi militernya terhadap pasukan Amerika Serikat.
Berita selengkapnya:
AS Ancam Membuka Front Pertempuran di Yaman, Begini Tanggapan Sengit dari Sanaa
Pemerintahan sementara Yaman di Ibu Kota Sanaa mengaku telah menerima ancaman AS yang disampaikan melalui Kesultanan Oman untuk membuka pertempuran dan “menggerakkan front-front di Yaman”, sebagai tanggapan atas sikap kelompok tersebut terhadap Israel.
Ancaman AS itu diungkap anggota Dewan Tinggi Politik Yaman, Muhammad Ali Al-Houthi, melalui platform X , Selasa (30/1).
“Membuka pertempuran dan menggerakkan front-front (di Yaman) adalah salah satu ancaman Amerika yang disampaikan sebagai pesan Amerika melalui Oman,” ungkapnya.
Al-Houthi menambahkan bahwa pesan AS itu “adalah tanggapan terhadap sikap bangsa Yaman yang menolak pembasmian dan blokade rakyat Gaza.”
Dia lantas menegaskan, “Kami memberi tahu mereka (AS) bahwa petualangan atau kebodohan apa pun dalam menerapkan ancaman Amerika pasti akan gagal dan hilang, dan gerakan apa pun dari musuh tidak akan menghalangi bangsa ini dari misinya untuk membela Gaza.”
Di hari yang sama, Menteri Pertahanan Yaman Mayjen Mohammad Nasser al-Atifi mengecam apa yang disebutnya upaya AS dan Inggris memiliterisasi Laut Merah demi mendukung genosida Israel terhadap orang-orang Palestina di Jalur Gaza
Al-Atifi menegaskan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman akan menggulung hegemoni AS di jalur perairan strategis tersebut dengan “akhir yang menyakitkan”.
Al-Atifi menyatakan demikian dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh para komandan militer dan pejabat pertahanan utama di Sanaa, ibu kota Yaman.
Perkembangan ini terjadi setelah AS dan Inggris beberapa waktu lalu melakukan serangan terhadap Yaman sebagai tanggapan atas serangan militer Yaman terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel.
“Para pemimpin, pemerintahan, rakyat, tentara, dan geografi Yaman terlampau kuat untuk terguncang oleh serangan kriminal dan agresi segi tiga Amerika-Inggris-Zionis,” tegas Al-Atifi.
“Kelanjutan agresi berbahaya Amerika-Inggris merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Yaman dan mengganggu stabilitas keamanan dan stabilitas kawasan… Rakyat Yaman dan angkatan bersenjata mereka tidak akan takut terhadap rudal dan bom Amerika yang dilarang secara internasional,” tambahnya. .
Dia menyebut AS “negara teroris,” dan sponsor terorisme dan teroris, yang mendukung kebrutalan Israel terhadap Palestina.
“Kami memberitahu mereka dari Laut Merah bahwa kamilah yang (akan) mengakhiri hegemoni Amerika dengan cara yang menyakitkan, dan mereka akan mengakhirinya dengan tangannya sendiri,” tegas Al-Atifi.
Dia memastikan bahwa para pemimpin Yaman “sadar akan sifat hegemoni Amerika serta tantangan, konsekuensi, dan dampak penutupan Laut Merah dan Laut Arab bagi Zionis.”
Al-Atifi juga mengatakan AS dan Inggris harus menyadari kekuatan kedaulatan Yaman dan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman tidak akan membiarkan Laut Merah menjadi jalur “yang memicu kebrutalan dan kejahatan Zionis terhadap saudara-saudara kami di Palestina.” (raialyoum/presstv)
Hizbullah Pamerkan “Pasukan Ridwan” Andalannya
Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon pada Selasa malam (30/1) mengumumkan pihaknya telah menggempur konsentrasi tentara pendudukan Israel di situs Hadab Aita Israel, di perbatasan Lebanon-Palestina. Bersamaan dengan ini, Hizbullah memamerkan “Pasukan Ridwan” andalannya untuk melawan Israel.
Hizbullah mengaku telah menggempur target tersebut dengan rudal, yang “mengenanya secara langsung”.
Selain itu, mereka juga menyerang sebuah bangunan di mana tentara pendudukan ditempatkan di pemukiman Metulla, dan memastikan bahwa bangunan tersebut terkena serangan ini.
Setelah pernyataan tersebut, media militer Hizbullah merilis sebuah video berjudul “Aku Prajurit Radwan,” yang mendokumentasikan kemampuan tempur para pejuang Pasukan Radwan.
Hizbullah sebelumnya juga mengaku telah menyerang kumpulan tentara Israeldi sekitar situs Hadab Yarin milik Israel.
Dalam pernyataan kedua, mereka menyatakan bahwa pasukan penembak jitunya telah membidik peralatan spionase Israel di seberang desa Al-Wazzani.
Hal ini terjadi pada saat media Israel mengkonfirmasi bahwa Hizbullah telah mengintensifkan peluncuran rudal berat dari Lebanon menuju situs militer dan pemukiman di seluruh Galilea.
Di pihak lain, Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant pada Selasa malam menyatakan Tel Aviv siap menghadapi perang di utara yang “akan menghancurkan” bagi Hizbullah dan Lebanon.
“Kami siap dan siap berperang, dan akan tiba saatnya kesabaran kami habis dan kami harus bergerak dengan tegas untuk memaksakan ketenangan di perbatasan utara, untuk mengubah situasi keamanan dan situasi. keamanan warga Israel,” tegasnya.
Dia menambahkan: “Situasi demikian akan menyulitkan Israel, namun menghancurkan bagi Hizbullah dan Lebanon.”
Sejak Jalur Gaza dilanda perang pada tanggal 8 Oktober, perbatasan Israel-Lebanon diwarnai ketegangan dan konfrontasi antara tentara Israel dan Hizbullah hingga menyebabkan banyak korban jiwa dan cedera di kedua belah pihak, selain korban di kalangan warga sipil Lebanon.
Sejak 7 Oktober 2023, tentara Israel telah melancarkan perang dahsyat di Gaza, yang hingga Selasa (30/1) telah menyebabkan 26.751 orang gugur syahid dan 65.636 orang terluka, yang sebagian besarnya adalah anak-anak dan wanita, menurut pihak Palestina, selain juga telah menyebabkan “kehancuran besar-besaran dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” menurut PBB. (almayadeen/raialyoum)
Brigade Hizbullah Irak Tangguhkan Serangannya terhadap Tentara AS, Ini Alasannya
Brigade Hizbullah Irak pada Selasa malam (30/1) mengumumkan penangguhan operasi militernya terhadap pasukan Amerika Serikat (AS).
Dalam pernyataan yang ditandatangani oleh Sekjennya, Abu Hussein Al-Hamidawi, Brigade Hizbullah menyatakan, “Kubu resistensiIslam Brigade Hizbullah membuat keputusannya membela saudara kami yang tertindas di Gaza atas kemauannya sendiri, dan tanpa campur tangan pihak lain.”
Brigade Hizbullah menambahkan: “Saudara-saudara kami di Republik Islam (Iran) tidak tahu bagaimana kami bekerja, dan mereka sering menolak tekanan dan eskalasi terhadap pasukan pendudukan AS di Irak dan Suriah.”
Brigade Hizbullah juga menegaskan, “Dalam komitmen kami untuk memenuhi mandat kemanusiaan dan ideologis kami, kami telah bekerja dengan kebijaksanaan, pertimbangan, dan perhitungan yang cermat terhadap keseimbangan hukum dan moral dalam keadaan yang paling keras, dan kami mengumumkan penangguhan operasi militer dan keamanan terhadap pasukan pendudukan (AS).”
Mereka beralasan bahwa penangguhan itu adalah supaya “tidak memberatkan pemerintah Irak”.
Mereka lantas memastikan pihaknya “akan terus membela saudara-saudara kami di Gaza dengan berbagai cara lain” dan akan melakukan pertahanan secara temporal jika terjadi serangan AS terhadap mereka.
Menurut situs saluran Al-Hurra milik AS, nama Brigade Hizbullah disebutkan terlibat dalam serangan di perbatasan Yordania, sebagaimana Pentagon menyatakan pada hari Senin bahwa serangan yang menyasar pangkalan militer AS di Yordania dan menewaskan tiga tentara AS dan melukai lebih dari 30 lainnya “memiliki sidik jari Brigade Hizbullah Irak”.
Menurut sumber yang sama, Brigade Hizbullah adalah proksi Iran yang aktif di Irak dan Suriah, dan secara resmi didirikan pada April 2007. (alalam/raialyoum)